Duh, Riset Harvard Sebut Social Distancing Perlu Sampai 2022

Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
15 April 2020 20:05
People line up outside a supermarket in Bergamo, one of the northern Italian areas worse affected by coronavirus, Wednesday, March 25, 2020. The new coronavirus causes mild or moderate symptoms for most people, but for some, especially older adults and people with existing health problems, it can cause more severe illness or death. (Claudio Furlan/LaPresse via AP)
Foto: Social Distancing (Claudio Furlan/LaPresse via AP)
Jakarta, CNBC IndonesiaVirus corona telah mewabah dan menginfeksi setidaknya 2 juta penduduk di bumi Sebanyak 126 ribu di antaranya bahkan tewas akibat penyakit yang menyerang organ pernafasan ini.

Peneliti di Johns Hopkins University meyakini bahwa virus ini bisa jadi sudah lebih banyak menjangkiti penduduk di dunia, tapi karena keterbatasan alat dan akses untuk tes membuat banyak kasus-kasus tidak masuk dalam laporan. Belum lagi kecurigaan kepada pemerintahan di beberapa negara yang diduga menyembunyikan data penyebaran wabah sebenarnya kepada publik.

Dari semua negara yang terjangkit virus ini, Amerika Serikat saat ini mencetak rekor tertinggi. Menggeser China yang merupakan negara awal tempat wabah menyebar.

Dr Robert Redfield, direktur US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan Amerika bahkan harus bersiap gelombang dua infeksi corona virus di musim dingin mendatang, meski saat ini puncak penyebaran virus tengah terjadi di beberapa negara bagian tersebut.



"Kita harus mengasumsikan ini seperti virus pernafasan lainnya, dan akan ada musimnya," kata Robert, dikutip dari ABC News.

Ia menambahkan virus ini akan menjadi penyakit musiman seperti flu biasa, dan negara harus bertempur dengan ini secara agresif di musim dingin mendatang.

Selain jadi virus musiman, penelitian lain menyebutkan kemungkinan perlunya menerapkan jaga jarak atau social distancing sampai 2022 mendatang untuk menghindari terjadinya pandemi lagi. Apalagi jika vaksin belum ditemukan, atau bahkan kapasitas rumah sakit masih belum bertambah.

Studi ini ditulis di Journal Science oleh peneliti di Harvard TH Chan School of Public Health. Ia mengingatkan pandemi ini akan bangkit lagi jika kebijakan social distancing dihapuskan sekaligus. Padahal ini kunci paling utama untuk menahan pandemi.

"Puasa berdekatan jarak ini kemungkinan diperlukan sampai 2022, sampai rumah sakit bertambah secara substansial dan vaksin tersedia."

Pengobatan efektif dan vakcin kemungkinan butuh waktu berbulan-bulan untuk dikembangkan sampai dites, yang artinya upaya non farmasi seperti jaga jarak akan terus dibutuhkan untuk mencegah penyebaran infeksi.


[Gambas:Video CNBC]




(gus) Next Article Bunda, Ini Cara Maksimalkan Kecerdasan Anak Menurut Harvard

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular