Newsletter

Semua Ada Obatnya, Termasuk Kekhawatiran Seputar Lockdown

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
04 August 2020 06:42
Dampak Penyebaran COVID-19 terhadap Ekonomi Indonesia. (CNBC Indonesia/Ratu Rina)

Jakarta, CNBC Indonesia -- Pasar keuangan nasional terkena pukulan berat kemarin dengan koreksi di bursa saham, obligasi, maupun pasar valuta asing (valas). Hari ini, angin pertolongan bakal berhembus dari Amerika Serikat (AS) dan dari temuan vaksin serta obat anti-Covid-19.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (3/8/20) bablas ke zona merah dengan ambruk 2,78% di level 5.006,22. Investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 1,44 triliun di pasar reguler dari nilai transaksi Rp 10,93 triliun. Terpantau hanya 54 saham yang naik, 401 turun, dan sisanya 129 stagnan.

Pasar sedang minder. Terakhir kali IHSG jatuh sampai 4% dalam sehari terjadi pada 23 Maret 2020 sebesar 4,90%. 

Rilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) Juli menunjukkan bahwa bahwa Indonesia mengalami deflasi 0,1% secara bulanan. Data ini mengonfirmasi bahwa konsumsi masyarakat sedang bermasalah. Dengan deflasi 0,1%, maka inflasi tahun kalender 2020 belum menyentuh 0,98% dan inflasi tahunan di 1,54%, terendah sejak tahun 2000.

Di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) bisa diberlakukan lagi di Jakarta, mengikuti Manila (Filipina) akibat lonjakan kasus Covid-19. Per 2 Agustus, jumlah pasien positif corona di Ibu Pertiwi adalah 111.455 orang. Bertambah 1.519 orang dibandingkan sehari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (20 Juli-2 Agustus), rata-rata pasien baru di Indonesia bertambah 1,83% per hari. Sementara di Filipina adalah 3,09% per hari.

Sentimen tersebut membuat pasar obligasi pemerintah tertekan dengan kenaikan imbal hasil (yield) di seluruh tenor terutama yang jangka pendek yakni 3 tahun sebesar 25 basis poin ke 5,64%. Imbal hasil dan harga obligasi bergerak berkebalikan, sehingga kenaikan imbal hasil menandakan harga sedang turun.

Mata uang rupiah juga terkena tekanan sehingga kursnya melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan menjadi yang terburuk di Asia. Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di level Rp 14.530/US$, tetapi kemudian masuk ke zona merah dan melemah hingga 0,28% di sesi penutupan ke level Rp 14.570/US$.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup di jalur hijau pada perdagangan Senin (3/8/2020), menyusul kinerja positif dan aksi korporasi emiten teknologi AS di tengah pembahasan stimulus pandemi.

Saham Microsoft lompat 5% setelah perseroan mengonfirmasi pembicaraan mengenai kemungkinan membeli saham TikTok di AS. Rencana tersebut mengemuka bahkan setelah Presiden AS Donald Trump menuduh TikTok sebagai aplikasi berbahaya yang disusupi pemerintah China sehingga perlu dilarang.

Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 236,08 poin ( 0,9%) pada penutupan perdagangan dini hari tadi menjadi 26.664,4. Indeks Nasdaq menguat 1,5% ke level tertinggi sepanjang sejarah pada 10.902,8 dan S&P 500 naik 0,7% ke 3.294,61 atau yang tertinggi sejak 21 Februari (pra-pandemi).

Saham Apple melesat 2,5% setelah perseroan mengumumkan pemecahan nilai nominal saham (stock split) dengan rasio 4:1 yang bakal membuat harga sahamnya lebih terjangkau. Selain itu, pendapatan perseroan per kuartal I-2020 melesat 11%.

"Kita sedang menyaksikan reli di sektor teknologi mengikuti beberapa rilis laporan laba bersih yang kita lihat pekan lalu," tutur James Ragan, Direktur Riset Pengelolaan Aset D.A. Davidson sebagaimana dikutip CNBC International.

Sepanjang tahun berjalan, saham Amazon dan Apple meroket masing-masing sebesar 71% dan 44%. Saham Facebook juga naik, lebih dari 7%, setelah pendapatannya tumbuh 11% di tengah krisis Covid-19.

Investor merespons positif kabar emiten farmasi AS Eli Lilly yang memulai pengembangan obat Covid-19 fase 3. Saham perseroan ditutup naik 1,7%. Data FactSet menyebutkan bahwa 84% dari konstituen indeks S&P 500 merilis kinerja keuangan yang melampaui ekspektasi pasar.

Pelaku pasar juga mengantisipasi rilis data pengangguran pada Jumat nanti. Polling Revinitif memperkirakan lapangan kerja bakal bertambah 1,36 juta, atau di bawah capaian Juni yang mencapai 4,8 juta. Tingkat pengangguran diprediksi turun menjadi 10,7% dari 11,1% bulan lalu

"Naiknya klaim pengangguran dan penurunan indeks keyakinan konsumen menunjukkan melemahnya konsumsi AS," tutur Dennis DeBusschere, perencana pasar Evercore ISI sebagaimana dikutip CNBC International.

Politisi partai Republik dan Demokrat masih alot membahas rencana paket stimulus di tengah krisis pandemi. Gedung Putih ingin angka tunjangan pengangguran ditetapkan sebesar US$ 200 per pekan, sedangkan politisi partai Demokrat mengusulkan angkanya tetap seperti sebelumnya di level US$ 600.

Semua penyakit ada obatnya, tidak terkecuali Covid-19. Persoalannya hanya terletak pada pertanyaan: kapan "perlombaan riset" yang dijalankan oleh negara-negara maju di seluruh dunia ini berujung pada temuan obat atau vaksin.

Kabar terbaru muncul dari AS d mana emiten farmasi Eli Lilly mengumumkan pengembangan obat Covid-19 telah memasuki fase 3. Saham perseroan pun ditutup melesat 1,7%.

Kabar ini melengkapi berita dari Rusia di mana Presiden Vladimir Putin melalui Otoritas Kesehatan Rusia mengumumkan vaksinasi massal anti-corona pada Oktober 2020.

Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko mengatakan dokter dan guru akan menjadi pihak pertama yang menerima vaksin corona. Sumber Reuters mengungkapkan bulan ini regulator kesehatan akan memberikan persetujuan pada vaksin potensial yang dikembangkan Rusia.

Hal ini menunjukkan bahwa riset dan pengembangan berujung pada kemajuan yang cukup signifikan, sehingga kekhawatiran mendasar yang membuat bursa saham Indonesia anjlok kemarin pun semestinya berkurang.

Jakarta tidak akan melakukan kembali PSBB secara ketat, terutama di tengah upaya pengembangan vaksin antara PT Bio Farma dan Sinovac asal China. Selama ada kemajuan dan harapan seputar vaksin, maka kekhawatiran seputar PSBB dan lockdown bakal sedikit terobati.

Di sisi lain, secara fundamental ada kabar positif dari AS di mana Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) sektor manufaktur di AS versi Institute for Supply Management's (ISM) menunjukkan perbaikan.

Indeks yang mengukur aktivitas mnufaktur di sebuah negara ini tercatat berada di level 54,2 pada Juli atau melampaui ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones yang hanya memperkirakan angka 53,8.

Survei PMI menggunakan ambamg batas 50, di mana angka di bawah itu menunjukkan kontraksi aktivitas manufaktur dan sebaliknya di atas itu menunjukkan adanya ekspansi.

Artinya, aktivitas manufaktur Negara Adidaya tersebut cenderung masih tangguh dan menjanjikan peluang bahwa efek buruk pandemi bakal lebih ringan dari yang dikhawatirkan, lagi-lagi di tengah pengembangan obat dan vaksin.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Pertumbuhan utang Indonesia Juni (15:30 WIB)
  • Pemesanan pabrik AS (14:00 WIB)
  • RUPST PT Indonesia Kendarraan Terminal Tbk (13:00 WIB)
  • RUPST PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (13:00 WIB)
  • RUPST PT Wijaya Karya Beton Tbk (13:00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (kuartal I-2020 YoY)

2,97%

Inflasi (Juli 2020 YoY)

1,54%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Juli 2020)

4%

Defisit anggaran (APBN 2020)

-6,34% PDB

Transaksi berjalan (kuartal I-2020)

-1,42% PDB

Neraca pembayaran (kuartal I-2020)

-US$ 8,54 miliar

Cadangan devisa (Juni 2020)

US$ 131,72 miliar

Untuk mendapatkan informasi seputar data pasar, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Pasien COVID-19 Dunia Sudah Tembus Sejuta, Mau ke Mana Kita?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular