
Newsletter
Trump Keluarkan 'Amunisi' Lawan COVID-19, IHSG Bisa Rebound?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
18 March 2020 06:09

Tiap hari kabar terkait perkembangan COVID-19 membanjiri headlines di berbagai surat kabar di dunia baik yang sifatnya cetak maupun daring. Pada kondisi seperti ini, pasar menjadi sensitif. Untuk itu, investor perlu mencermati beberapa sentimen utama yang berpotensi menjadi penggerak pasar saat ini.
Sentimen pertama tentu datang dari Wall Street. Walau ditutup menguat, bukan berarti drama trading halt dan market crash yang terjadi akhir-akhir ini akan segera berakhir. Pasar saham masih berpotensi bergerak dengan fluktuasi yang tinggi.
Ada hawa ketakutan yang juga dirasakan di pasar. Hal ini tercermin dari angka CBOE Volatility Index yang berada di rentang tertingginya dan melampaui level saat krisis ekonomi 2008 lalu. Indeks ini sering juga dikenal dengan fear index. Ketika indeks bergerak naik maka pasar sedang diliputi dengan kecemasan atau bahkan kepanikan seperti sekarang ini.
Melihat realitanya demikian, pasar masih berpotensi besar akan bergerak ‘liar’. Hal ini didukung dengan perkenbangan kasus COVID-19 yang terbaru. Sudah 78 hari berlalu sejak pertama kali dilaporkan di China, COVID-19 belum benar-benar bisa dijinakkan.
Setelah menjangkiti China, kini virus ini bermigrasi ke negara lain. Jumlah kasus di luar China sudah melampaui jumlah kasus di China. Bahkan pertambahan jumlah kasus di luar China mencapai angka 20.000 kasus dalam sehari.
Pemerintah di berbagai negara kini menjajaki opsi karantina (lockdown) baik yang sifatnya parsial seperti di beberapa wilayah saja hingga total lockdown yang bersifat satu negara seperti yang dilakukan di Italia.
Dengan adanya lockdown dan berbagai pembatasan lain yang menghambat mobilitas orang, diharapkan transmisi dari COVID-19 bisa lebih diminimalkan. COVID-19 juga sudah masuk ke Indonesia. Secara resmi RI telah kemasukan COVID-19 pada awal Maret lalu.
Per kemarin (17/3/2020) jumlah kasus infeksi COVID-19 di tanah air sudah mencapai 172 orang. Tujuh orang dinyatakan meninggal dunia. Memang Indonesia belum mengumumkan lockdown seperti Malaysia yang akan mulai hari ini dan Italia yang sudah pekan lalu. Namun pemerintah telah mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk mengurangi aktivitas yang berpotensi meningkatkan penularan.
Di beberapa daerah seperti di Jakarta, sekolah diliburkan, beberapa tempat pariwisata ditutup sementara, pengecekan suhu tubuh di setiap kantor hingga kebijakan bekerja dari rumah pagi PNS maupun swasta sudah mulai dilakukan.
Namun jika berkaca dari China, maka setidaknya butuh waktu dua bulan untuk wabah bisa sampai puncaknya. Terkait sebentar atau lamanya mencapai fase itu tergantung pada banyak faktor termasuk bagaimana intervensi pemerintah terhadap sektor kesehatan publik juga akan sangat menentukan.
Badan Inteligen Negara (BIN) memperkirakan puncak dari wabah ini baru akan terjadi nanti pada Mei saat bulan Ramadhan. Memang untuk saat ini Indonesia masih berada di fase awal wabah. Bukan maksud hati untuk menakuti, tetapi memang RI sedang bergerak menuju ke periode puncak dari wabah.
Artinya dari segi perkembangan kasus infeksi COVID-19 sendiri saat ini peluang untuk pertambahan jumlah kasus masih terbuka lebar. Baik itu secara global maupun dalam negeri saja. (twg)
Sentimen pertama tentu datang dari Wall Street. Walau ditutup menguat, bukan berarti drama trading halt dan market crash yang terjadi akhir-akhir ini akan segera berakhir. Pasar saham masih berpotensi bergerak dengan fluktuasi yang tinggi.
Ada hawa ketakutan yang juga dirasakan di pasar. Hal ini tercermin dari angka CBOE Volatility Index yang berada di rentang tertingginya dan melampaui level saat krisis ekonomi 2008 lalu. Indeks ini sering juga dikenal dengan fear index. Ketika indeks bergerak naik maka pasar sedang diliputi dengan kecemasan atau bahkan kepanikan seperti sekarang ini.
Melihat realitanya demikian, pasar masih berpotensi besar akan bergerak ‘liar’. Hal ini didukung dengan perkenbangan kasus COVID-19 yang terbaru. Sudah 78 hari berlalu sejak pertama kali dilaporkan di China, COVID-19 belum benar-benar bisa dijinakkan.
Setelah menjangkiti China, kini virus ini bermigrasi ke negara lain. Jumlah kasus di luar China sudah melampaui jumlah kasus di China. Bahkan pertambahan jumlah kasus di luar China mencapai angka 20.000 kasus dalam sehari.
Pemerintah di berbagai negara kini menjajaki opsi karantina (lockdown) baik yang sifatnya parsial seperti di beberapa wilayah saja hingga total lockdown yang bersifat satu negara seperti yang dilakukan di Italia.
Dengan adanya lockdown dan berbagai pembatasan lain yang menghambat mobilitas orang, diharapkan transmisi dari COVID-19 bisa lebih diminimalkan. COVID-19 juga sudah masuk ke Indonesia. Secara resmi RI telah kemasukan COVID-19 pada awal Maret lalu.
Per kemarin (17/3/2020) jumlah kasus infeksi COVID-19 di tanah air sudah mencapai 172 orang. Tujuh orang dinyatakan meninggal dunia. Memang Indonesia belum mengumumkan lockdown seperti Malaysia yang akan mulai hari ini dan Italia yang sudah pekan lalu. Namun pemerintah telah mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk mengurangi aktivitas yang berpotensi meningkatkan penularan.
Di beberapa daerah seperti di Jakarta, sekolah diliburkan, beberapa tempat pariwisata ditutup sementara, pengecekan suhu tubuh di setiap kantor hingga kebijakan bekerja dari rumah pagi PNS maupun swasta sudah mulai dilakukan.
Namun jika berkaca dari China, maka setidaknya butuh waktu dua bulan untuk wabah bisa sampai puncaknya. Terkait sebentar atau lamanya mencapai fase itu tergantung pada banyak faktor termasuk bagaimana intervensi pemerintah terhadap sektor kesehatan publik juga akan sangat menentukan.
Badan Inteligen Negara (BIN) memperkirakan puncak dari wabah ini baru akan terjadi nanti pada Mei saat bulan Ramadhan. Memang untuk saat ini Indonesia masih berada di fase awal wabah. Bukan maksud hati untuk menakuti, tetapi memang RI sedang bergerak menuju ke periode puncak dari wabah.
Artinya dari segi perkembangan kasus infeksi COVID-19 sendiri saat ini peluang untuk pertambahan jumlah kasus masih terbuka lebar. Baik itu secara global maupun dalam negeri saja. (twg)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular