Hati-hati, Sri Mulyani & Morgan Stanley Ramal RI Bisa Resesi!

Dari bursa saham New York, tiga indeks utama ditutup hijau. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,59% menjadi 26.024,96, S&P 500 bertambah 0,65% ke 3.117,86, dan Nasdaq Composite menanjak 1,11% ke posisi 10.056,475. Nasdaq mencatat rekor tertinggi sepanjang masa.
Meski investor khawatir akan second wave outbreak virus corona, tetapi sejumlah data ekonomi terlalu sayang untuk diabaikan begitu saja. Sebab, ada sinyal aktivitas ekonomi mulai bangkit dari keterpurukan.
National Activity Index terbitan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) Chicago pada Mei tercatat sebesar 2,61. Melonjak tajam dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang sebesar -17,89 dan sekaligus menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Kemudian dari Eropa, pembacaan awal Indeks Keyakinan Konsumen Zona Euro menunjukkan angka -14,7. Masih minus, tetapi membaik ketimbang bulan sebelumnya yang -18,8. Setelah menyentuh titik nadir pada April, IKK Zona Euro terus membaik.
"Investor coba melakukan kalibrasi antara peningkatan kasus corona dan data ekonomi yang membaik. Hasilnya, mungkin akan ada pengetatan sosial distancing, atau reclosing, tetapi parsial saja," kata Art Hogan, Strategist di National Securities, seperti dikutip dari Reuters.
Penutupan parsial atau mini-lockdown adalah pemberlakuan social distancing hanya di daerah lingkup tertentu yang mencatatkan penambahan kasus corona dalam jumlah signifikan. Contohnya di Beijing, kala muncul kluster penyebaran baru dari sebuah pasar tradisional, hanya 11 kawasan yang diberlakukan lockdown dengan penjagaan ketat aparat selama 24 jam. Tidak seluruh Kota Beijing yang 'dikunci'.
Langkah ini diharapkan mampu mempersempit ruang gerak virus corona hanya di zona merah, sehingga penanganan bisa lebih fokus. Sementara di daerah lain, aktivitas masyarakat tetap berjalan sehingga roda ekonomi terus berputar. Dengan demikian, harapan pemulihan ekonomi tetap terjaga walau tidak setinggi sebelumnya.
(aji/aji)