Newsletter

The Fed Kian Agresif, Saatnya Bersih-bersih Saham Ritel

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
16 June 2020 06:16
Thamrin City
Foto: Thamrin City (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Hari ini secara fundamental masih akan ada kabar buruk dari dalam negeri, kali ini bersumber dari sektor ritel. Bank Indonesia bakal merilis laporan survei penjualan eceran per April. Menurut Tradingeconomics, penjualan ritel periode itu bakal anjlok 11,8% atau lebih buruk dari Maret.

Dalam survei Maret, Indeks Penjualan Riil (IPR) berada di level 219,9 alias terkontraksi 4,5%. Ini mengindikasikan bahwa penjualan ritel masih lesu akibat pandemi Covid-19. Penurunan terutama terjadi pada penjualan subkelompok komoditas sandang yang terkontraksi -42,8%, turun dalam dibanding periode sebelumnya yang tumbuh 34,3%.

Dengan belum adanya perubahan terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada April, maka tak ada alasan untuk berharap penjualan ritel berbalik menguat. Hal serupa juga terjadi di AS yang juga dijadwalkan merilis data penjualan ritel (per Mei) yang diprediksi tertekan 24,6%, setelah sebelumnya melemah 21,6%. 

Di tengah kondisi demikian, investor mendapatkan alasan untuk meninggalkan saham-saham sektor ritel dan berburu saham sektor lain yang lebih prospektif. Energi pendorong pembelian saham bakal bersumber dari sentimen global, yakni perkembangan temuan vaksin. 

Emiten farmasi Inggris yang tercatat di Bursa New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange, AstraZeneca PLC, tengah bernegosiasi dengan Jepang, Rusia, Brasil, dan China.

Chief Executive Officer (CEO) AstraZeneca Pascal Soriot menargetkan vaksin sudah bisa didistribusikan ke AS dan Inggris pada September atau Oktober, dengan kesiapan pengiriman secara stabil pada awal 2021.

Badan Pengawas Obat dan Produk Kesehatan (Medicines and Healthcare products Regulatory Agency/MHRA) Inggris telah menyetujui uji coba fase III setelah penelitian fase II menunjukkan adanya kemanjuran dan keamanan produk AstraZeneca.

Selain itu, sikap The Fed yang kian agresif melakukan pembelian di pasar obligasi menunjukkan bahwa bank sentral paling digdaya sedunia ini bakal memastikan likuditas di pasar terjaga dan bahkan berlebih.

Dengan likuiditas berlebih, maka pasar modal negara berkembang dan emerging market pun berpeluang mendapat limpahan investasi portofolio, menjadi sentimen positif jangka pendek untuk trading hari ini.

(ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular