
Newsletter
Kasus Corona Global Kini 200 Ribu, Apa Kabar IHSG?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
19 March 2020 06:05

Sentimen positif yang datang dari rencana Trump untuk memberikan stimulus fiskal yang agresif juga tak mampu membuat Wall Street bertahan dari gempuran. Tadi pagi, Wall Street kembali terbenam di zona merah. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup dengan anjlok 1.338 atau 6,3%. Dow sempat anjlok lebih dari 2.300 poin.
Namun koreksi ini terpangkas di menit-menit jelang akhir perdagangan sesaat setelah ada kabar baik bahwa Senat meloloskan rencana program pemberian cuti berbayar selama wabah COVID-19 merebak.
Pada saat yang sama, indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing terkoreksi 5,2% dan 4,7%. Tak ada pasar yang benar-benar aman dari gelombang aksi jual yang masif ini.
Di Amerika sendiri jumlah kasus infeksi COVID-19 terus bertambah. Jumlah kasus infeksi COVID-19 secara kumulatif di Paman Sam sudah menyentuh angka 7.324 kasus. Sebanyak 115 orang AS meninggal akibat infeksi virus ini.
Pandemi COVID-19 memang jadi ancaman terbesar bagi perekonomian AS maupun global. Hal ini juga turut menjadi sorotan dari milyarder Bill Ackman, pendiri Pershing Square Capital Management.
“Kita harus menutupnya sekarang” kata Ackman. “Amerika akan tamat seperti yang kita ketahui. Maaf saya harus mengatakannya, kecuali jika kita mengambil opsi ini”
“Sesuatu yang buruk akan datang” tambahnya. “Kapitalisme tidak bekerja dalam periode shutdown 18 bulan, kapitalisme dapat bekerja dalam shutdown selama tiga puluh hari” tegas Ackman.
Wall Street memang bak roller coaster dalam beberapa waktu terakhir. “Volatilitas masih belum berakhir” kata Tom Essaye, pendiri The Sevens Report. Dalam sebuah catatan, ia juga menuliskan bahwa AS sedang menanti masa puncak dari merebaknya virus ini beberapa minggu ke depan.
Sebelumnya Presiden AS ke-45 Donald Trump mengatakan, kemungkinan virus ini baru bisa dijinakkan pada Juli atau Agustus nanti. (twg)
Namun koreksi ini terpangkas di menit-menit jelang akhir perdagangan sesaat setelah ada kabar baik bahwa Senat meloloskan rencana program pemberian cuti berbayar selama wabah COVID-19 merebak.
Pada saat yang sama, indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing terkoreksi 5,2% dan 4,7%. Tak ada pasar yang benar-benar aman dari gelombang aksi jual yang masif ini.
Di Amerika sendiri jumlah kasus infeksi COVID-19 terus bertambah. Jumlah kasus infeksi COVID-19 secara kumulatif di Paman Sam sudah menyentuh angka 7.324 kasus. Sebanyak 115 orang AS meninggal akibat infeksi virus ini.
Pandemi COVID-19 memang jadi ancaman terbesar bagi perekonomian AS maupun global. Hal ini juga turut menjadi sorotan dari milyarder Bill Ackman, pendiri Pershing Square Capital Management.
“Kita harus menutupnya sekarang” kata Ackman. “Amerika akan tamat seperti yang kita ketahui. Maaf saya harus mengatakannya, kecuali jika kita mengambil opsi ini”
“Sesuatu yang buruk akan datang” tambahnya. “Kapitalisme tidak bekerja dalam periode shutdown 18 bulan, kapitalisme dapat bekerja dalam shutdown selama tiga puluh hari” tegas Ackman.
Wall Street memang bak roller coaster dalam beberapa waktu terakhir. “Volatilitas masih belum berakhir” kata Tom Essaye, pendiri The Sevens Report. Dalam sebuah catatan, ia juga menuliskan bahwa AS sedang menanti masa puncak dari merebaknya virus ini beberapa minggu ke depan.
Sebelumnya Presiden AS ke-45 Donald Trump mengatakan, kemungkinan virus ini baru bisa dijinakkan pada Juli atau Agustus nanti. (twg)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular