Newsletter

Cadev Aman, IHSG Terbang Hari Ini?

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
07 August 2020 06:20
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham dan obligasi menguat pada perdagangan Kamis (6/8/2020) didorong ekspektasi pemulihan ekonomi, meski rupiah melemah karena aksi ambil untung jelang rilis cadangan devisa per Juli. Untuk sementara, kabar positif dari luar negeri masih kondusif untuk jalan penguatan bagi indeks bursa nasional hari ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,03% ke level 5.178,27. Secara umum, nilai transaksi bursa mencapai Rp 11,1 triliun. Sebanyak 271 saham menguat, 158 melemah, dan 151 lainnya flat.

Investor asing mencetak jual bersih (net sell) senilai Rp 11 miliar di pasar reguler.  Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dengan jual bersih Rp 135 miliar dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) yang mencatatkan net sell Rp 45 miliar.

Bursa di kawasan Asia terpantau bervariatif. Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 0,69%, indeks Shanghai di China naik 0,3%, sedangkan Indeks STI di Singapura tumbuh 1,04%.

Keyakinan konsumen Indonesia terus membaik sering dengan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Meski Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) belum menyentuh 100, tetapi menunjukkan tren peningkatan.

"Survei Konsumen Bank Indonesia pada Juli 2020 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi membaik, meskipun masih berada pada zona pesimis (<100). Hal tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 86,2 pada Juli 2020, meningkat dari 83,8 pada bulan sebelumnya," sebut laporan BI, Kamis (6/8/2020).

Ekspektasi pemulihan ekonomi global muncul setelah Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/ PMI) non-manufaktur di Amerika Serikat (AS) per Juli mengindikasikan ekspansi, dengan berada di level 58,1. Angka itu lebih baik dari posisi Juni (57,1). Ekonom dalam polling Dow Jones semula memprediksi angkanya di level 55.

Di pasar obligasi, surat utang pemerintah berjatuh tempo 10 tahun seri FR0082 yang menjadi acuan harga di pasar tercatat menguat, yang terlihat dari penurunan imbal hasilnya (yield).

Data Refinitiv menyebutkan imbal hasil obligasi tersebut berada di level 6,799% atau melemah dibandingkan dengan posisi sehari sebelumnya di 6,832%. Sebagai catatan, imbal hasil dan harga bergerak berlawanan arah.

Namun, nilai tukar rupiah justru ditutup melemah 0,41% ke level Rp 14.580/US$ terhadap dolar Amerika Serikat (AS), meski sempat menguat di awal sesi perdagangan sebesar 0,48% ke Rp 14.450/US$. Namun satu jam kemudian rupiah berbalik melemah, dan terus tertahan di zona merah hingga sesi penutupan.

Setelah berfluktuasi pada sesi awal, bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup di zona hijau pada perdagangan Kamis (6/8/2020), menyusul rilis data klaim pengangguran yang mengindikasikan pemulihan di tengah pembahasan stimulus. 

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 185,5 poin (+0,7%) ke 27.386,98. Nasdaq bertengger di level psikologis 11.000 setelah menguat 1% ke 11.108,07 sementara S&P 500 tumbuh 0,6% ke 3.349,16.

Saham teknologi kembali menjadi tulang punggung penguatan, di mana Facebook melejit lebih dari 6%, Apple melesat 3,5%, Netflix menguat 1,4%, Amazon naik 0,6% dan Microsoft tumbuh 1,6%.

"Ini adalah kisah tentang pasar yang terpecah... Ada sektor yang menguat... dan mereka meninggalkan banyak saham lainnya di belakang," tutur Dryden Pence, Kepala Investasi Pence Wealth Management, sebagaimana dikutip CNBC International.

Di luar itu, kabar data tenaga kerja memberikan angin segar. Departemen Tenaga Kerja AS menyebutkan klaim pengangguran baru per 1 Agustus berjumlah 1,186 juta, atau lebih baik dari konsensus ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 1,423 juta.

Ini merupakan angka klaim terendah selama era pandemi. Per 25 Juli, angka klaim tunjangan asuransi pengangguran mencapa 1,434 juta pengangguran baru. Namun, data terbaru ini memperpanjang rekor pengangguran mingguan di atas 1 juta orang, menjadi 19 pekan.

"Nada keseluruhan data klaim pengangguran adalah bahwa ia menjadi yang terbaik dalam 3 pekan terakhir," tutur Thomas Simons, ekonom pasar uang Jefferies, dalam laporan risetnya yang dikutip CNBC International. "Penurunan itu menjadi yang terbesar sejak pekan per 6 Juni."

Hari ini, data tenaga kerja selanjutnya bakal dirilis yakni data pemerintah tentang slip gaji sektor non-pertanian, yang diekspektasikan berujung pada pertumbuhan lapangan kerja sebanyak 1,264 juta pada Juli.

NBC News melaporkan bahwa Gedung Puth mengajukan anggaran bagi alokasi tunjangan pengangguran senilai US$ 400 per pekan, lebih tinggi dari proposal awal mereka sebesar US$ 200 per pekan, dan mendekati proposal partai Demokrat yang ingin angka US$ 600 per pekan.

Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan Kepala Staf Gedung Putih Mark Meadows juga mengusulkan perpanjangan moratorium penyitaan rumah milik debitor program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang disubsidi pemerintah dan cicilannya terhenti, menjadi Desember. 

Hari ini Bank Indonesia (BI) akan merilis data cadangan devisa (cadev) Juli yang mengindikasikan pemulihan posisi hasil devisa ekspor dan masuknya arus pendanaan berbasis valuta asing (valas).

Menurut proyeksi Tradingeconomics, posisi cadev nasional bakal menyentuh US$ 132,1 miliar pada Juli, atau meningkat jika dibandingkan dengan posisi Juni sebesar US$ 131,7 miliar.

Jika proyeksi itu terkonfirmasi, bisa ditafsirkan bahwa penerimaan hasil ekspor migas (dan barang lainnya) masih aman. Apalagi, pemerintah menerbitkan surat utang valas (berdenominasi yen) pada 8 Juli yakni samurai bond senilai 100 miliar yen (Rp 13,41 triliun) atau setara US$ 1 miliar.

Namun, jika yang sebaliknya terjadi yakni cadev menurun, maka ada peluang bahwa "keran" sedang terbuka lebih lebar, mengalirkan devisa tersebut keluar untuk pembayaran kewajiban valas para pelaku usaha yang jatuh tempo pada Juli atau akhir semester pertama, atau pembayaran dividen (yang kabarnya banyak ditunda dari yang seharusnya pada Maret).

Atau, BI memerlukan lebih banyak amunisi untuk mengintervensi rupiah yang sepanjang Juli memang melemah 2,5%, ke Rp 14.530 per dolar AS, dari Rp 14.175 (per akhir Juni).

Harap dicatat, cadev kita sempat kutan "terinfeksi" virus corona dengan merosot pada Maret, yang merupakan bulan pertama penyebaran (outbreak) virus tersebut di Indonesia.

Pada saat itu, nilai tukar rupiah ambruk hingga 13,67% (dalam sebulan) ke level Rp 16.300 per dolar AS. Itu merupakan pelemahan terburuk sejak krisis keuangan subprime mortgage loan, yakni pada Oktober 2008 ketika rupiah ambrol 14,77%.

Dengan membaiknya cadev, maka ada peluang peringkat utang untuk surat utang pemerintah membaik dan memperingan jalan bagi pemerintah melakukan pembiayaan ekstra lewat penerbitan obligasi valas guna memberikan stimulus di tengah krisis pandemi.

Apalagi, persepsi investor terhadap risiko investasi di Indonesia memang kian membaik, terlihat dari turunnya premi CDS (Credit Default Swap) yang harus mereka bayarkan untuk menutup risiko gagal bayar instrumen surat utang di Indonesia.

Premi CDS Indonesia untuk instrumen yang bertenor 5 tahun tercatat terus membaik, dan kemarin berada di level 111,76. Ini merupakan level terendah sejak 24 Januari 2019 (saat itu di level 122,48).

Sebelumnya pada 23 Maret 2020, premi yang sama menembus level tertingginya pada 281,26. Kala itu, negeri ini lagi panas-panasnya menghadapi penyebaran pertama virus Covid-19.

Secara psikologis, cadev yang kuat bakal menambah keyakinan para investor global untuk berbelanja aset investasi di Indonesia, seperti saham dan obligasi. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika pelaku pasar pun mencermati rilis cadev hari ini.

Jika tak ada kejutan buruk yang berarti, maka makin lapanglah jalan menuju penguatan IHSG. Apalagi, sentimen global sedang lumayan bagus dengan data klaim pengangguran AS yang membaik dan sektor manufaktur yang terindikasi berekspansi.

Jika proyeksi positif cadev hari ini terkonfirmasi pagi jelang siang nanti, maka kita akan mendapati "pemulihan cadev" dalam kurva V (V recovery) yang kian berkelanjutan. Ya, sembari menanti ekonomi kita pulih cepat dengan pola V, syukur-syukur cadev "pulih" duluan.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Rilis neraca dagang China per Juli (10:00 WIB)
  • Rilis cadangan devisa Indonesia per Juli (10:00 WIB)
  • Rilis cadangan devisa China per Juli (14:00 WIB)
  • Rilis cadangan devisa India per Juli (16:00 WIB)
  • Rilis slip gaji sektor non-pertanian AS per Juli (19:00 WIB)
  • RUPST PT Mulia Industrindo Tbk (09:00 WIB)
  • RUPST PT Lippo General Insurance Tbk (09:30 WIB)
  • RUPST PT Panca Global Kapital Tbk (09:30 WIB)
  • RUPST PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk (10:00 WIB)
  • RUPST PT Makmur Berkah Amanda Tbk (10:30 WIB)
  • RUPST PT Singaraja Putra Tbk (11:30 WIB)
  • RUPST PT Bentoel International Investama Tbk (14:00 WIB)
  • RUPST PT MNC Vision Networks Tbk (14:00 WIB)
  • RUPST PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk (14:30 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (kuartal II-2020 YoY)

-5,32%

Inflasi (Juli 2020 YoY)

1,54%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Juli 2020)

4%

Defisit anggaran (APBN 2020)

-6,34% PDB

Transaksi berjalan (kuartal I-2020)

-1,42% PDB

Neraca pembayaran (kuartal I-2020)

-US$ 8,54 miliar

Cadangan devisa (Juni 2020)

US$ 131,72 miliar

Untuk mendapatkan informasi seputar data pasar, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular