
RI Kasus Covid-19 Terbanyak di ASEAN, Lalu Bagaimana?

Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup variatif pada Kamis (18/6/2020), karena investor cemas melihat gejala gelombang kedua virus corona di tengah data pengangguran yang mengecewakan.
Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 39,51 poin (-0,2%) ke 26.080,1. Namun, indeks S&P 500 menguat 0,1% ke 3.115,34 sedangkan Nasdaq naik 0,3% ke 9.943,05. Saham Facebook, Amazon, dan Netflix kompak menguat menjadi pendorong reli Nasdaq. Sebaliknya, saham penerbangan menjadi pemberat bursa secara keseluruhan.
Klaim pengangguran mingguan untuk pekan lalu tercatat sebanyak 1,51 juta, atau lebih buruk dari proyeksi ekonom dalam polling Dow Jones sebanyak 1,3 juta orang.
"Sementara klaim baru telah menurun dalam 11 pekan setelah lompatan tertinggi pada Maret lalu, pekan ini kita melihat laju penurunan paling pelan secara persentase sejak awal April, sehingga kita akan lihat bagaimana ini akan berujung," tutur Peter Boockvar, Kepala Investasi Bleakley Advisory Group, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.
Beberapa negara bagian di AS mencatatkan kenaikan angka pasien yang terinfeksi virus corona. Arizona mencatatkan angka tertinggi baru, sedangkan Texas melihat lonjakan kasus baru sebanyak 11% dalam sehari pada Rabu kemarin.
Di China, kenaikan jumlah infeksi baru memaksa Beijing membatalkan penerbangan, menutup sekolah, dan mengkarantina beberapa distrik. Namun demikian, sumber otoritatif di China menyatakan bahwa penyebaran virus Covid-19 di Beijing sudah terkendali.
"Ketakutan atas tingkat infeksi menyusul pembukaan kembali beberapa negara bagian di AS dan di negara lain bisa dimengerti," tutur CEO Markfield Asset Management Michael Shaoul dalam laporan risetnya, sebagaimana dikutip CNBC International.
Sepanjang pekan berjalan, indeks Dow Jones lompat 1,9%, S&P 500 menguat 2,4%, sementara indeks Nasdaq melesat lebih dari 3%.
(ags)