Update Polling CNBC Indonesia

Neraca Dagang Maret Diramal Surplus, Kenapa Tak Boleh Senang?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 April 2020 06:23
Aktifitas Peti Kemas di Daerah Priok. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Aktivitas di Pelabuhan (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Perlambatan bahkan kontraksi di sektor industri manufaktur punya dampak yang luar biasa terhadap perekonomian Indonesia. Setidaknya ada dua dampak besar, pertama adalah kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Pada 2019, industri pengolahan menyumbang Rp 3.119,6 triliun dalam pembentukan PDB nasional. Jumlah itu hampir 20% dari total PDB yang sebesar Rp 15.183,7 triliun. Kala sang penyumbang terbesar tidak bisa lagi diharapkan, mau jadi apa pertumbuhan ekonomi Indonesia?




Kedua adalah penciptaan lapangan kerja. Pada Agustus 2019, industri pengolahan menciptakan 18,93 juta lapangan kerja, yang setara dengan 14,96% dari total penciptaan lapangan kerja. Hanya kalah dari sektor pertanian dan perdagangan.



Kala aktivitas produksi industri menurun, maka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah sebuah risiko yang sangat nyata. Sebab pendapatan menurun seiring terbatasnya aktivitas masyarakat sementara beban usaha masih terus berjalan. Efisiensi menjadi sulit terhindarkan, dan PHK adalah salah satu opsinya.


Inti dari cerita yang agak panjang kali lebar kali tinggi ini adalah, jangan senang dulu impor turun. Sebab penurunan impor bisa jadi (bahkan hampir pasti) mencerminkan kelesuan industri manufaktur dan perekonomian secara keseluruhan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular