Newsletter

Lockdown Dibuka, Banjir Stimulus, Pasar pun Ceria!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 April 2020 06:17
Bursa efek Indonesia
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Selain lockdown yang mulai dibuka, stimulus dari bank sentral juga kembali mengangkat risk appetite pelaku pasar. Setelah BOJ kemarin, giliran The Fed dan European Central Bank (ECB) yang akan mengumumkan kebijakan moneter.

The Fed akan mengumumkan kebijakan moneternya pada Kamis (30/4/2020) dini hari, dan ECB menyusul di sore hari.

The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell sejauh ini sudah membabat habis suku bunganya hingga menjadi 0-0,25%. Kemudian QE juga dilakukan dengan nilai tak terbatas. Dalam pengumuman kali ini, The Fed diprediksi belum akan mengambil langkah lebih lanjut, dan lebih memilih melihat terlebih dahulu efek kebijakan agresif yang diterapkan.

Meski demikian, para analis mengatakan perlu memperhatikan penyataan The Fed mengenai sampai kapan suku bunga rendah akan ditahan setelah perekonomian pulih, begitu juga dengan nilai QE kapan akan mulai dikurangi.

Sementara itu, ECB sudah menggelontorkan QE senilai 750 miliar euro guna melawan pandemi COVID-19. CNBC International melaporkan, dengan nilai tersebut dan dengan laju pembelian aset yang dilakukan saat ini, stimulus dari ECB tersebut diprediksi akan habis pada bulan Oktober.



Oleh karena itu, ECB di bawah pimpinan Christine Lagarde di prediksi bisa saja menerapkan kebijakan "helikopter uang". Istilah tersebut yang diperkenalkan oleh ekonom Milton Friedman pada tahun 1969 untuk menyebut pelonggaran moneter yang tak biasa, dimana bank sentral mencetak uang dan diberikan langsung ke masyarakat. Kebijakan yang mirip dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT) tetapi dilakukan oleh bank sentral dan dengan mencetak uang. Tujuannya, agar belanja konsumen meningkat, dan pemulihan ekonomi dari resesi menjadi lebih cepat.

Lagarde mengatakan sejauh ini ECB tidak pernah membahas mengenai "helikopter uang", oleh karena itu ECB belum mengambil sikap resmi terkait hal tersebut.

John Wraith, kepala strategi suku bunga di UBS mengatakan jika QE yang dilakukan ECB dalam 6 sampai 12 bulan ke depan menunjukkan memberikan dampak yang tidak signifikan maka kebijakan "helikopter uang" kemungkinan akan diterapkan.

CNBC Internsional melaporkan, Gubernur Bank Sentral Prancis, François Villeroy de Galhau, di awal bulan ini mengatakan jika ada risiko besar kepada stabilitas harga (inflasi), yang menjadi mandat utama EC, maka "helikopter uang" dapat diberikan ke perusahaan, mendukung dunia usaha ketimbang memberikan langsung ke masyarakat.

Analis lainnya mengatakan ketimbang menerapkan kebijakan "helikopter uang", ECB dikatakan sebaiknya menerapkan suku bunga negatif pada program pinjaman jangka panjang melalui program (Targeted Longer-Term Refinancing Operations/TLTRO) yang dimiliki ECB.

Dengan TLTRO negatif, artinya ECB memberikan pinjaman ke bank umum untuk disalurkan, plus bank tersebut diberikan uang. Tetapi bank sentral tersebut harus menyalurkan kredit ke masyarakat dengan suku bunga 0%.

"Contoh ekstrim dari ini, misalnya TLTRO tenor 10 tahun dengan suku bunga -1%, uang akan diberikan ke bank dengan syarat mereka memberikan pinjaman ke nasabahnya dengan suku bunga 0%," kata Ducrozet dari Pictet Wealth Management, sebagaimana dilansir CNBC International.

Dengan kebijakan tersebut, pertumbuhan ekonomi mampu terdorong sekaligus dapat menjawab kritik independensi bank sentral jika menerapkan kebijakan "helikopter uang", dimana kemungkinan ada campur tangan pemerintah dalam penentuan siapa saja yang layak mendapatkan bantuan.

Spekulasi-spekulasi yang berhembus terkait gelontoran stimulus dari bank sentral membuat pelaku pasar bersemangat, dan mulai masuk kembali ke aset-aset berisiko yang bisa membuat IHSG, rupiah, maupun obligasi kembali menguat. (pap/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular