Update Polling CNBC Indonesia

Neraca Dagang Maret Diramal Surplus, Kenapa Tak Boleh Senang?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 April 2020 06:23
Aktifitas Peti Kemas di Daerah Priok. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Aktivitas di Pelabuhan (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Masalahnya, hampir seluruh impor Indonesia adalah untuk keperluan produktif yaitu berupa bahan baku/penolong dan barang modal. Pada Februari 2020, impor bahan baku penolong punya porsi 76,63% dari total impor sementara barang modal berkontribusi 15,77%. Impor barang konsumsi hanya 7,6%.

Penurunan impor secara keseluruhan mencerminkan kelesuan impor bahan baku/penolong dan barang modal. Ketika impor dua pos ini turun, maka bisa dipastikan kegiatan produksi sedang loyo.

Kelesuan aktivitas produksi sudah tergambar dari rilis Prompt Manufacturing Index (PMI) keluaran Bank Indonesia (BI). Pada kuartal I-2020, BI menyebutkan PMI berada di 45,64%. Turun dari 51,50% pada kuartal sebelumnya dan 52,65% pada kuartal I-2019. Pencapaian kuartal I-2020 adalah yang terendah sejak kuartal I-2015.




Sebagaimana Purchasing Managers' Index (PMI) keluaran IHS Markit, PMI versi BI juga menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Di bawah 50 berarti industri sedang masuk fase kontraksi, tidak ada ekspansi.

Penyebab utama kontraksi PMI adalah sulitnya mendapatkan pasokan input alias bahan baku/penolong. Penyebabnya apa lagi kalau bukan pandemi virus corona (Coronavirus Desease-2019/Covid-19).

Gara-gara virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini, aktivitas masyarakat menjadi terbatas (atau dibatasi). Pabrik adalah salah satu korbannya, banyak yang ditutup sementara atau walau masih buka tidak dalam kapasitas penuh karena pengurangan tenaga kerja.

Pokoknya segala bentuk kegiatan yang berpotensi menciptakan kumpulan orang menjadi sesuatu yang hukumnya makruh, sebisa mungkin dihindari. Apesnya, ini termasuk bekerja.


Akibatnya, produktivitas manufaktur global merosot. IHS Markit mencatat PMI manufaktur global pada Februari-Maret berada di zona kontraksi.



Globalisasi membuat dunia saling terhubung. Penurunan produktivitas di satu negara akan mempengaruhi negara lainnya. Jadi kala manufaktur global lunglai, Indonesia tidak terkecuali.


(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular