Newsletter

Lupakan Resesi Indonesia, IHSG Siap Menguat Lagi!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 September 2020 06:10
Ilutrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilutrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan dalam negeri melemah pada perdagangan Selasa (22/9/2020) kemarin. Tanda-tanda pelemahan sudah terlihat sejak awal pekan akibat banyaknya sentimen negatif.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan pelemahan 1,31% ke 4.934,09. Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih Rp 668 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi mencapai Rp 6,8 triliun.

Skandal pencucian uang bank raksasa dunia, kemungkinan karantina (lockdown) di Inggris, aksi jual Wall Street, hingga rencana amandemen undang-undang Bank Indonesia (BI) memberikan pukulan bagi IHSG, serta aset lainnya. Hal tersebut diperparah dengan ramalan resesi Indonesia oleh Menteri Kuangan Sri Mulyani Indrawati. Faktor-faktor tersebut masih akan mempengaruhi pergerakan pasar keuangan dalam negeri hari ini, Rabu (23/9/2020), serta beberapa isu lain yang akan dibahas di halaman 3.

Selain IHSG, nilai tukar rupiah juga terpukul. Berdasarkan data Refinitiv, rupiah melemah 0,41% ke Rp 14.750/US$, sekaligus mengakhiri penguatan dalam 5 hari beruntun. Rupiah juga menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia, maklum saja dalam 5 hari sebelumnya total rupiah membukukan penguatan 1,14%, sehingga ketika sentimen pelaku pasar memburuk, rupiah langsung terpukul telak.

Dari pasar obligasi, Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun naik 1,3 basis poin menjadi 6,890%. Sebagai informasi, pergerakan yield berbanding terbalik dengan harganya. Saat harga naik, yield akan turun, sementara saat harga turun yield akan naik.

Skandal raksasa perbankan membuat sektor finansial global terpukul, termasuk di dalam negeri. Berdasarkan data Refinitiv, sektor finansial menjadi yang paling buruk di IHSG dengan pelemahan nyaris 2%.

Skandal tersebut pertama kali mengemuka dari laporan yang disusun BuzzFeed dan International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) menyebutkan bahwa antara tahun 1999-2017 ada lebih dari US$2 triliun transaksi yang diduga sebagai aktivitas pencucian uang atau pengelolaan dana ilegal.

Ada 5 bank besar yang disebut dalam laporan tersebut, HSBC, JPMorgan Chase, Deutsche Bank, Standard Chartered dan Bank of New York Mellon. CNBC International yang mengutip radio Jerman, Deutsche Welle melaporkan Deutche Bank dicurigai memfasilitasi lebih dari setengah nilai transaksi tersebut.

Sentimen negatif dari Eropa datang dari laporan yang menyebutkan Inggris kemungkinan akan kembali menerapkan kebijakan lockdown akibat peningkatan kasus penyakit virus corona (Covid-19). Tidak hanya Inggris, banyak negara Eropa mengalami hal yang sama, sehingga dikhawatirkan membuat pemulihan ekonomi di Benua Biru kembali mandek.

Sementara itu dari dalam negeri, Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan proyeksi terbaru pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020. Tetapi proyeksi tersebut lebih buruk dari sebelumnya.

"Kemenkeu yang tadinya melihat ekonomi kuartal III minus 1,1% hingga positif 0,2%, dan yang terbaru per September 2020 ini minus 2,9% sampai minus 1,0%. Negatif teritori pada kuartal III ini akan berlangsung di kuartal IV. Namun kita usahakan dekati nol," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita September, Selasa (22/9/2020).

Pernyataan Sri Mulyani tersebut menunjukkan Indonesia akan sah mengalami resesi di kuartal III-2020, setelah pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi 5,32% di kuartal sebelumnya.

Bursa saham AS (Wall Street) akhirnya bangkit setelah mengalami aksi jual dalam beberapa hari terakhir. Saham-saham sektor teknologi yang sebelumnya selalu mengalami aksi jual, kali ini menjadi pemimpin penguatan.

Indeks Nasdaq membukukan penguatan 1,7% ke 10.963,64, disusul indeks S&P 500 1,1% ke 3.315,57. Keduanya membukukan penguatan setelah sebelumnya merosot dalam 5 hari perdagangan beruntun. Sementara itu indeks Dow Jones menguat 0,5% ke 27.288,18, menjadi penguatan pertama setelah melemah 3 hari beruntun.

Sepanjang bulan September hingga sebelum Selasa kemarin, penurunan Nasdaq menjadi yang terbesar -8,5%, disusul S&P 500 lebih dari 6% dan Dow Jones sekitar 4,5%. Sehingga ketika bangkit, wajar Nasdaq langsung memimpin.

Saham Amazon menguat 5,7%, menjadi kenaikan harian terbesar sejak 2 bulan lalu, tepatnya sejak 20 Juli. Brenstein yang menaikkan outlook Amazon menjadi buy dari hold menjadi pemicu penguatan tersebut. Saham Facebook, Microsoft, dan Aphabet masing-masing menguat lebih dari 2%, sementara Netflix naik 0,8%.

Selain aksi jual sektor teknologi, rencana stimulus fiskal yang masih mandek sebelumnya juga membuat Wall Street merosot.

Nasib stimulus kian kabur setelah Presiden AS Donald Trump ingin mengusulkan pengganti Hakim Mahkamah Agung Ruth Bader Ginsburg yang meninggal beberapa hari lalu.

Pertarungan antara kedua kubu di posisi hakim agung tersebut diyakini bakal menempatkan stimulus menjadi prioritas kedua karena fokus politisi Washington akan tersedot di Hakim Agung tersebut.

Wall Street yang menguat cukup tajam pada perdagangan Selasa dapat membantu IHSG menguat pada hari ini. Sebagai kiblat bursa saham dunia, penguatan Wall Street tentu saja menginspirasi penguatan bursa lainnya.

Sementara itu, seperti disebutkan di halaman 1, Sri Mulyani mengatakan Kemenkeu memprediksi perekonomian di kuartal III-2020 minus 2,9% sampai minus 1,0%. Melihat prediksi tersebut, resesi pasti terjadi di Indonesia, dan menjadi yang pertama sejak tahun 1999.

Suatu negara dikatakan mengalami resesi saat produk domestic bruto (PDB) minus 2 kuartal berturut-turut secara tahunan (year-on-year/YoY).
Artinya saat PDB kuartal III-2020 nanti dirilis akan menjadi pengesahan resesi. Tetapi kemerosotan ekonomi tersebut sebenarnya sudah terjadi dan dirasakan saat ini. Rilis data PDB hanya sebagai pengesahan.

Sri Mulyani juga mengatakan untuk sepanjang 2020, PDB diproyeksikan berada di -0,6% sampai -1,7%.

Resesi memang sulit dihindari, sebab Indonesia, bahkan dunia sedang bergelut dengan krisis kesehatan akibat virus corona. Negara-negara dihadapkan pada pilihan mengutamakan kesehatan atau perekonomian. Pemerintah secara tegas menyatakan keduanya harus berjalan bersama, meski demikian roda bisnis tentu saja tidak bisa berputar dengan cepat.

Kasus Covid-19 sedang terus menanjak di Indonesia, sehingga DKI Jakarta kembali menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang lebih ketat ketimbang PSBB transisi.

Tetapi tidak hanya Indonesia, Inggris kini kembali mengetatkan kebijakannya. Perdana Menteri (PM) Boris Johnson Selasa kemarin mengatakan Inggris kini berada di "titik balik yang berbahaya" sehingga ia perlu mengambil tindakan.

Pengetatan dilakukan dengan membatasi jam operasional restoran dan pub, maksimal boleh buka hingga pukul 22:00 WIB. Pembatasan tersebut kemungkinan akan berlaku selama 6 bulan ke depan.

Selain itu, warga yang bisa hadir di acara pernikahan kembali dikurangi menjadi 15 orang saja. Warga yang bisa bekerja di rumah harus melakukan itu. Tempat olahraga batal dibuka kembali pada 1 Oktober mendatang.

Meski PM Johnson kembali melakukan pengetatan, tetapi indeks FTSE 500 tetap menguat 0,43%.

Penguatan Wall Street dan FTSE 500 tersebut bisa menjadi inspirasi bagi IHSG untuk menguat, lupakan resesi karena memang susah untuk dihindari. Yang terpenting adalah bagaimana perekonomian bisa segera bangkit lagi setelah terpuruk, jangan sampai resesi berlarut-larut.

Siang nanti, dari Eropa akan dilaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur dan jasa dari Eropa. Jika sektor manufaktur masih mempertahankan ekspansi, atau bahkan meningkat lagi, tentunya akan menambah sentimen positif di pasar.

Sementara itu rupiah dan SUN berisiko tertekan hari ini, sebab dolar AS sedang kuat-kuatnya merespon pernyataan Presiden The Fed Chicago, Carles Evans. Indeks dolar AS kemarin naik 0,34% ke 93,974, yang merupakan level tertinggi sejak 27 juli lalu.

Berbicara lewat daring di acara Official Monetary dan Financial Institution Forum, Evans mengatakan ekonomi AS berisiko dalam jangka panjang, mengalami pemulihan yang lambat, dan tidak bisa langsung keluar dari resesi tanpa bantuan stimulus fiskal. Evans juga melihat open-ended program pembelian aset The Fed (quantitative easing/QE) mampu menyediakan bagian penting untuk pemulihan ekonomi.

"Pernyataan Evans sangat hawkish. Ia menyebutkan QE dan menaikkan suku bunga sebelum target inflasi tercapai. Hal tersebut mengejutkan pasar," kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda New York.

"Segera setelah kita berhasil mengatasi virus corona, anda akan melihat ekspektasi kenaikan suku bunga meningkat, dan seharusnya membuat dolar terus menguat," tambahnya.

Evans bukan merupakan anggota komite pembuat kebijakan moneter (Federal Open Market Committee/FOMC) di tahun ini, sehingga ia tak memiliki suara dalam memutuskan suku bunga. Tetapi pada tahun depan ia akan menjadi anggota FOMC, sehingga pasar melihat ada kemungkinan suku bunga akan naik sebelum 2023. Hal ini membuat rupiah dan SUN berisiko tertekan hari ini.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Inflasi Singapura (12:00 WIB)
  2. PMI manufaktur dan jasa Prancis (14:15 WIB)
  3. PMI manufaktur dan jasa Jerman (14:30 WIB)
  4. PMI manufaktur dan jasa Zona Euro (15:00 WIB)
  5. PMI manufaktur dan jasa Inggris (15:30 WIB)
  6. PMI manufaktur dan jasa AS (20:45 WIB)
  7. Testimoni Ketua The Fed, Jerome Powell (21:00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (kuartal II-2020 YoY)

-5,32%

Inflasi (Agustus 2020 YoY)

1,32%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Agustus 2020)

4%

Defisit anggaran (APBN 2020)

-6,34% PDB

Transaksi berjalan (kuartal II-2020)

-1,18% PDB

Neraca pembayaran (kuartal II-2020)

US$ 9,24 miliar

Cadangan devisa (Agustus 2020)

US$ 137,04 miliar

TIM RISET CNBC INDONESIA 

 


(pap/pap) Next Article Waspada! Sentimen Negatif Datang dari '4 Penjuru Mata Angin'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular