Newsletter

Rupiah Sudah Lama Dilibas Dolar AS, Mau Sampai Kapan Bung?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
15 September 2020 06:10
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari pertama penerapan PSBB (bukan) total di DKI Jakarta cukup membuat pasar keuangan domestik sumringah. Meski ada pengetatan, PSBB kali ini tak jauh berbeda dengan yang sudah-sudah. Aktivitas ekonomi ibu kota pun tetap bisa berjalan dan pasar merespons positif kebijakan ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melompat 2,89%. Saham-saham di sektor properti, real estate dan konstruksi memimpin penguatan dengan apresiasi 6,47% dan disusul oleh indeks sektoral industri dasar dan kimia yang naik 4,28%.

Nilai transaksi yang tercatat pada perdagangan kemarin mencapai Rp 9,7 triliun. Namun 'asing' masih jaga jarak dengan pasar modal RI. Hal ini tercermin dari aksi jual bersih (net sell) yang mencapai Rp 478,14 miliar di seluruh pasar.

Di pasar surat utang negara (SUN), tren pelemahan obligasi pemerintah pun berbalik arah. Hampir semua surat berharga negara (SBN) berbagai tenor mengalami penurunan imbal hasil (yield).

Yield, obligasi rupiah pemerintah RI bertenor 10 tahun yang digunakan sebagai acuan mengalami pelemahan sebesar 2,7 basis poin ke level 6,947%.

Berbeda dengan saham dan obligasi, nilai tukar rupiah justru stagnan di hadapan dolar AS kemarin. Di arena pasar spot, untuk US$ 1 dibanderol di Rp 14.860.

Rabu (9/9/2020), Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan secara tiba-tiba memberikan pernyataan yang menggegerkan publik.

Anies mengumumkan bahwa dirinya akan mengambil kebijakan rem darurat dengan memberlakukan PSBB total sebagai bentuk upaya untuk mengendalikan wabah Covid-19 di Jakarta yang mengkhawatirkan.

Keesokan harinya bursa saham RI kebakaran hebat. Saham-saham dilego oleh para investor. Indeks jatuh 5% lebih dan otoritas bursa kembali menerapkan trading halt selama 30 menit.

Memasuki bulan kesembilan tahun ini, nilai tukar rupiah melawan the greenback terus melemah. Fenomena tersebut juga dibarengi dengan kenaikan yield obligasi pemerintah RI tenor 10 tahun.

Kinerja rupiah dan SBN RI yang terus tertekan tak lepas dari dilepasnya surat utang pemerintah oleh investor asing, sebagaimana diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah.

BI sendiri mencatat, premi Credit Default Swaps (CDS) Indonesia 5 tahun naik ke 91,36 bps per 10 September 2020 dari 86,71 bps per 4 September 2020. 

Berdasarkan data transaksi 7-10 September 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp0,50 triliun, dengan jual neto di pasar saham sebesar Rp2,37 triliun dan beli neto di pasar SBN sebesar Rp1,87 triliun.

Berdasarkan data setelmen selama 2020 (ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp153,29 triliun.

Beralih ke bursa saham New York, dini hari tadi tiga indeks utama Wall Street ditutup dengan penguatan. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 1,1%. Untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing terapresiasi 1,2% dan 1,8%.

Harga saham-saham dari sektor teknologi mengalami penguatan dengan saham Apple melesat 3% dan Tesla yang terangkat hingga 12%. Sentimen positif saham teknologi dipicu kabar bahwa Nvidia membeli produsen chip Arm Holdings dari SoftBank Jepang senilai US$ 40 miliar. Akuisisi itu akan didanai dari uang tunai dan saham biasa. 

Sentimen positif lain datang dari kabar seputar vaksin Covid-19. Setelah sempat menghentikan sementara uji klinis tahap akhirnya, AstraZeneca kini telah mendapat lampu hijau dari otoritas kesehatan Inggris. 

Namun, uji coba di Negeri Paman Sam tetap ditunda karena regulator Amerika menyelidiki efek samping yang ditandai dalam studi Inggris, Reuters melaporkan Senin. Sementara itu, CEO Pfizer Albert Bourla mengatakan pada Minggu bahwa vaksin virus corona dapat didistribusikan di AS sebelum akhir tahun.

"Bagian dari langkah ini berasal dari harapan baru untuk vaksin," kata Peter Cardillo, kepala ekonom pasar di Spartan Capital Securities. Itu memberi pasar secercah harapan. "September sejauh ini sesuai dengan reputasinya, tapi saya pikir itu berbalik lagi," kata Cardillo.

Semua 11 sektor S&P 500 lebih tinggi pada hari Senin. Real estate, perawatan kesehatan, dan teknologi memimpin karena masing-masing naik lebih dari 1,5%. Secara keseluruhan, delapan dari 11 sektor naik lebih dari 1%.

S&P 500 turun 2,5% minggu lalu, menandai penurunan satu minggu terburuk indeks pasar yang lebih luas sejak 26 Juni. Penurunan itu juga menandai pertama kalinya sejak Mei bahwa S&P 500 ditutup lebih rendah selama dua minggu berturut-turut.

Kerugian tersebut sebagian besar didorong oleh penurunan tajam harga saham-saham teknologi, sektor pasar berkinerja terbaik tahun ini. Sektor teknologi S&P 500 jatuh lebih dari 4% untuk kerugian mingguan terbesar sejak Maret. Nasdaq Composite terpukul paling keras minggu lalu, turun 4%.

"Buih teknologi yang berlebihan dari bulan Agustus telah dihapuskan, tetapi setelahnya, pola topping yang jelas dan tidak menyenangkan ... berkembang," kata Frank Cappelleri, direktur eksekutif di Instinet, dalam sebuah catatan.

Sementara itu, ByteDance menolak tawaran Microsoft untuk membeli operasi TikTok di AS. Sebaliknya, ByteDance telah memilih Oracle untuk menjadi mitra teknologi TikTok di AS, dan Oracle akan mengambil alih saham yang signifikan dalam bisnis tersebut. Saham Oracle naik 4,3%.

Di luar teknologi, Gilead mengatakan akan mengakuisisi Immunomedics untuk memperluas perawatan kankernya sebesar $ 21 miliar. Saham Immunomedics naik dua kali lipat. ETF Bioteknologi iShares Nasdaq naik lebih dari 5%.

Untuk perdagangan hari ini, investor dan trader perlu mencermati sejumlah sentimen yang bakal menggerakkan pasar keuangan. Sentimen pertama datang dari bursa saham AS. Penguatan tiga indeks utama Wall Street diharapkan mampu menular ke bursa Benua Kuning yang akan buka pagi ini. 

Sentimen kedua datang dari data ekonomi terutama untuk ekspor dan impor yang bakal dirilis oleh banyak negara di dunia termasuk Indonesia. Tiga puluh menit jelang istirahat sesi I perdagangan, BPS akan mengumumkan nilai ekspor dan impor RI untuk bulan Agustus ini.

Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia menunjukkan ekspor dan impor bulan Agustus masih akan terkontraksi. Namun kontraksinya mulai melandai. Penurunan impor diperkirakan bakal lebih dalam dari ekspor sehingga neraca dagang diprediksi masih akan surplus.

Nilai median ekspor diramal turun 6,5% (yoy), sementara untuk impor drop 18,78% (yoy) dan neraca dagang akan mengalami surplus sebesar US$ 2,11 miliar untuk periode Agustus.

Institusi

Pertumbuhan Ekspor (%YoY)

Pertumbuhan Impor (%Yoy)

Neraca Perdagangan (US$ Juta)

ING

-10.2

-25.3

2180

Citi

-6.5

-16.5

1800

BNI Sekuritas

-1.26

-14.6

1839.1

BCA

-14.3

-24.7

1590

Maybank Indonesia

-5.08

-18.78

2045

Standard Chartered

-9.2

-27.9

2732

Bank Permata

-7.69

-22.88

2238

Trading Economics

-

-

2500

Mirae Asset

4

-17

3090

Danareksa Research Institute

-1.95

-12.78

1624

MEDIAN

-6.5

-18.78

2112.5

Neraca dagang boleh surplus, tetapi ini bukan kabar gembira lantaran pelemahan permintaan global membuat ekspor tertekan. Sementara itu, konsumsi domestik serta belum beroperasinya pabrik manufakur secara penuh juga menekan impor. 

Melihat fakta ini, resesi adalah suatu keniscayaan bagi RI. Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beberapa kali mengatakan bahwa perekonomian di kuartal III kemungkinan masih akan berada di zona negatif. Namun, kontraksinya memang tidak akan sedalam di kuartal II lalu.

Para pengamat ekonomi tanah air bahkan menegaskan saat ini Indonesia sudah berada di jurang resesi. Hanya tinggal menunggu waktu pengumuman perekonomian kuartal III saja sebagai penegasan.

Faktor selanjutnya yang juga perlu dicermati adalah pergerakan dolar AS. Jelang rapat komite pengambil kebijakan bank sentral AS the Fed, indeks dolar yang mengukur keperkasaan mata uang Paman Sam itu melemah.

Bank sentral paling berpengaruh di seluruh dunia itu akan menerapkan sasaran inflasi rata-rata sebagai bagian dari kebijakan moneternya. The Fed akan membiarkan inflasi lebih tinggi selama secara rata-rata kisaran inflasi berada di angka 2%. Untuk mencapainya suku bunga rendah masih akan ditahan lebih lama lagi.

Suku bunga yang rendah dan inflasi berarti akan memicu devaluasi dolar AS. Pada akhirnya dolar AS pun melemah dan diharapkan bisa menjadi sentimen positif untuk rupiah, asalkan aliran dana keluar dari pasar keuangan domestik mampu diredam.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Rilis data ekspor dan impor Korea Selatan periode Agustus 2020 (04:00 WIB).
  2. Rilis data produksi industri China periode Agustus 2020 (09:00 WIB).
  3. Rilis data penjualan ritel China periode Agustus 2020 (09:00 WIB).
  4. Rilis data tingkat pengangguran China periode Agustus 2020 (09:00 WIB).
  5. Rilis data ekspor, impor dan neraca dagang Indonesia periode Agustus 2020 (11:00 WIB)
  6. Rilis data ekspor dan impor AS periode Agustus 2020 (19:30 WIB).
  7. Rilis data produksi industri AS periode Agustus 2020 (20:15 WIB).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (kuartal II-2020 YoY)

-5,32%

Inflasi (Agustus 2020 YoY)

1,32%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Agustus 2020)

4%

Defisit anggaran (APBN 2020)

-6,34% PDB

Transaksi berjalan (kuartal II-2020)

-1,18% PDB

Neraca pembayaran (kuartal II-2020)

US$ 9,24 miliar

Cadangan devisa (Agustus 2020)

US$ 137,04 miliar

Untuk mendapatkan informasi seputar data pasar, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg) Next Article Maaf, Belum Ada Kabar Baik! Investor Mesti Waspada Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular