Newsletter

2020 Jaman Edan, Harga Minyak Bisa Minus, Semua Gegara...

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
21 April 2020 06:18
Robot Bantu Tenaga Medis di Italia Atasi Corona. (AP/Luca Bruno)
Foto: Robot Bantu Tenaga Medis di Italia Atasi Corona. (AP/Luca Bruno)
Untuk perdagangan hari ini, Selasa (21/4/2020), investor perlu mencermati beberapa sentimen. Pertama jelas kinerja Wall Street sebagai acuan atau kiblat pasar saham dunia.

Tergelincirnya Wall Street bukan kabar yang bagus untuk bursa saham Asia termasuk pasar saham Tanah Air yang masih terus ditinggalkan investor asing. Namun pelemahan Wall Street dini hari tadi lagi-lagi tak terlepas dari sentimen seputar pandemi COVID-19.

Oleh karena itu investor juga masih perlu mencermati dengan seksama perkembangan pandemi COVID-19 baik dari segi pertambahan kasus, progress perkembangan obat dan vaksin hingga periode pemulihan ekonomi pasca pandemi berakhir.

Mengacu pada data kompilasi John Hopkins University CSSE, saat ini jumlah orang yang positif terinfeksi virus corona mencapai 2,46 juta. Jumlah korban meninggal mencapai 169,5 ribu orang. Jumlah pertambahan kasus baru per hari secara global memang menurun beberapa hari terakhir.

Namun jika dicermati lebih lanjut ada beberapa poin yang perlu disorot. Pertama adalah penurunan jumlah kasus baru tidak membentuk gradien dengan kemiringan signifikan. Artinya laju penurunannya masih belum secepat kenaikannya.

Kedua, beberapa negara yang menjadi episentrum penyebaran virus seperti mayoritas negara-negara di Eropa memang sudah menunjukkan penurunan jumlah kasus per hari. Namun kasus di Asia terutama di Timur Tengah dan Asia Tenggara masih terus menunjukkan adanya lonjakan.



Di dalam negeri jumlah penderita COVID-19 juga makin banyak. Dalam sehari kemarin penderita COVID-19 baru bertambah sebanyak 327 orang dan total kasus menjadi 6.760 orang.

Korban meninggal mencapai 590 orang. Saat ini Indonesia menduduki runner up di Asia Tenggara untuk klasemen negara dengan jumlah penderita COVID-19 terbanyak setelah Singapura.

Dengan penurunan jumlah kasus yang terjadi di AS dan Eropa, negara-negara tersebut mulai merencanakan untuk mencabut lockdown. Atau setidaknya melonggarkan larangan-larangan yang yang diberlakukan saat ini.

Namun upaya untuk membuka kembali perekonomian negaranya ini juga harus diperhatikan. Pasalnya kalau tidak berhati-hati, gelombang kedua wabah akan datang dan memporak-porandakan perekonomian.

Kabar baik berupa manjurnya obat Remdesivir yang digunakan untuk menangani pasien positif COVID-19 di AS yang pekan lalu membuat pasar kembali bergairah juga tak bertahan lama.

Ada kecenderungan pasar mulai memahami bahwa itu masih berupa sentimen temporer mengingat serangkaian uji klinis yang panjang masih harus dilalui. Baik untuk obat maupun vaksin yang saat ini tengah dikembangkan.

Untuk saat ini pelaku pasar perlu lebih cermat dalam melihat perkembangan kasus COVID-19 terutama perbedaan fase di masing-masing negara, efektivitas kebijakan penanganan wabah di tiap negara, kemungkinan risiko gelombang wabah kedua yang datang setelah lockdown dibuka sebagai dasar untuk mengambil tindakan. (twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular