
Jika 'Helikopter Uang' Masih Belum Cukup, Apa yang Kurang?

Bursa saham Amerika Serikat (AS) mengawali periode perdagangan kuartal kedua dengan anjlok pada Rabu (2/4/20202) karena diterpa kecemasan bahwa virus COVID-19 akan memicu penghentian aktivitas ekonomi lebih lama dari perkiraan.
Dow Jones Industrial Average kehilangan 973,65 poin, atau 4,4%, menjadi 20.943,51. Indeks S&P 500 ambrol 4,4% ke 2.470,5. Koreksi terbesar terjadi di menit-menit terakhir dengan tekanan jual mencapai 1.100 poin pada sekian menit tersebut.
Saham penyeret koreksi Dow Jones antara lain Boeing, American Express dan Dow Inc yang anjlok lebih dari 7,5%. Untuk indeks S&P 500, penyeret koreksi adalah indeks sektor real estate, investasi, utilitas, energi dan finansial yang masing-masing terkoreksi setidaknya 5%.
Pasar merespons pernyataan Presiden AS Donald Trump pada Selasa malam yang bilang bahwa AS akan menghadapi “dua pekan yang sangat-sangat pedih” akibat virus corona strain baru. Gedung Putih memperkirakan korban jiwa akan berkisar antara 100.000 dan 240.000 orang.
“Ini bisa menjadi neraka selama dua pekan. Bisa jadi dua pekan, dan mungkin bisa tiga pekan. Ini akan menjadi tiga pekan yang tak pernah kita saksikan sebelumnya,” ujar Trump di Gedung putih sebagaimana dikutip CNBC International.
Menurut data Johns Hopkins University, lebih dari 900.000 kasus COVID-19 telah terkonfirmasi di dunia, dengan 200.000 di antaranya di AS dan 83.000 sendiri di New York. Gubernur New York Andrew Cuomo pada Rabu mengatakan akan menutup semua taman bermain, setelah simulasi menunjukkan bahwa puncak angka kematian tertinggi bakal terjadi pada Juli.
Pelaku pasar juga merespons negatif rilis slip gaji bulanan versi ADP dan Moody’s Analytics yang menunjukkan bahwa perusahaan AS memangkas 27.000 karyawan dalam bulan Maret saja. Data riil lebih besar dari itu, seperti terlihat di rilis klaim tunjangan penganggur per 20 Maret.
Mereka juga cemas melihat rilis indeks PMI manufaktur AS per Maret, versi ISM, yang berada di angka 49,1 pada Maret, dari 50,1 sebulan sebelumnya. Angka di bawah 50 mengindikaskan kontraksi sektor manufaktur di tenga wabah COVID-19.
“Aliran berita yang kita dapatkan lumayan estrim,” tutur Megan Horneman, Direktur Verdence Capital Advisors, sebagaimana dikutip CNBC International. “Anda kombinasikan itu dengan fakta bahwa data yang keluar memang buruk... banyak yang harus dihadapi investor untuk saat ini.”
Namun demikian, dia menilai pasar akan menemukan titik dasar koreksinya, nanti setelah paket stimulus fiskal memberikan dampak ke perekonomian. “Melihat titik dasarnya bukanlah hal yang tak mungkin.” (ags)