
Newsletter
AS-China Buat Gejolak, Mungkinkah Ada Happy Weekend?
Tirta Citradi & , CNBC Indonesia
29 May 2020 05:55

Beralih ke kiblat pasar saham global, dini hari tadi tiga indeks utama Wall Street harus ditutup terbenam di zona merah setelah menguat dalam dua hari perdagangan secara beruntun. Koreksi terjadi menyusul pernyataan Trump yang akan memberikan keterangan terkait sikapnya terhadap China pada Jumat waktu setempat.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 175 poin atau terpangkas 0,7% di menit-menit terakhir jelang penutupan perdagangan. Di saat yang sama S&P 500 turun 0,4% dan Nasdaq Composite turun 0,6%.
Di awal perdagangan indeks saham utama di bursa New York masih berada di zona hijau. Melesatnya harga saham-saham di bursa New York saat perdagangan berlangsung dipicu oleh optimisme bahwa derita dan nasib buruk perekonomian AS akibat pandemi Covid-19 telah berhasil dilalui.
Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan adanya 2,1 juta klaim pengangguran baru per 23 Mei, lebih buruk dari konsensus ekonom dalam polling Dow Jones yang memprediksi angkanya berada di 2,05 juta. Meski demikian, lajunya mengalami penurunan dibanding pekan sebelumnya sebanyak 2,44 juta klaim dan juga 4 juta klaim pada pekan pertama bulan Mei.
Bagaimanapun juga pasar saham memang tengah sumringah pekan ini menyusul kabar baik dari pembukaan ekonomi secara bertahap.
CEO Bank of America Brian Moynihan mengatakan kepada CNBC International dalam acara "Squawk Box" pada hari Kamis (28/5/2020) waktu setempat bahwa ekonomi AS telah keluar dari lubang. "Anda melihat kami keluar dari kedalaman di mana kami berada pada bulan April, dan itu berita bagus" ungkapnya.
"Stimulus terbesar bagi perekonomian adalah pembukaan kembali ekonomi secara aman.. Pada akhirnya, pembukaan kembali ini secara bertahap menunjukkan perbaikan meski tingkat permintaan yang sebenarnya masih belum jelas," tulis Gregory Faranello, Kepala Trading AmeriVet Securities, dalam laporan riset, yang dikutip CNBC International.
Di sisi lain euforia terhadap pembukaan ekonomi secara gradual juga membuat pelaku pasar mengabaikan rilis data pertumbuhan PDB AS kuartal I-2020. Pada pembacaan kedua, ekonomi AS dilaporkan menyusut 5% pada kuartal I-2020.
Angka tersebut merupakan revisi turun dari pembacaan pertama yang menyebutkan bahwa ekonomi AS mengalami kontraksi sebesar minus 4,8% (annualized) versi Departemen Perdagangan AS. Angka ini juga lebih rendah dari estimasi pasar yang memperkirakan ekonomi AS masih mengalami kontraksi di angka yang sama seperti pada pembacaan awal.
Tak bisa dipungkiri pandemi akibat virus corona menyebabkan kerusakan mendalam pada ekonomi Negeri Paman Sam. Merebaknya wabah di AS telah menyeret turun belanja konsumen, ekspor dan persediaan. Ini juga menandai kontraksi pertama sejak kuartal pertama 2014 dan terdalam sejak krisis keuangan global 2008 silam.
Namun euforia tak bisa terus-terusan terjadi, mengingat ketegangan antara Washington dengan Beijing terus tereskalasi di saat yang sama. Pengumuman Trump muncul setelah Kongres Rakyat Nasional China (NPC) menyetujui undang-undang keamanan nasional untuk Hong Kong.
RUU itu akan mem-bypass legislatif Hong Kong. Dengan berlakunya undang-undang tersebut maka kelangsungan prinsip "satu partai, dua sistem" Hong Kong menjadi dipertanyakan. Pasalnya dengan UU tersebut, China jadi memiliki kontrol yang lebih luas terhadap otonomi Hong Kong.
"Jika respons Hong Kong melibatkan sanksi luas terhadap individu atau entitas, itu akan menjadi masalah yang lebih besar dan bukan sesuatu yang S&P 500 [pasar saham AS] bisa dengan mudah abaikan," kata Adam Crisafulli dari Vital Knowledge, dalam sebuah catatan, mengutip CNBC International.
"Valuasi saham secara umum terlalu tinggi sehingga tidak memberikan ruang untuk kesalahan, sementara investor tidak cukup memperhatikan peningkatan ketegangan AS-Cina," tambahnya.
(twg)
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 175 poin atau terpangkas 0,7% di menit-menit terakhir jelang penutupan perdagangan. Di saat yang sama S&P 500 turun 0,4% dan Nasdaq Composite turun 0,6%.
Di awal perdagangan indeks saham utama di bursa New York masih berada di zona hijau. Melesatnya harga saham-saham di bursa New York saat perdagangan berlangsung dipicu oleh optimisme bahwa derita dan nasib buruk perekonomian AS akibat pandemi Covid-19 telah berhasil dilalui.
Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan adanya 2,1 juta klaim pengangguran baru per 23 Mei, lebih buruk dari konsensus ekonom dalam polling Dow Jones yang memprediksi angkanya berada di 2,05 juta. Meski demikian, lajunya mengalami penurunan dibanding pekan sebelumnya sebanyak 2,44 juta klaim dan juga 4 juta klaim pada pekan pertama bulan Mei.
Bagaimanapun juga pasar saham memang tengah sumringah pekan ini menyusul kabar baik dari pembukaan ekonomi secara bertahap.
CEO Bank of America Brian Moynihan mengatakan kepada CNBC International dalam acara "Squawk Box" pada hari Kamis (28/5/2020) waktu setempat bahwa ekonomi AS telah keluar dari lubang. "Anda melihat kami keluar dari kedalaman di mana kami berada pada bulan April, dan itu berita bagus" ungkapnya.
"Stimulus terbesar bagi perekonomian adalah pembukaan kembali ekonomi secara aman.. Pada akhirnya, pembukaan kembali ini secara bertahap menunjukkan perbaikan meski tingkat permintaan yang sebenarnya masih belum jelas," tulis Gregory Faranello, Kepala Trading AmeriVet Securities, dalam laporan riset, yang dikutip CNBC International.
Di sisi lain euforia terhadap pembukaan ekonomi secara gradual juga membuat pelaku pasar mengabaikan rilis data pertumbuhan PDB AS kuartal I-2020. Pada pembacaan kedua, ekonomi AS dilaporkan menyusut 5% pada kuartal I-2020.
Angka tersebut merupakan revisi turun dari pembacaan pertama yang menyebutkan bahwa ekonomi AS mengalami kontraksi sebesar minus 4,8% (annualized) versi Departemen Perdagangan AS. Angka ini juga lebih rendah dari estimasi pasar yang memperkirakan ekonomi AS masih mengalami kontraksi di angka yang sama seperti pada pembacaan awal.
Tak bisa dipungkiri pandemi akibat virus corona menyebabkan kerusakan mendalam pada ekonomi Negeri Paman Sam. Merebaknya wabah di AS telah menyeret turun belanja konsumen, ekspor dan persediaan. Ini juga menandai kontraksi pertama sejak kuartal pertama 2014 dan terdalam sejak krisis keuangan global 2008 silam.
Namun euforia tak bisa terus-terusan terjadi, mengingat ketegangan antara Washington dengan Beijing terus tereskalasi di saat yang sama. Pengumuman Trump muncul setelah Kongres Rakyat Nasional China (NPC) menyetujui undang-undang keamanan nasional untuk Hong Kong.
RUU itu akan mem-bypass legislatif Hong Kong. Dengan berlakunya undang-undang tersebut maka kelangsungan prinsip "satu partai, dua sistem" Hong Kong menjadi dipertanyakan. Pasalnya dengan UU tersebut, China jadi memiliki kontrol yang lebih luas terhadap otonomi Hong Kong.
"Jika respons Hong Kong melibatkan sanksi luas terhadap individu atau entitas, itu akan menjadi masalah yang lebih besar dan bukan sesuatu yang S&P 500 [pasar saham AS] bisa dengan mudah abaikan," kata Adam Crisafulli dari Vital Knowledge, dalam sebuah catatan, mengutip CNBC International.
"Valuasi saham secara umum terlalu tinggi sehingga tidak memberikan ruang untuk kesalahan, sementara investor tidak cukup memperhatikan peningkatan ketegangan AS-Cina," tambahnya.
(twg)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular