Newsletter

Kalau IHSG dan Rupiah Melemah, Itu Gara-gara Jerome Powell

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 May 2020 06:00
Bursa saham Amerika Serikat (AS)  Wall Street
Ilustrasi Bursa Saham New York (AP Photo/Richard Drew)
Well, ternyata hari ini investor masih emoh menyentuh pasar saham. Buktinya pasar saham New York mengalami koreksi yang lumayan dalam. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup anjlok -2,17%, S&P 500 ambles -1,75%, dan Nasdaq Composite jatuh -1,55%.

Pelaku pasar semakin bermuram durja setelah mendengarkan paparan Ketua The Fed Jerome 'Jay' Powell di hadapan Kongres AS. Powell menyatakan bahwa butuh waktu bagi Negeri Paman Sam untuk bisa memulihkan ekonomi seperti dulu lagi.

Sebelum dihajar pandemi virus corona, perekonomian AS boleh dibilang sedang menikmati masa-masa keemasan. Ekonomi terus tumbuh, ekspansi terjadi dalam kurun waktu terlama dalam sejarah. Setelah mengalami resesi pada 2009, ekonomi AS berhasil tumbuh positif hingga 2019.



Begitu pula angka pengangguran. Tahun lalu, tingkat pengangguran di AS sempat turun ke 3,4%. Ini adalah yang terendah 1950-an.



Namun virus corona membalikkan semua pencapaian itu dalam sekejap. Kerja keras bertahun-tahun hilang dalam waktu hitungan bulan.

Pada kuartal I-2020, ekonomi AS terkontraksi -4,8%, pencapaian terburuk sejak Depresi Besar pada 1930-an. Sementara pada April 2020, tingkat pengangguran melonjak ke 14,7%, tertinggi sejak Perang Dunia II.

Malangnya, untuk kembali ke masa-masa jaya sebelum pandemi virus corona butuh waktu yang tidak sebentar. Pasalnya, ketidakpastian masih akan tetap tinggi sebelum vaksin atau obat virus corona berhasil ditemukan.

"Akan butuh waktu untuk kembali seperti sebelum sekarang. Pemulihan kemungkinan akan terjadi dalam tempo yang lebih lebih lambat dari perkiraan," kata Powell dalam paparan di hadapan Kongres AS secara virtual.

Selama risiko kesehatan (bahkan kehilangan nyawa) masih tinggi, Powell menegaskan akan sulit bagi dunia usaha untuk menggenjot ekspansi. Akibatnya, penciptaan lapangan kerja menjadi sangat terbatas (bahkan berkurang drastis) sehingga rumah tangga juga mengalami penurunan pendapatan.

"Ini membuat ekonomi akan mengalami periode produktivitas rendah dan pendapatan yang stagnan dalam waktu yang lebih lama. Dukungan fiskal mungkin membutuhkan biaya yang tidak murah, tetapi layak jika mampu membantu menghindari kerusakan ekonomi jangka panjang dan memperkuat peluang menuju pemulihan," papar Powell.


Namun proyeksi yang suram ini belum membuat The Fed mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga ke teritori negatif. Powell menegaskan bahwa The Fed akan menggunakan seluruh instrumen yang ada, tetapi bukan suku bunga minus.

"Kami akan menggunakan instrumen yang kami miliki secara penuh sampai krisis ini terlalui dan pemulihan ekonomi mulai terjadi. Namun suku bunga negatif bukan sesuatu yang kami pertimbangkan," tegasnya.

Meski suku bunga negatif sepertinya belum akan terjadi, tetapi aura gloomy yang ditunjukkan Powell sudah lebih dari cukup untuk membuat investor menjauh dari aset-aset berisiko seperti saham. Hasilnya jelas, Wall Street mengalami koreksi tajam.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular