
Saatnya Sektor Migas Panaskan Mesin Bursa

Hari ini, pelaku pasar akan menemukan konfirmasi mengenai situasi stok minyak mentah dan produk turunannya di AS, setelah beberapa pekan terakhir menjadi sumber spekulasi di pasar berjangka yang memicu anjloknya harga kontrak minyak mentah hingga ke level negatif.
Energy Information Administration (EIA) hari ini bakal merilis data tersebut pada pukul 09:00 waktu setempat (pukul 21:00 WIB). Data tersebut meliputi stok mnyak mentah, stok minyak olahan, produksi bahan bakar minyak (BBM), hingga kapasitas berjalan kilang minyak di negara produsen sekaligus konsumen terbesar minyak di dunia ini.
Namun berbeda dari situasi pada 22 April, ketika harga minyak WTI kontrak pengiriman Mei anjlok sampai minus US$ 40,32 per barel, hari ini harga minyak mulai membaik kembali, karena pasar meyakini bahwa kondisi kelebihan pasokan kian menurun dan bakal tercermin di data EIA tersebut.
Hari ini, harga kontrak berjangka (futures) minyak mentah jenis jenis West Texas Intermediate (WTI) yang menjadi acuan di AS melonjak 20,45%, atau US$ 4,17 per barel, ke level US$ 24,5. Ini menjadi reli hari kelima secara beruntu, yang merupakan pertama kali terjadi sejak Juli tahun lalu.
Sementara tu, harga minyak Brent yang menjadi acuan Eropa dan juga Indonesia menguat 13,86% menjadi US$ 30,97 per barel, yang juga merupakan reli hari kelima.
Penguatan wajar terjadi karena kesepakatan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan negara produsen lainnya untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari (bph) telah berjalan efektif pada 1 Mei.
Di AS, raksasa mgas Exxon, Chevron dan ConocoPhillips menyatakan telah memangkas produksi mereka.
“Satu hal yang pasti, titik dasar permintan sudah kita lewati dan ini terejawantah dalam kenakan harga minyak,” tutur Per Magnus Nysveen, Kepala Analisis Rystad Energy sebagaimana dikutip CNBC International.
Kunci pengutan tersebut, lanjut dia, adalah data kenaikan lalu lintas yang meningkat dan ekspektasi permintaan energi utama dunia tersebut terus melesat setelah beberapa wilayah AS seperti Florida dan New York membuka kembali perekonomiannya.
Di Eropa, jutaan orang Italia akan kembali masuk kerja pekan ini, menyusul pelonggaran karantina wilayah (lockdown) di Negeri Pizza tersebut. Ini pun akan menciptakan permintaan energi untuk konsumsi manufaktur maupun transportasi.
Perhatikan saham-saham migas, yang bakal mendapatkan momentum untuk menguat setelah terkoreksi dalam sejak pertengahan April lalu. Pada perdagagnan kemarin, indek saham sektor pertambangan telah menguat 1% ke level 1.211,33.
Hanya saja, jika kita bicara soal kepastian, sejauh ini belum ada akhir cerita wabah COVID-19. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (European Centre for Disease Control and Prevention/ECDC) mengingatkan bahwa lima negara di Benua Biru (termasuk Inggris dan Swedia) masih mencatatkan kenaikan kasus COVID-19.
“Kebanyakan negara d wilayah ekonomi Eropa menyaksikan penurunan tingkat temuan kasus baru dalam dua pekan,” tutur Sergio Brusin, pejabat di lembaga tersebut, sebagaimana dikutip CNBC International.
Dari dalam negeri, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) April akan dirilis hari ini, di mana Tradingeconomocis memperkirakan angkanya akan menurun menjadi 109, dari posisi sebelumnya 113,18. Ini tentu sudah diantisipasi pasar, hanya saja rilis ini bisa menjadi alasan bagi investor merealisasikan keuntungan di saham sektor konsumer dan ritel.