Newsletter

Lockdown Dibuka, Banjir Stimulus, Pasar pun Ceria!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 April 2020 06:17
Ditengah Pandemi Covid-19, Warga AS Serbu Pantai di Florida. (AP/Wilfredo Lee)
Foto: Ditengah Pandemi Covid-19, Warga AS Serbu Pantai di Florida. (AP/Wilfredo Lee)
Bursa saham AS (Wall Street) menguat pada perdagangan Senin kemarin setelah beberapa negara bagian akan membuka lockdown secara bertahap.
Indeks S&P 500 menguat 1,47% di 2.878,48, kemudian Dow Jones +1,51% di 24.133,78, dan Nasdaq +1,11% di 8.730,16.

Gubernur New York, Andrew Cuomo, mengatakan lockdown akan dibuka dalam beberapa fase setelah Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan jumlah pasien rawat inap sudah menurun dalam 14 hari terakhir.

Fase satu, New York dunia usaha di bidang konstruksi dan manufaktur akan diizinkan kembali beraktivitas. Fase kedua dunia usaha perlu rencana untuk beroperasi kembali, termasuk memiliki pengaman individual serta menerapkan social distancing.

Kemudian Gubernur Ohio, Mike DeWine, mengatakan sektor ritel dan jasa bisa kembali beroperasi pada 12 Mei.

Selain itu, negara bagian Alaska, Georgia, South Carolina, Tennessee dan Texas sudah mengizinkan restoran dan beberapa usaha lainnya untuk kembali beroperasi.

"Saat beberapa negara bagian mulai memutar kembali roda perekonomian dan melonggarkan kebijakan social distancing, sekilas kita akan bisa melihat seperti pada hidup new normal. Risiko terbesar yang dihadapi pasar saham adalah roda perekonominan AS yang diputar secara prematur, yang dapat meningkatkan kasus COVID-19" kata Marc Chaikin, CEO Chaikin Analytics, sebagaimana dilansir CNBC International.



Selain lockdown yang dilonggarkan di beberapa negara bagian, perkembangan vaksin COVID-19 juga turut mengangkat sentimen pelaku pasar. New York Times melaporkan pada akhir Mei nanti ada vaksin yang berpeluang dilakukan uji coba klinis terhadap 6.000 orang. Vaksin tersebut dikembangkan oleh Jenner Institute dari Oxford University, dan dikatakan menunjukkan hasil yang bagus ketika di uji coba kepada monyet.

Sebelumnya pada Jumat (17/4/2020) dua pekan lalu, kabar bagus datang dari Gilead Sciences Inc., raksasa farmasi AS, yang dikatakan memiliki obat yang efektif melawan virus corona.

CNBC International mengutip media STAT melaporkan rumah sakit di Chicago merawat pasien COVID-19 yang parah dengan obat antivirus remdesivir yang dalam uji coba klinis dan diawasi ketat. Hasilnya, pasien tersebut menunjukkan pemulihan yang cepat dari demam dan gangguan pernapasan.



Tetapi pekan lalu, pelaku pasar dibuat kecewa setelah Financial Times melaporkan obat dari Gilead tersebut tidak mampu memperbaiki kondisi pasien. Financial Times mengutip sebuah dokumen yang secara tidak sengaja dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), dan merupakan hasil uji klinis di China, sebagaimana dilansir CNBC International.

Namun, Gilead mengatakan hasil tersebut terjadi akibat "karakteristik yang tidak sesuai" sehingga "tidak bisa disimpulkan".

"Kami menyesal WHO merilis sebuah informasi terkait penelitian secara prematur, dimana rilis tersebut kini telah dihapus. Para peneliti dalam penelitian ini tidak memiliki izin untuk mempublikasikan hasilnya" kata juru bicara Gilead, sebagaimana dilansir CNBC International.

"Lebih lanjut, kami percaya rilis tersebut berisi karakteristik yang tidak sesuai dalam penelitian. Yang penting, penelitian tersebut dihentikan lebih awal karena kecilnya sampel, sehingga secara statistik tidak bisa menghasilkan kesimpulan yang berarti. Saat ini tren menunjukkan remdesivir menunjukkan potensi yang bagus, terutama jika digunakan pada pasien dengan tahap awal COVID-19" ujar juru bicara Gilead.

AS sebenarnya juga sedang menguji remdesivir tetapi hasil penelitiannya masih belum dipublikasikan. Jumat lalu, Reuters melaporkan hasil pengujian tersebut akan dirilis pada pertengahan Mei, dan kemungkinan hasil preliminary akan dikeluarkan lebih dulu.

Hasil uji coba di AS tersebut dianggap lebih reliabel dalam menarik kesimpulan sehingga dinanti pelaku pasar.


(pap/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular