Newsletter

Anies Perpanjang PSBB DKI, Bisa Cuan Gak Ya Weekend Ini?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
14 August 2020 06:05
Bursa saham Amerika Serikat (AS)  Wall Street
Foto: Bursa saham Amerika Serikat (AS) (AP Photo/Richard Drew)

Beralih ke bursa saham New York, meski data klaim pengangguran di AS (initial jobless claim) turun di bawah angka 1 juta, tiga indeks saham utama Wall Street justru ditutup tak kompak di akhir perdagangan.

Indeks S&P 500 ambles 0,2% dan di saat yang sama Dow Jones Industrial Average (DJIA) juga melorot 0,28%. Nasib berbeda justru dialami oleh Nasdaq Composite yang justru mencatatkan apresiasi 0,27%.

Indeks S&P 500 kini berada di dekat level tertingginya di sepanjang sejarah. "Tanpa berita penting yang bisa mengangkat pasar, perlu beberapa waktu untuk menembus titik tertinggi sepanjang masa," kata Peter Cardillo, kepala ekonom pasar di Spartan Capital Securities kepada CNBC International.

"Bahkan jika S&P 500 gagal melampaui rekor Februari dalam waktu dekat, enam bulan terakhir sudah tergolong bersejarah. Pertanyaannya adalah kemana kita akan pergi selanjutnya? " tulis Clissold dalam sebuah catatan.

Berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja AS,  klaim pengangguran mingguan awal turun menjadi 963.000. Angka ini di bawah perkiraan Dow Jones sebesar 1,1 juta. Ini juga pertama kalinya sejak Maret klaim pengangguran berada di bawah level 1 juta.

Data ini sekaligus menjadi indikator terbaru membaiknya pasar tenaga kerja dan perekonomian Negeri Paman Sam.

Pekan lalu, pemerintah AS mengumumkan data penciptaan lapangan kerja non-pertanian (non-farm payrolls) bertambah sebanyak 1,8 juta pada Juli. Alhasil, tingkat pengangguran turun menjadi 10,2%. 

Namun masih buntunya dialog yang membahas tentang kelanjutan stimulus fiskal untuk membantu masyarakat AS yang terdampak pandemi membuat pasar cenderung diliputi keragu-raguan.

Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell dan Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan kedua belah pihak masih jauh dari kesepakatan. Hal ini juga disampaikan oleh Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow yang mengatakan bahwa dialog menemui jalan buntu.

"Pasar masih menginginkan, dan sangat mengharapkan, RUU stimulus yang sebenarnya akan ditandatangani," tulis Tom Essaye, seorang editor dari Sevens Report.

"Ke depan, negosiasi soal stimulus masih akan terus berlanjut, tetapi perintah eksekutif [Presiden Trump] (dikombinasikan dengan data yang solid baru-baru ini) kemungkinan akan menurunkan urgensi untuk menyelesaikannya, jadi secara realistis pasar akan menunggu kesepakatan selama beberapa minggu ke depan," tambahnya.

(twg/twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular