Newsletter

Kemarin IHSG & Rupiah Ambruk Gegara PSBB DKI, Hari Ini?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 September 2020 06:00
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia  Anjlok
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia mengalami koreksi pada perdagangan kemarin. Bahkan koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lumayan dalam hingga perdagangan sempat dihentikan sementara.

Kemarin, IHSG ditutup anjlok 5,01% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. Ini menjadi koreksi harian terparah sejak 19 Maret dan kini IHSG sudah berada di bawah level psikologis 5.000.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah 0,27% di perdagangan pasar spot. Rupiah sempat menguat kala pembukaan pasar, tetapi dalam hitungan menit sudah berbalik melemah dan bertahan di jalur merah hingga tutup 'lapak'.

Sentimen negatif yang menaungi pasar keuangan Tanah Air datang dari dalam negeri. Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengumumkan kembali mengetatkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Tidak ada lagi PSBB Transisi, yang ada PSBB total seperti April-Mei.

"Kita akan menarik 'rem darurat' yang itu artinya kita terpaksa kembali menerapkan PSBB seperti pada masa awal pandemi dulu. Bukan lagi PSBB Transisi, tetapi kita harus melakukan PSBB sebagaimana masa awal dulu," kata Anies.

Langkah ini diambil setelah melihat perkembangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Ibu Kota. Kemarin, jumlah pasien positif corona di Jakarta bertambah 1.274 orang dibandingkan hari sebelumnya. Sudah lima hari beruntun kasus corona bertambah lebih dari 1.000 setiap harinya.

PSBB total artinya Jakarta kembali seperti 2-3 bulan lalu. Perkantoran, pusat perbelanjaan, restoran, tempat wisata, dan sebagainya kembali tutup.

Pengetatan PSBB bertujuan untuk menekan jumlah pasien positif dan menyelamatkan nyawa. Bagaimana pun, kesehatan dan keselamatan jiwa adalah yang utama dan paling utama.

Namun perlu diingat bahwa PSBB sama dengan membuat ekonomi mati suri. Apalagi Jakarta adalah provinsi kontributor terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

growthBPS DKI Jakarta

Ketika penyumbang 17% itu tidak berdaya, maka pengaruhnya akan terasa. Belum lagi PSBB Jakarta tentu akan mempengaruhi daerah-daerah di sekitarnya seperti Jawa Barat dan Banten. Efeknya menjadi lebih besar.

Oleh karena itu, kemungkinan Indonesia mengalami resesi semakin tinggi. Jika penerapan PSBB berkepanjangan sampai ke kuartal IV-2020, maka resesi adalah sebuah keniscayaan. Prospek kelesuan ekonomi membuat investor berlomba-lomba mencari pintu keluar dari pasar keuangan Indonesia. 

Beralih ke Wall Street, tiga indeks utama di bursa saham New York melemah cukup dalam. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 1,45%, S&P 500 terkoreksi 1,76%, dan Nasdaq Composite berkurang 1,99%.

Setelah kemarin menguat cukup tajam, Wall Street kembali hilang kendali. Saham-saham teknologi yang kemarin melesat sekarang terpangkas lagi. Harga saham Apple melemah 3,26%, Amazon turun 2,86%, Facebook terpangkas 2,06%, dan Microsoft minus 2,8%.

"Ada pertempuran di pasar antara mereka yang ingin kembali masuk ke saham-saham teknologi dan mereka yang memanfaatkan reli saham-saham tersebut untuk mencari keuntungan (profit taking)," ujar Rick Meckler, Partner di Cherry Lane Investments yang berbasis di New Jersey, seperti dikutip dari Reuters.

Selain itu, investor juga merespons data ketenagakerjaan terbaru di Negeri Paman Sam. Pada pekan yang berakhir 5 September, jumlah klaim tunjangan pengangguran AS tercatat 884.000. Sama seperti pekan sebelumnya dan di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan di 846.000.

"Pemulihan di pasar tenaga kerja mulai menemukan hambatan. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terus terjadi sehingga pasar tenaga kerja masih sangat rentan. Kegagalan para pembuat kebijakan untuk memberikan stimulus fiskal lanjutan memberi tekanan tambahan terhadap perekonomian dan pasar tenaga kerja," jelas Nancy Vanden Houten, Lead US Economist di Oxford Economics yang berbasis di New York, seperti diwartakan Reuters.

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan di Wall Street.

Pelemahan di bursa saham New York bisa menjadi perusak mood investor di Asia. Pelaku pasar bisa-bisa kalah sebelum bertanding karena melihat Wall Street yang merah.

Sentimen kedua adalah hasil rapat bank sentral Uni Eropa (ECB). Seperti yang sudah diperkirakan, Presiden Christine Lagarde dan kolega memutuskan suku bunga acuan refinancing rate di angka 0%.

Lagarde menambahkan untuk saat ini ECB belum memikirkan untuk menambah stimulus berupa pembelian aset. Sebagai informasi, pembelian aset ini bernilai EUR 1,35 triliun atau sekira Rp 24.037,57 triliun.

"Dengan kondisi sekarang, sangat mungkin anggaran PEPP (Pandemic Emergency Purchase Programme) terpakai seluruhnya. Belum ada diskusi untuk mengubah anggaran tersebut," tutur Lagarde dalam jumpa pers usai rapat, seperti diberitakan Reuters.

Namun ECB memberi sedikit angin segar. ECB mengubah proyeksi ekonomi Zona Euro, di mana pertumbuhan ekonomi 2020 diperkirakan -8%. Membaik ketimbang proyeksi yang dirilis pada Juni yaitu -8,7%. Proyeksi tingkat pengangguran juga membaik menjadi 8,5% dari perkiraan sebelumnya yakni 9,8%.

ecbECB

"Dukungan kebijakan fiskal, moneter, dan ketenagakerjaan terus diperkuat sehingga diharapkan mampu mempertahankan penghasilan masyarakat serta membatasi dampak negatif akibat penanganan krisis kesehatan. Kebijakan-kebijakan tersebut juga diharapkan mampu menekan dampak negatif di sektor keuangan," sebut laporan ECB.

Aura optimisme yang dibawa ECB membuat nilai tukar mata uang euro menguat. Pada pukul 01:04 WIB, euro menguat 0,46% di hadapan dolar AS.

Penguatan euro membuat Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah. Pada pukul 01:05 WIB, indeks ini terkoreksi 0,1%.

Tren pelemahan dolar AS yang muncul lagi membuka peluang bagi mata uang lain untuk menyalip. Jika beruntung, bukan tidak mungkin rupiah bakal ikut bangkit.

Sentimen ketiga datang dari harga komoditas, yaitu minyak. Setelah sempat menguat, harga si emas hitam anjlok lagi. Pada pukul 01:11 WIB, harga minyak jenis brent jatuh 1,45% sedangkan light sweet rontok 1,47%.

Koreksi harga minyak terjadi akibat laporan kondisi terkini stok AS. Pekan lalu, stok minyak Negeri Adidaya naik 2 juta barel dibandingkan pekan sebelumnya. Lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 1,3 juta barel.

"Produksi minyak mulai naik selepas terjangan Badai Laura. Namun di sisi lain, permintaan masih rendah sehingga menekan harga," kata Edward Moya, Senior Market Analyst OANDA yang berbasis di New York, seperti dikabarkan Reuters.

Jika penurunan harga minyak berlanjut, bahkan kalau semakin dalam, maka bisa menimbulkan guncangan di seluruh pasar, termasuk pasar keuangan. Saat pasar keuangan global bergejolak, akan sulit berharap arus modal asing akan masuk ke negara-negara berkembang. Tentu bukan kabar gembira buat IHSG dan rupiah.

Sentimen keempat, kali ini dari dalam negeri, investor layak memantau perkembangan rencana penerapan PSBB total di Jakarta. Perlu dipantau bagaimana kejelasan lebih lanjut mengenai kebijakan ini.

Misalnya, apakah arus mobilitas orang dan barang dari/ke Jakarta juga akan diperketat? Mobilitas ini menjadi penting karena cukup banyak warga Jabodetabek yang berstatus komuter. Mereka sehari-hari mengunjungi wilayah di luar kota tempat tinggalnya untuk bekerja, sekolah/kuliah/kursus, berdagang, dan sebagainya.

Data Statistik Komuter 2019 keluaran Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, 11,1% dari 29,3 juta penduduk Jabodetabek yang berusia lima tahun ke atas adalah komuter. Kegiatan utama para komuter itu adalah bekerja, persentasenya mencapai 80,5%.

komuterBPS

Kalau para komuter dari luar Jakarta sampai dipersulit untuk masuk ke Ibu Kota, misalnya harus membawa Surat Izin Keluar-Masuk (SIKM) atau surat keterangan lainnya, tentu akan menghambat arus mobilitas. Apalagi kalau seluruh Jabodetabek kompak menerapkan PSBB total dan mewajibkan persyaratan bagi mereka yang ingin keluar-masuk antar wilayah. Pasti lebih sulit lagi.

Padahal mobilitas adalah kunci ekonomi. Saat pergerakan orang dan barang terhambat, maka ekonomi tidak bergerak. Inilah mengapa ekonomi Indonesia terkontraksi 5,32% pada kuartal II-2020, karena orang-orang menjadi anggota #timrebahan di rumah.

Jadi kalau sampai ada kabar bahwa akses orang dan barang juga bakal diperketat, maka wassalam. Ekonomi dipastikan bakal semakin menciut dan resesi adalah sebuah kepastian.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1.      Rapat Kerja Badan Anggaran DPR dengan Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional membahas RAPBN 2021 (09:00 WIB).
  2.      Rilis data inflasi Jerman periode Agustus 2020 (13:00 WIB).
  3.      Rilis data perdagangan internasional Inggris periode Juli 2020 (13:00 WIB).
  4.      Rilis data PDB Inggris periode Juli 2020 (13:00 WIB).
  5.      Rilis data inflasi AS periode Agustus 2020 (19:30 WIB).

 

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

 

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (kuartal II-2020 YoY)

-5,32%

Inflasi (Agustus 2020 YoY)

1,32%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Agustus 2020)

4%

Defisit anggaran (APBN 2020)

-6,34% PDB

Transaksi berjalan (kuartal II-2020)

-1,18% PDB

Neraca pembayaran (kuartal II-2020)

US$ 9,24 miliar

Cadangan devisa (Agustus 2020)

US$ 137,04 miliar

 

Untuk mendapatkan informasi seputar data pasar, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Corona Makin Gawat, China & Negara Barat Malah Main 'Silat'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular