
Newsletter
Kalau IHSG dan Rupiah Melemah, Itu Gara-gara Jerome Powell
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 May 2020 06:00

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang kurang menggembirakan. Aksi jual massal (sell-off) di Wall Street bisa jadi akan investor di pasar keuangan Asia melakukan hal yang sama.
Sentimen kedua, dampak dari pernyataan Powell patut mendapat perhatian. Jika AS, kekuatan ekonomi nomor satu dunia, bakal menderita dalam waktu yang lama, maka pasti dampaknya akan terasa oleh negara-negara lainnya. Termasuk Indonesia.
Kala AS mengalami resesi pada 2009, ekonomi Indonesia hanya bisa tumbuh di kisaran 4%. Padahal sebelumnya ekonomi Ibu Pertiwi mampu tumbuh di atas 6%.
Saat ekonomi AS terkontraksi -6,8% pada kuartal I-2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan tidak sampai 3%. Jadi ketika semakin lama AS menderita, maka Indonesia juga bakal merasakannya. Amit-amit jabang bayi, tetapi bukan tidak mungkin ekonomi Indonesia juga bakal terkontraksi.
Salah satu institusi yang meramal ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi adalah Citi. Pada 2020, Citi memperkirakan ekonomi Indonesia menyusut -1,2%. Konsumsi rumah tangga masih akan lemah seiring penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). investasi bahkan kemungkinan terkontraksi karena penundaan belanja modal pemerintah dan swasta.
Prospek ekonomi domestik yang suram bisa membuat investor menghindari pasar keuangan Indonesia. Jika ini terjadi, maka IHSG dkk akan sangat sulit untuk menguat.
Sentimen ketiga, investor perlu memperhatikan perkembangan nilai tukar dolar AS. Pada pukul 03:48 WIB, Dollar Index tercatat menguat 0,29%.
Pernyataan Powell yang membuat investor tidak berani mengambil risiko membuat permintaan greenback meningkat. Dalam situasi penuh ketidakpastian, cash is king. Pegang uang tunai, maka Anda akan mampu bertahan hidup.
Uang tunai yang dipilih investor tentu bukan sembarangan melainkan dolar AS. Maklum, greenback adalah mata uang global yang bisa diterima di mana saja. Dolar AS bisa menyelesaikan segala urusan.
Apabila keperkasaan dolar AS terus berlanjut sepanjang hari ini, maka harapan rupiah untuk kembali menguat menjadi tipis. Apalagi mata uang Tanah Air sudah menguat tajam sejak awal April.
Penguatan rupiah yang sudah agak 'kebangetan' membuatnya rentan terserang aksi ambil untung. Pasti akan tiba saatnya investor tergoda untuk mencairkan keuntungan, sehingga rupiah rawan terkena tekanan jual.
(aji/aji)
Sentimen kedua, dampak dari pernyataan Powell patut mendapat perhatian. Jika AS, kekuatan ekonomi nomor satu dunia, bakal menderita dalam waktu yang lama, maka pasti dampaknya akan terasa oleh negara-negara lainnya. Termasuk Indonesia.
Kala AS mengalami resesi pada 2009, ekonomi Indonesia hanya bisa tumbuh di kisaran 4%. Padahal sebelumnya ekonomi Ibu Pertiwi mampu tumbuh di atas 6%.
Saat ekonomi AS terkontraksi -6,8% pada kuartal I-2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan tidak sampai 3%. Jadi ketika semakin lama AS menderita, maka Indonesia juga bakal merasakannya. Amit-amit jabang bayi, tetapi bukan tidak mungkin ekonomi Indonesia juga bakal terkontraksi.
Salah satu institusi yang meramal ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi adalah Citi. Pada 2020, Citi memperkirakan ekonomi Indonesia menyusut -1,2%. Konsumsi rumah tangga masih akan lemah seiring penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). investasi bahkan kemungkinan terkontraksi karena penundaan belanja modal pemerintah dan swasta.
Prospek ekonomi domestik yang suram bisa membuat investor menghindari pasar keuangan Indonesia. Jika ini terjadi, maka IHSG dkk akan sangat sulit untuk menguat.
Sentimen ketiga, investor perlu memperhatikan perkembangan nilai tukar dolar AS. Pada pukul 03:48 WIB, Dollar Index tercatat menguat 0,29%.
Pernyataan Powell yang membuat investor tidak berani mengambil risiko membuat permintaan greenback meningkat. Dalam situasi penuh ketidakpastian, cash is king. Pegang uang tunai, maka Anda akan mampu bertahan hidup.
Uang tunai yang dipilih investor tentu bukan sembarangan melainkan dolar AS. Maklum, greenback adalah mata uang global yang bisa diterima di mana saja. Dolar AS bisa menyelesaikan segala urusan.
Apabila keperkasaan dolar AS terus berlanjut sepanjang hari ini, maka harapan rupiah untuk kembali menguat menjadi tipis. Apalagi mata uang Tanah Air sudah menguat tajam sejak awal April.
Penguatan rupiah yang sudah agak 'kebangetan' membuatnya rentan terserang aksi ambil untung. Pasti akan tiba saatnya investor tergoda untuk mencairkan keuntungan, sehingga rupiah rawan terkena tekanan jual.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular