
Jika Rupiah Menguat, Ucapkan Terima Kasih ke Pak Powell

Sentimen kedua apalagi kalau bukan perkembangan pandemi virus corona. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona per 4 September adalah 26.171.112 orang. Bertambah 285.387 orang (1,1%) dibandingkan sehari sebelumnya
Di Indonesia, penyebaran virus yang awalnya bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini juga kian mengkhawatirkan. Per 6 September, jumlah pasien positif corona adalah 194.109 orang. Bertambah 3.444 orang (1,81%) dibandingkan hari sebelumnya.
Sudah lima hari beruntun pasien baru bertambah lebih dari 3.000 orang per hari. Rata-rata tambahan pasien baru dalam 14 hari terakhir (24 Agustus-6 September) bertambah 2.898,14 orang dalam sehari. Melonjak dibandingkan 14 hari sebelumnya yang sebanyak 2.009,93 orang per hari.
Blavatnik School of Government di Universitas Oxford (Inggris) merilis angka Containent Health Index yang menggambarkan bagaimana kecakapan suatu negara dalam menangani pandemi virus corona dari aspek kesehatan. Indeks ini melihat aspek pembatasan aktivitas masyarakat, pengujian (testing), pelacakan (tracing), investasi di bidang kesehatan, sampai pengembangan vaksin anti-corona.
Per 4 September, skor Containment Health Index Indonesia ada di 56,44. Dari 10 negara anggota ASEAN, Indonesia menempati peringkat enam.
Sedangkan dalam penanganan pandemi secara umum, ada yang namanya Government Response Index. Pada 4 September, skor Indonesia adalah 51,6, nomor tujuh di level ASEAN.
"Sadar atau tidak sadar, kita sedang dihukum dunia. Gara-gara tidak becus menangani pandemi ini," tegas Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri, pekan lalu.
Oleh karena itu, Indonesia perlu meyakinkan dunia soal kemampuan mengendalikan pagebluk virus corona. Sebab jika tidak, maka cepat atau lambat kepercayaan investor bisa pudar.
Sentimen ketiga adalah rilis cadangan devisa Indonesia periode Agustus 2020. Pada bulan sebelumnya, cadangan devisa tercatat US$ 135,08 miliar, tertinggi sepanjang sejarah.
Untuk Agustus, Trading Economics memperkirakan cadangan devisa turun sedikit ke US$ 134,8 miliar. Penurunan ini terjadi karena peningkatan kebutuhan intervensi oleh BI untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.
Namun cadangan devisa sebesar itu masih lebih dari cukup, baik untuk membayar utang luar negeri, impor, maupun kebutuhan intervensi di pasar. 'Peluru' BI yang masih mumpuni bisa menciptakan optimisme bahwa rupiah tidak akan berfluktuasi berlebihan. Stabilnya nilai tukar adalah prasyarat penting bagi investor dalam menanamkan modal, baik di pasar keuangan maupun sektor riil.
(aji/aji)