Newsletter

Mega Stimulus US$ 2,3 T The Fed vs Pandemi Virus Corona

Haryanto, CNBC Indonesia
13 April 2020 06:02
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)
Foto: Covid-19, Virus Corona

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati dan mengkaji sejumlah sentimen yang akan mewarnai perdagangan. Pertama tentu saja perkembangan dari pandemi virus corona itu sendiri yang menjadi fokus utama investor.

Per pukul 24:00 WIB, jumlah pasien terpapar virus corona di seluruh dunia mencapai hampir 1,8 juta orang, sementara jumlah korban jiwa menjadi 110.052 orang.

Di Indonesia saat ini, ada 4.241 orang terinfeksi positif virus corona dan korban jiwa tercatat sebanyak 373 orang. Ada kenaikan jumlah kasus per 12 April 2020, dengan penambahan 330 kasus. Namun, di angka kematian justru mengalami penurunan dari hari sebelumnya, sebanyak 21 jiwa per 12 April. Mengutip dari Worldometer.

 

 

Situasi ini bisa mempengaruhi psikologis investor. Arus modal asing enggan masuk ke Indonesia sepanjang data dan persepsi belum membaik.

"Kami memperkirakan ke depan masih akan ada pelemahan (nilai tukar rupiah) seiring meluasnya infeksi dan keengganan pemerintah untuk menerapkan kebijakan yang lebih ketat untuk meredam penyebaran virus," sebut riset ING, seperti dikutip dari Reuters.

Mengutip risiko penyebaran global virus corona, Bank Indonesia (BI) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi domestik untuk tahun 2020 dari 5,0%-5,4% menjadi 4,2%-4,6%. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi domestik untuk rebound pada 2021 menjadi 5,2%-5,6% setelah Covid-19 berlalu dan pemulihan selanjutnya dalam iklim investasi.

Kedua adalah tingkat efektifitas sejumlah stimulus pemerintah dan bank sentral dunia termasuk Indonesia.

Pemerintah Indonesia dengan stimulus fiskalnya saat ini mengusulkan tambahan belanja negara sebesar Rp 405,1 triliun. Terdiri dari intervensi kesehatan Rp 75 triliun, social safety net Rp 110 triliun, melindungi industri Rp 70 triliun, dan cadangan Rp 150 triliun untuk pembiayaan penjaminan serta restrukturisasi ekonomi dalam rangka membantu sektor keuangan.

Di sisi lain, pemerintah juga menerbitkan tiga surat utang global senilai US$ 4,3 miliar dengan tenor terpanjang 50 tahun atau setara Rp 68,6 triliun dengan kurs Rp 16.000 per US$.

"Ini adalah penerbitan terbesar dalam US bond dalam sejarah RI. Dan Indonesia juga jadi negara pertama yang menerbitkan sovereign bond sejak pandemic covid-19 terjadi," kata Sri Mulyani, Selasa (7/4/2020).

Sementara Bank Indonesia (BI) dengan stimulus moneternya juga menyepakati kerja sama repurchase agreement (repoline dengan Bank Sentral AS (The Fed) New York juga memberikan efek positif ke rupiah. The Fed New York nantinya akan menyiapkan stok dolar hingga US$ 60 miliar jika BI membutuhkan likuiditas.

"Ini bentuknya repo line. Kerja sama dengan bank sentral termasuk BI dengan The Fed. Repo line ini adalah suatu kerja sama kalau BI membutuhkan likuiditas dolar bisa digunakan," kata Perry, Selasa (7/4/2020).

BI mengklaim keberhasilan kerja sama ini memberikan keyakinan kepada investor asing.
Di antara pasar obligasi negara yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, SBN menjadi yang terbaik ketiga setelah Afrika Selatan dan Rusia, pada perdagangan akhir pekan kemarin. (har)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular