
Peta Permainan Berubah, BI Diramal Turunkan Bunga Acuan!

Akan tetapi, sebelumnya Perry juga memberi petunjuk bahwa BI akan berhati-hati soal suku bunga acuan. Perry menyatakan bahwa memang ada ruang untuk menurunkan suku bunga, tetapi itu akan dimanfaatkan dengan penuh pertimbangan.
Ruang untuk menurunkan suku bunga acuan datang dari laju inflasi yang rendah dan terkendali. Hingga pekan kedua April, BI memperkirakan inflasi ada di 0,2% month-on-month (MoM) dan 2,08% year-on-year (YoY). Jika terjadi, maka secara YoY akan lebih rendah ketimbang Maret yang sebesar 2,96% dan menjadi yang terendah sejak Juni 2000 atau nyaris 20 tahun.
"BI akan sangat hati-hati karena pertimbangan nilai tukar rupiah dan pasar global yang mengandung volatilitas. Prioritas kami adalah adalah stabilitas nilai tukar, meski kami punya ruang," ungkap Perry dalam keterangan pers pada 7 April.
Baca: Ramalan BI: Inflasi April Rendah, Cuma 0,2%
Selain itu, Perry juga menyiratkan bahwa BI akan menunggu terlebih dulu dampak dari pelonggaran moneter dan kebijakan lainnya terhadap perekonomian. Saat ini, likuiditas yang beredar dinilai sudah lebih dari cukup sehingga belum perlu penerapan kebijakan akomodatif.
"BI sudah melakukan quantitative easing, tahun ini mendekati Rp 300 triliun. Bagaimana likuiditas yang lebih dari cukup ini bisa dimanfaatkan sektor riil, di sinilah stimulus fiskal mendorong ekonomi riil, meningkatkan pendapatan masyarakat," sebut Perry.
Kalau melihat kebijakan suku bunga di beberapa bank sentral akhir-akhir ini, pelonggaran juga sudah mulai dihentikan. Misalnya bank sentral Korea Selatan (BoK) yang mempertahankan suku bunga acuan di 0,75% dalam rapat bulan ini.
Saat ini memang otoritas fiskal yang sedang menjadi 'bintang lapangan'. Stimulus fiskal diharapkan menjadi penopang ekonomi di sektor riil yang terpukul akibat dampak pandemi virus corona (Coronavirus Desease 2019/Covid-19). Anggaran kesehatan, bantuan sosial, dan sebagainya, memang lebih terasa langsung ketimbang suku bunga.
"Kita belum tahu seberapa jauh dampak virus corona terhadap perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, menjaga 'amunisi' berupa suku bunga acuan menjadi berguna untuk masa depan, tidak perlu dikeluarkan sekarang," kata Wisnu Wardana, Ekonom Bank Danamon.
Untuk saat ini, keputusan paling bijak memang sebaiknya BI jangan dulu menghambur-hamburkan 'peluru'. Sebab penurunan suku bunga tidak akan banyak membantu dalam situasi yang tidak normal seperti sekarang.
Percuma suku bunga rendah kalau aktivitas masyarakat sedang sangat terbatas (atau dibatasi). Laju ekonomi memang sengaja direm untuk mencegah penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut. Buat apa suku bunga rendah dalam kondisi macam begini?
Penurunan suku bunga acuan baru akan terasa ketika ekonomi sudah mulai pulih dari pukulan virus corona. Proses pemulihan akan sangat terbantu dengan suku bunga rendah.
Namun saat pandemi masih ganas seperti sekarang, lebih baik panggung lebih banyak diberikan kepada otoritas fiskal. Dampak stimulus fiskal akan lebih langsung dirasakan dalam meringankan beban tenaga medis, pekerja, UMKM, dan dunia usaha. Ini yang lebih dibutuhkan ketimbang suku bunga rendah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
