
Newsletter
Dibombardir Berita Baik, Masihkah Pasar Keuangan Perkasa?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
28 May 2020 06:02

Untuk perdagangan hari ini, Kamis (28/5/2020) investor dan trader perlu mencermati beberapa sentimen penggerak pasar. Pertama, penguatan tiga indeks utama bursa saham New York merupakan kabar yang bagus untuk perdagangan hari ini, terutama untuk bursa saham Asia yang akan buka pada pagi hari.
Namun ada hal yang harus diwaspadai, beberapa bursa saham kawasan Asia dan Eropa sudah buka sejak Senin dan berhasil mencetak hattrick, sehingga ada kemungkinan terjadi aksi profit taking.
Sentimen kedua yang juga penting dicermati adalah perkembangan terbaru terkait kandidat vaksin corona. Dengan semakin banyaknya kandidat vaksin yang memasuki fase uji klinis dan data-data awal evaluasi menunjukkan hasil yang menjanjikan jelas kabar ini menebar optimisme di kalangan pelaku pasar.
Ketiga, sudah mulai banyak negara yang melonggarkan lockdown dan membuka kembali perekonomiannya. Di Eropa beberapa negara seperti Portugal, Yunani, Spanyol, Italia, Belanda, Swedia dan Islandia bahkan sudah mewacanakan untuk kembali menyambut para pelancong dan memacu sektor pariwisatanya untuk kembali beroperasi.
Pelonggaran lockdown di Italia disamput dengan euforia oleh warganya terutama dari kalangan muda. Banyak warga kalangan muda yang mengadakan pesta dengan pergi ke pantai untuk merayakan pelonggaran tersebut. Euforia ini memicu munculnya kekhawatiran akan adanya gelombang kedua wabah.
Namun di sisi lain, Dr. Antoni Fauci selaku penasihat kesehatan Gedung Putih megatakan bahwa AS dapat terhindar dari gelombang kedua wabah jika kembali dibukanya ekonomi secara tepat.
Ekonomi AS memang sudah mulai bergeliat. Salah satu indikatornya adalah dibukanya kembali beberapa toko ritel dan restoran. Mengacu pada data reservasi restoran OpenTable, penurunan tingkat reservasi mulai menunjukkan adanya perbaikan dan tidak separah pada periode sebelumnya ketika lockdown.
Meskipun statistik yang disediakan oleh platform reservasi online OpenTable untuk 26 Mei menunjukkan bahwa jumlah pengunjung yang restoran yang berpartisipasi secara nasional turun 40% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, angka ini masih jauh lebih baik daripada penurunan 100% pada awal bulan Mei dan di sepanjang April lalu.
Keempat, investor juga perlu mencermati kemungkinan adanya stimulus tambahan untuk menyelamatkan perekonomian dari pandemi yang datang dari Eropa maupun AS.
Pekan lalu, Jerman dan Prancis mengusulkan untuk meningkatkan utang Eropa bersama dalam upaya mendukung pemulihan ekonomi kawasan zona Euro dari krisis akibat pandemi corona.
Mengutip CNBC International, Komisi Eropa telah meluncurkan rencana dana pemulihan ekonomi senilai EUR 750 miliar (US$ 826,5 miliar). Anggaran sebanyak EUR 750 miliar ini termasuk EUR 500 miliar dialokasikan dalam bentuk hibah dan EUR 250 miliar dalam bentuk pinjaman kepada negara-negara anggota.
Inisiatif ini digambarkan sebagai "terobosan" dan langkah "bersejarah" karena Jerman selalu menentang gagasan utang yang diterbitkan bersama, bahkan pada masa krisis yang terjadi sebelumnya.
Sementara itu di AS, pimpinan senat mayoritas AS Micth McConnel mengatakan kongres "mungkin" harus mengeluarkan lebih banyak undang-undang untuk meredam dampak kerusakan ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi.
Selama ini kongres telah mengeluarkan empat RUU untuk merespons krisis yang terjadi, yang terbaru adalah menyetujui rencana program bantuan UKM sekitar sebulan yang lalu.
Banyak anggota parlemen dan Ketua bank sentral AS, Federal Reserve Jerome Powell berpendapat Washington harus mengambil lebih banyak langkah untuk mendongkrak perekonomian mengingat tingkat pengangguran di AS berada di level yang sangat tinggi di 14,7% pada bulan April. DPR AS rencananya akan melolockan RUU yang memberikan fleksibilitas pada UKM AS untuk mengalokasikan dana bantuan yang diterima dari pemerintah.
Kabar seputar stimulus ekonomi lebih lanjut ini juga jadi sentimen positif untuk pasar hari ini. Namun dibalik bombardir berita baik sepekan ini, masih terselip satu kabar buruk yang datang dari retaknya hubungan AS-China.
Laporan Bloomberg News mengatakan AS sedang mempertimbangkan sanksi terhadap perusahaan dan pejabat China atas situasi di Hong Kong. Laporan itu dikeluarkan setelah Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Robert O'Brien, mengatakan AS kemungkinan akan menjatuhkan sanksi terhadap China jika Beijing menerapkan undang-undang keamanan nasional yang akan memberinya kontrol lebih besar atas Hong Kong yang otonom.
Kabar terbaru, DPR AS pada hari Rabu meloloskan RUU yang menyerukan sanksi terhadap para pejabat Tiongkok atas tindakan penahanan dan penyiksaan komunitas Muslim Uighur di wilayah barat Xinjiang negara tersebut.
Saat ini RUU tersebut diberikan kepada Presiden Donald Trump. Belum jelas apakah Trump akan menandatangi dan mengesahkan RUU tersebut menjadi undang-undang.
Retaknya hubungan AS-China di tengah merebaknya pandemi corona membuat kesepakatan dagang interim keduanya yang diteken pertengahan Januari lalu jadi terancam. Bahkan konflik keduanya dinilai dapat berkembang menjadi perang permodalan, teknologi hingga konfrontasi militer.
Retaknya hubungan AS-China menjadi faktor kelima, yang perlu dicermati betul perkembangannya oleh investor. Kala dua raksasa ekonomi dunia bertarung, maka dampaknya akan dirasakan oleh banyak negara di dunia ini. Prospek ekonomi menjadi semakin suram dan pasar keuangan kembali bisa terguncang. Ya, risiko memang masih ada.
Rangkuman Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
1. Perkembangan terbaru kandidat vaksin corona
2. Pelonggaran lockdown & pembatasan di berbagai negara menuju kehidupan new normal
3. Paket stimulus ekonomi baru yang direncanakan Uni Eropa & AS
4. Eskalasi konflik AS-China di tengah pandemi corona
(twg/twg)
Namun ada hal yang harus diwaspadai, beberapa bursa saham kawasan Asia dan Eropa sudah buka sejak Senin dan berhasil mencetak hattrick, sehingga ada kemungkinan terjadi aksi profit taking.
Sentimen kedua yang juga penting dicermati adalah perkembangan terbaru terkait kandidat vaksin corona. Dengan semakin banyaknya kandidat vaksin yang memasuki fase uji klinis dan data-data awal evaluasi menunjukkan hasil yang menjanjikan jelas kabar ini menebar optimisme di kalangan pelaku pasar.
Ketiga, sudah mulai banyak negara yang melonggarkan lockdown dan membuka kembali perekonomiannya. Di Eropa beberapa negara seperti Portugal, Yunani, Spanyol, Italia, Belanda, Swedia dan Islandia bahkan sudah mewacanakan untuk kembali menyambut para pelancong dan memacu sektor pariwisatanya untuk kembali beroperasi.
Pelonggaran lockdown di Italia disamput dengan euforia oleh warganya terutama dari kalangan muda. Banyak warga kalangan muda yang mengadakan pesta dengan pergi ke pantai untuk merayakan pelonggaran tersebut. Euforia ini memicu munculnya kekhawatiran akan adanya gelombang kedua wabah.
Namun di sisi lain, Dr. Antoni Fauci selaku penasihat kesehatan Gedung Putih megatakan bahwa AS dapat terhindar dari gelombang kedua wabah jika kembali dibukanya ekonomi secara tepat.
Ekonomi AS memang sudah mulai bergeliat. Salah satu indikatornya adalah dibukanya kembali beberapa toko ritel dan restoran. Mengacu pada data reservasi restoran OpenTable, penurunan tingkat reservasi mulai menunjukkan adanya perbaikan dan tidak separah pada periode sebelumnya ketika lockdown.
Meskipun statistik yang disediakan oleh platform reservasi online OpenTable untuk 26 Mei menunjukkan bahwa jumlah pengunjung yang restoran yang berpartisipasi secara nasional turun 40% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, angka ini masih jauh lebih baik daripada penurunan 100% pada awal bulan Mei dan di sepanjang April lalu.
![]() |
Pekan lalu, Jerman dan Prancis mengusulkan untuk meningkatkan utang Eropa bersama dalam upaya mendukung pemulihan ekonomi kawasan zona Euro dari krisis akibat pandemi corona.
Mengutip CNBC International, Komisi Eropa telah meluncurkan rencana dana pemulihan ekonomi senilai EUR 750 miliar (US$ 826,5 miliar). Anggaran sebanyak EUR 750 miliar ini termasuk EUR 500 miliar dialokasikan dalam bentuk hibah dan EUR 250 miliar dalam bentuk pinjaman kepada negara-negara anggota.
Inisiatif ini digambarkan sebagai "terobosan" dan langkah "bersejarah" karena Jerman selalu menentang gagasan utang yang diterbitkan bersama, bahkan pada masa krisis yang terjadi sebelumnya.
Sementara itu di AS, pimpinan senat mayoritas AS Micth McConnel mengatakan kongres "mungkin" harus mengeluarkan lebih banyak undang-undang untuk meredam dampak kerusakan ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi.
Selama ini kongres telah mengeluarkan empat RUU untuk merespons krisis yang terjadi, yang terbaru adalah menyetujui rencana program bantuan UKM sekitar sebulan yang lalu.
Banyak anggota parlemen dan Ketua bank sentral AS, Federal Reserve Jerome Powell berpendapat Washington harus mengambil lebih banyak langkah untuk mendongkrak perekonomian mengingat tingkat pengangguran di AS berada di level yang sangat tinggi di 14,7% pada bulan April. DPR AS rencananya akan melolockan RUU yang memberikan fleksibilitas pada UKM AS untuk mengalokasikan dana bantuan yang diterima dari pemerintah.
Kabar seputar stimulus ekonomi lebih lanjut ini juga jadi sentimen positif untuk pasar hari ini. Namun dibalik bombardir berita baik sepekan ini, masih terselip satu kabar buruk yang datang dari retaknya hubungan AS-China.
Laporan Bloomberg News mengatakan AS sedang mempertimbangkan sanksi terhadap perusahaan dan pejabat China atas situasi di Hong Kong. Laporan itu dikeluarkan setelah Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Robert O'Brien, mengatakan AS kemungkinan akan menjatuhkan sanksi terhadap China jika Beijing menerapkan undang-undang keamanan nasional yang akan memberinya kontrol lebih besar atas Hong Kong yang otonom.
Kabar terbaru, DPR AS pada hari Rabu meloloskan RUU yang menyerukan sanksi terhadap para pejabat Tiongkok atas tindakan penahanan dan penyiksaan komunitas Muslim Uighur di wilayah barat Xinjiang negara tersebut.
Saat ini RUU tersebut diberikan kepada Presiden Donald Trump. Belum jelas apakah Trump akan menandatangi dan mengesahkan RUU tersebut menjadi undang-undang.
Retaknya hubungan AS-China di tengah merebaknya pandemi corona membuat kesepakatan dagang interim keduanya yang diteken pertengahan Januari lalu jadi terancam. Bahkan konflik keduanya dinilai dapat berkembang menjadi perang permodalan, teknologi hingga konfrontasi militer.
Retaknya hubungan AS-China menjadi faktor kelima, yang perlu dicermati betul perkembangannya oleh investor. Kala dua raksasa ekonomi dunia bertarung, maka dampaknya akan dirasakan oleh banyak negara di dunia ini. Prospek ekonomi menjadi semakin suram dan pasar keuangan kembali bisa terguncang. Ya, risiko memang masih ada.
Rangkuman Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
1. Perkembangan terbaru kandidat vaksin corona
2. Pelonggaran lockdown & pembatasan di berbagai negara menuju kehidupan new normal
3. Paket stimulus ekonomi baru yang direncanakan Uni Eropa & AS
4. Eskalasi konflik AS-China di tengah pandemi corona
(twg/twg)
Next Page
Simak Data dan Agenda Berikut
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular