Newsletter

Perhatian! Singapura Resmi Resesi Hari ini

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 July 2020 06:08
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Seperti disebutkan sebelumnya, Wall Street sempat melesat menguat berkat laporan 2 jenis vaksin yang mendapat "jalur cepat dari FDA AS. Kedua vaksin tersebut diproduksi oleh perusahaan biotek asal Jerman BioNTech dan perusahaan farmasi asal AS Pfizer. 

"Jalur cepat" yang diterima kedua vaksin buatan perusahaan tersebut artinya peninjauan oleh FDA akan dilakukan lebih cepat dari biasanya.

Dari empat vaksin yang dibuat oleh kedua perusahaan tersebut ada 2 yang potensial yakni BNT162b1 dan BNT162b2 dan sedang diuji di AS serta Jerman. Jika mendapat persetujuan dari FDA, pengujian besar kedua vaksin tersebut dilakukan secepatnya akhir bulan ini dengan menggunakan 30.000 partisipan.

Jika pengujian yang dilakukan sukses, dan vaksin tersebut disetujui untuk digunakan oleh regulator, kedua perusahaan memperkirakan mampu menyediakan 100 juta dosis di akhir tahun ini, dan 1,2 miliar dosis di akhir 2021.

Kabar tersebut memberikan harapan hidup bisa kembali normal dan roda perekonomian kembali seperti semula.

Seiring dengan harapan yang memuncak, jumlah kasus Covid-19 di dunia juga terus menanjak, termasuk di Indonesia. Kemarin, Juru Bicara Pemerintah khusus Covid-19, Achmad Yurianto, kemarin mengungkapkan bahwa ada penambahan 1.282 kasus baru, sehingga total menjadi 76.981 kasus.

Penambahan tersebut sudah menurun jauh ketimbang Jumat lalu ketika bertambah sebanyak 2.657 yang menjadi rekor terbanyak sejak awal Indonesia terjangkit di bulan Maret. Tetapi, yang patut menjadi perhatian adalah kasus di DKI Jakarta bertambah sebanyak 281, menjadi yang tertinggi dibandingkan daerah lainnya.

Pada hari minggu lalu, DKI Jakarta melaporkan 404 kasus baru, menjadi rekor penambahan kasus terbanyak per harinya di ibu kota negara.

Akibatnya Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan memperingatkan adanya kemungkinan PSBB kembali diterapkan jika jumlah kasus terus meningkat. 

"Hari ini adalah yang tertinggi sejak kita menangani kasus di Jakarta ada 404 kasus baru," kata Anies pada video '12 Jul 2020 Gub Anies Baswedan Update Perkembangan Penanganan Covid-19' di akun YouTube Pemprov DKI Jakarta, Minggu (12/7/2020).

"Jadi saya ingin mengingatkan kepada semua warga Jakarta harus ekstra hati-hati. Jangan anggap enteng. Jangan merasa kita sudah bebas dari COVID-19. Karena nanti kalau kondisi ini berlangsung terus, bukan tidak mungkin kita akan kembali ke situasi sebelum ini (PSBB). Karena itulah saya ingin menyampaikan kepada semuanya, ada titik-titik yang harus diwaspadai," katanya.

Jika PSBB kembali diterapkan, pemulihan ekonomi Indonesia tentunya akan mundur lagi, dan resesi semakin sulit dihindari.

Di kuartal I-2020 lalu, perekonomian Indonesia masih mampu tumbuh 2,97% year-on-year (YoY), menjadi yang terendah sejak tahun 2001. Tetepi di kuartal II-2020, situasinya akan berbeda, banyak daerah menerapkan PSBB termasuk DKI Jakarta, sehingga roda bisnis nyaris terhenti atau bahkan mati suri.

Karenanya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, memperkirakan ekonomi April-Juni akan terkontraksi dalam kisaran -3,5% hingga -5,1%.
Seandainya Jakarta menerapkan PSBB lagi, risiko perekonomian di kuartal III-2020 juga minus menjadi cukup besar. Kala produk domestic bruto (PDB) tersebut minus dalam dua kuartal beruntun, maka negara dikatakan mengalami resesi.

Tanpa ada PSBB lanjutan PDB Indonesia di kuartal II-2020I juga diramal di kisaran -1% sampai 1,2%. Itu artinya risiko resesi tetap ada.
"Secara definisi begitu (resesi). Namun kita berharap kuartal III tidak negatif," ujar Sri Mulyani.

Pelaku pasar tentunya akan terus memantau penambahan kasus di Indonesia, apakah sudah mencapai puncaknya saat mencetak rekor minggu lalu, atau justru masih akan terus menanjak.

Meski demikian, melihat euforia dari "jalur cepat" 2 vaksin corona, pasar keuangan dalam Indonesia berpeluang menghijau kembali hari ini.

Jika Indonesia masih terancam resesi, maka Singapura akan resmi mengalami resesi hari ini. pada kuartal I-2020, PDB Negeri Merlion terkontraksi alias minus 0,7% YoY. Sementara di kuartal II-2020, berdasarkan hasil polling Reuters, PDB Singapura diprediksi minus 10,5% YoY, dan akan menjadi kontraksi terdalam sepanjang sejarah. Dengan prediksi sedalam itu, rasanya hanya keajaiban yang bisa membawa Singapura lepas dari resesi kali ini. Kali terakhir Singapura mengalami resesi pada tahun 2008 saat krisis finansial global.

Resesi yang dialami Singapura tentunya juga memberikan dampak ke Indonesia, khususnya di sektor riil. Tetapi tidak hanya hari ini, selama beberapa bulan ke belakangan dampaknya tentunya sudah terasa, sebab rilis data PDB merupakan "peresmian" resesi, penurunan aktivitas ekonomi sudah terjadi beberapa bulan ke belakang. 

Singapura merupakan investor strategis bagi Indonesia. Pada 2019, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat penanaman modal asing (PMA) Singapura sebesar US$ 6,5 miliar, menjadi yang terbesar dibandingkan negara-negara lainnya.Di kuartal I-2020, nilai PMA Singapura juga masih tinggi, sebesar US$ 2,72 miliar, tetapi di kuartal II-2020 mungkin lain ceritanya. 

Selain itu, Singapura juga merupakan pasar ekspor non-migas Indonesia, pada periode Januari-April, nilai ekspor non-migas ke sebesar US$ 3,53 miliar, sementara impor US$ 2,94 miliar. Resesi yang dialami Singapura tentunya mengurangi nilai ekspor, begitu juga impor. 

Sektor riil sudah pasti terkena dampaknya, ke sektor finansial juga sudah merasakannya pada bulan Maret lalu kala IHSG dan rupiah ambrol. Tetapi rilis data hari ini kemungkinan tidak akan terlalu berdampak ke pasar finansial, sebabnya para investor sudah mengantisipasi resesi tersebut dari jauh-jauh hari.

Banyak negara akan mengalami resesi, tidak hanya Singapura, tetapi penyebabnya sama pandemi Covid-19. Untuk meredam penyebarannya, memang negara-negara harus mengorbankan sektor ekonomi, dan mengutamakan sektor kesehatan. Tetapi kini sudah muncul harapan akan bangkitnya perekonomian, yang menjadi lebih penting dan berpengaruh ketimbang resesi yang sudah pasti. 

China dalam beberapa pekan terakhir menunjukkan tanda-tanda kebangkitan ekonomi, dari ekspansi sektor manufaktur serta kenaikan inflasi. Hari ini, China akan merilis data neraca dagang yang akan mempengaruhi sentimen pelaku pasar. Tanda-tanda kebangkitan ekonomi China akan semakin besar jika ekspor dan impor mulia menunjukkan pemulihan. Hal itu tentunya akan menambah sentimen positif di pasar Asia dan dunia.

(pap)
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular