Newsletter

Apakah Kita Sudah Bisa Berteman Lagi, Mister Market?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
20 March 2020 06:32
Wall Street (Cuma) Naik Tipis Setelah Tergerus Dalam
Foto: Bursa New York (AP Photo/Richard Drew))
Pasar saham global memang tertekan hebat akibat merebaknya pandemi. Wall Street sebagai kiblat bursa saham dunia bergerak dengan volatilitas yang tinggi. Tadi pagi tiga indeks saham utama bursa Paman Sam berhasil melenggang ke zona hijau.

Namun apresiasi yang dicatatkan pada penutupan tadi pagi tidak sebanding dengan koreksi yang terjadi pada periode perdagangan sebelum-sebelumnya. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik 188,27 poin atau naik nyaris 1%. S&P 500 terangkat 0,5%.

Sementara itu pada periode yang sama, indeks Nasdaq Composite mengungguli kinerja kawan-kawannya dengan apresiasi sebesar 2,3%. Hal ini didukung oleh kenaikan harga saham-saham teknologi.

Saham Netflix dan Facebook tadi pagi ditutup menguat masing-masing 5,3% dan 4,2%. sementara emiten milik orang terkaya nomor wahid di dunia Jeff Bezoz yakni Amazon, harga sahamnya terangkat 2,8%.

Sebenarnya pada awal perdagangan pasar saham AS sempat terkoreksi. Dow Jones sempat tergelincir 721 poin atau anjlok lebih dari 3% dan S&P 500 juga terkoreksi lebih dari 3%. Namun akhirnya berhasil ditutup naik pada akhir perdagangan.

“Hari ini adalah harinya para trader” kata Christian Fromhertz, CEO Tribecca Trade Group. “Ini bukanlah hari-hari perdagangan yang saya sukai, tapi pergerakan harian yang terjadi memang cukup gila” tambahnya, melansir CNBC International.

Industri yang juga bergerak di zona hijau pada perdagangan kemarin waktu AS adalah energi. Sektor ini di S&P 500 ditutup naik 6%. Beberapa perusahaan besar minyak AS seperti Diamondback Energy dan Apache bahkan naik lebih dari 11% akibat kenaikan signifikan pada harga minyak mentah kontrak West Texas Intermediate.

Walau kenaikannya tak banyak, apresiasi yang terjadi berhasil membuat Dow Jones kembali ke level 20.000 setelah sehari sebelumnya terkoreksi 6,3% dan keluar dari level psikologi tersebut menandai kali pertama berada di level terendah sejak Februari tiga tahun lalu.

Terlihat jelas bahwa Wall Street berayun dengan volatilitas tinggi akibat merebaknya COVID-19. Indeks S&P 500 telah berayun lebih dari 4% dalam delapan kali sesi perdagangan terakhir hingga kamis kemarin.

Wall Street memang sudah anjlok dalam. Namun tak bisa naik banyak karena kasus infeksi COVID-19 makin merebak di AS. Data kompilasi John Hopkins University CSSE menunjukkan total kasus infeksi di AS per 20 Maret 2020 pukul 05.05 WIB mencapai angka 13.159 dengan total kematian mencapai 176 orang.

Wabah ini terus merebak dan tidak hanya menimbulkan ancaman dari sisi kesehatan saja. Namun COVID-19 juga menjadi ancaman terbesar bagi perekonomian global yang ditakutkan membawa perekonomian jatuh ke dalam jurang resesi. (twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular