
PMI & Inflasi, Diagnosis Pertama Infeksi Corona ke Ekonomi

Bursa saham Amerika Serikat (AS) terkapar pada hari perdagangan terakhir bulan Maret, yang berujung pada periode pasar yang penuh volatilitas akibat pandemi virus corona baru.
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 410,32 poin, atau 1,8% menjadi 21.917,16. Indeks S&P 500 drop 1,6% ke level 2.584,59. Indeks Nasdaq jatuh nyaris 1% ke 7.700,1. Secara bulanan, indeks Dow Jones dan S&P 500 anjlok sebesar 13,7% dan 12,5% pada Maret, menjadi koreksi bulanan terburuk sejak 2008.
Secara triwulanan, indeks Dow Jones dan S&P 500 mencatatkan kinerja kuartal pertama terburuk dalam sepanjang sejarahnya, dengan anjlok masing-masing sebesar 23,2% dan 20%. Semuanya karena penyebaran wabah COVID-19, dengan jumlah orang yang terinfeksi di AS telah mencapai 177.000, menurut data John Hopkins University.
Indeks keyakinan konsumen AS per Maret pun anjlok menjadi 120, dari posisi Februari di level 132,6. Goldman Sachs memperkirakan pada kuartal kedua ini ekonomi AS akan anjlok sangat dalam, tetapi pemulihannya akan sangat cepat dan bahkan paling cepat dalam sejarah.
Jika dibandingkan dengan periode kuartalan secara keseluruhan, tidak hanya triwulan pertama, maka kinerja indeks Dow Jones per kuartal I-2020 menjadi yang terburuk sejak tahun 1987. Sementara itu, indeks S&P 500 mencatatkan kinerja terburuk sejak 2008.
“Kenaikan digit ganda pekan lalu merupakan reli sambutan selamat datang untuk penghiburan, meski level dasar bursa kini sulit dilihat tak seperti sebelum-sebelumnya,” tutur Mark Hackett, Kepala Riset Investasi Nationwide, sebagaimana dikutip CNBC International. “Pasar akan perlu merefleksikan interaksi lebih tradisional sebelum keyakinan bahwa level dasar sudah disentuh.”
Presiden AS Donald Trump memperkirakan perekonomian AS akan pulih pada 1 Juni. Namun, beberapa kalangan masih meragukan hal tersebut. Kepala Perencana Saham Bank Wealth Management Terry Sandven menilai pemulihan lambat (kurva berbentuk U) lebih mungkin terjadi ketimbang kurva pemulihan yang cepat (berbentuk V).
“Risiko resesi masih cukup tinggi, dan kita sepertinya sedang dalam resesi saat ini,” tuturnya. “Sulit melihat pasar saham ke depan menguat jika tak ada pertanda dan kurva bahwa kasus baru (COVID-19) mulai beranjak menurun.”
(ags/ags)