
Mega Stimulus US$ 2,3 T The Fed vs Pandemi Virus Corona

Pada hari Kamis, Bank Indonesia juga mengatakan telah memperkuat bauran kebijakan untuk memitigasi risiko penularan COVID-19, dengan tetap menjaga stabilitas pasar uang dan sistem keuangan serta menggerakkan momentum pertumbuhan ekonomi.
Bank memutuskan untuk memperkuat intervensi pasar mata uangnya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, untuk mengimplementasikan langkah-langkah untuk memastikan likuiditas sistem perbankan dan meningkatkan frekuensi lelang pertukaran swap.
Berikut bauran kebijakan dan dukung mitigasi risiko COVID-19 serta dorong pertumbuhan ekonomi melalui tujuh langkah kebijakan, yakni:
Pertama, BI akan memperkuat intensitas kebijakan triple intervention untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamental dan mekanisme pasar, baik secara spot, Domestic Non-deliverable Forward (DNDF), maupun pembelian SBN dari pasar sekunder.
Kedua, BI memperpanjang tenor Repo SBN hingga 12 bulan dan menyediakan lelang setiap hari untuk memperkuat pelonggaran likuiditas Rupiah perbankan, yang berlaku efektif sejak 20 Maret 2020.
Ketiga, BI akan menambah frekuensi lelang FX swap tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan dari 3 (tiga) kali seminggu menjadi setiap hari, guna memastikan kecukupan likuiditas, yang berlaku efektif sejak 19 Maret 2020.
Keempat, BI akan memperkuat instrumen Term Deposit valuta asing guna meningkatkan pengelolaan likuiditas valuta asing di pasar domestik, serta mendorong perbankan untuk menggunakan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) valuta asing yang telah diputuskan Bank Indonesia untuk kebutuhan di dalam negeri.
Kelima, BI akan mempercepat berlakunya ketentuan penggunaan rekening Rupiah dalam negeri (Vostro) bagi investor asing sebagai underlying transaksi dalam transaksi DNDF, sehingga dapat mendorong lebih banyak lindung nilai atas kepemilikan Rupiah di Indonesia, berlaku efektif paling lambat pada 23 Maret 2020 dari semula 1 April 2020.
Keenam, BI akan memperluas kebijakan insentif pelonggaran GWM harian dalam Rupiah sebesar 50bps yang semula hanya ditujukan kepada bank-bank yang melakukan pembiayaan ekspor-impor, ditambah dengan yang melakukan pembiayaan kepada UMKM dan sektor-sektor prioritas lain, berlaku efektif sejak 1 April 2020.
Ketujuh, BI akan memperkuat kebijakan sistem pembayaran untuk mendukung upaya mitigasi penyebaran COVID-19 melalui tiga hal. Pertama, menjaga ketersediaan uang layak edar yang higienis, layanan kas, dan backup layanan kas alternatif, serta menghimbau masyarakat agar lebih banyak menggunakan transaksi pembayaran secara nontunai. Yang kedua menurunkan biaya SKNBI antar BI dengan bank dari Rp 600 per transaksi menjadi Rp 1 dan biaya transaksi dari bank ke nasabah dari Rp 3.500 menjadi Rp 2.900 per transaksi. Kebijakan ini berlaku mulai 1 April 2020. Yang terakhir mendukung penyaluran dana bansos melalui non tunai.
Kebijakan BI perlahan membuahkan hasil, nilai tukar rupiah mulai stabil hingga kembali ke bawah Rp 16.000/US$.
Selain sentimen internal dari dalam negeri, ada juga sentimen eksternal sebagai penggerak kinerja pasar keuangan Tanah Air, yaitu bank sentral Amerika Serikat (The Fed AS) yang mengumumkan sejumlah program, termasuk pinjaman yang diarahkan untuk usaha kecil dan menengah (UKM), yang akan berjumlah hingga US$ 2,3 triliun.
The Fed juga memberikan rincian lebih lanjut tentang rencananya untuk membeli surat berharga peringkat ‘investment grade’ hingga obligasi 'junk'.
Stimulus ini membawa bursa saham ‘Paman Sam’ yakni Wall Street melonjak, Indeks Dow Jones naik 1,2% menjadi 23.719,37, S&P 500 melonjak 1,5% ke 2.789,82, sedangkan Nasdaq naik 0,8% menjadi 8.153,58. Ini merupakan kenaikan hari kedua berturut-turut Wall Street.
Penguatan yang terjadi di Wall Street bisa menjadi angin segar serta daya dorong kenaikan di bursa saham global dan domestik.
Sentimen berikutnya yaitu dari harga minyak mentah dunia yang terperosok. Harga minyak mentah dunia anjlok pada pekan kemarin. Ironisnya, pelemahan terjadi saat OPEC+ sudah sepakat untuk memangkas produksi.
Pada Kamis (9/4/2020) OPEC+ menggelar rapat melalui konferensi video selama 9 jam lebih sebelum akhirnya memutuskan untuk memangkas produksi sebesar 10 juta barel per hari (bpd) atau setara dengan 10% dari pasokan minyak global.
Minyak mentah jenis Brent anljok 7,71% ke US$ 31,48 per barel, sementara jenis Light Sweet yang menjadi acuan harga minyak AS (West Texas Intermerdiate/WTI) ambles 19,69% di US$ 22,76 per barel.
Pada akhir Maret lalu, harga minyak mentah bahkan berada di level terendah dalam 18 tahun terakhir.Harga minyak mentah diprediksi masih akan lebih rendah lagi, bahkan pada satu titik bisa negatif. Hal tersebut diprediksi oleh Direktur Pelaksana Muzuho Securities, Paul Sankey pada pertengahan Maret lalu. (har)