NEWSLETTER

Trump Keluarkan 'Amunisi' Lawan COVID-19, IHSG Bisa Rebound?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
18 March 2020 06:09
Wall Street Balas Dendam (Sesaat)?
Foto: Reuters
Setelah mencatatkan koreksi yang parah (pakai banget), Wall Street akhirnya berhasil melenggang ke zona hijau pagi tadi. Dow Jones naik 5,2%, S&P 500 melompat 6% dan yang terakhir Nasdaq Composite terangkat 6,2%.

Apresiasi yang terjadi pagi tadi di bursa saham Paman Sam diakibatkan oleh kabar bahwa Presiden AS Donald Trump akan memberikan stimulus sebesar US$ 1 triliun untuk melawan wabah.

Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan pemerintah mempertimbangkan untuk mengirim uang tunai secara langsung untuk warga Amerika dalam dua minggu ke depan. “Warga Amerika butuh uang tunai saat ini” katanya melansir CNBC International.

Namun terangkatnya Wall Street kali ini tak mampu mengimbangi koreksi yang terjadi kemarin mengingat kasus infeksi COVID-19 di Amerika Serikat (AS) jumlahnya terus bertambah. Data kompilasi John Hopkins University CSSE menunjukkan jumlah kasus COVID-19 di AS bertambah 557 kasus dalam sehari dan menjadi 5.218 secara total.

Beberapa waktu lalu Presiden Donald Trump mengatakan, kemungkinan virus ini dapat dijinakkan di AS baru bulan Juli atau Agustus. Itu pun paling cepat. Wabah COVID-19 tidak hanya membawa ancaman bagi kesehatan manusia saja, tapi juga membuat ekonomi kena pukulan telak.

Banyak yang takut negeri adidaya itu akan terseret ke dalam jurang resesi. Bahkan Presiden Donald Trump terbuka pada opsi itu saat ditanya apakah ekonomi AS bisa nyungsep dan masuk resesi.

“Bisa jadi” kata Trump. Namun Trump juga menambahkan bahwa pemerintahannya akan lebih fokus pada bagaimana cara menghentikan wabah akibat virus yang masih satu jenis dengan penyebab SARS ini. Trump berpendapat bahwa jika virus ini dapat dikontrol maka pasar saham dan ekonomi bisa rebound.

Wabah COVID-19 yang saat ini telah menewaskan 92 orang AS itu memang membuat pasar saham New York kocar-kacir. Bagaimana tidak, koreksi harian yang terjadi dalam perdagangan sepekan terakhir masih lebih dalam dari apresiasi temporernya. Walau sudah anjlok signifikan, tetapi dasar/bottom dari periode koreksi yang terjadi saat ini masih belum terlihat jelas.

Banyak yang berpendapat bahwa kejutan The Fed justru membuat investor jadi semakin panik dan melihat risiko yang besar akibat wabah ini. Mislav Matejka, kepala Global Equity Strategy di JP Morgan mengatakan ada beberapa syarat untuk pasar bisa reli berkelanjutan.

“Kita akan melihat reli berkelanjutan jika 1) ada stimulus fiskal yang agresif dan 2) masalah utamanya yakni wabah virus secara jelas menunjukkan tanda-tanda mencapai puncaknya” kata Matejka, melansir CNBC International.

Soal poin yang pertama, stimulus fiskal berupa pembebasan Pajak Penghasilan yang diusulkan Trump di awal dinilai tidak efektif. Alasannya stimulus ini tak akan dirasakan bagi mereka yang tak lagi menerima gaji. Bisa jadi yang tidak terima gaji ini justru yang lebih membutuhkan uluran tangan pemerintah.

Pendapat tersebut diungkapkan oleh US Chief of Equity Strategist Citi, Tobias Levkovich. Levkovich juga menyoroti kebijakan Trump yang menggelontorkan dana bantuan senilai US$ 50 miliar saat mendeklarasikan kondisi darurat pekan lalu. Levkovich menilai jumlah tersebut terlalu sedikit untuk negara yang size ekonominya sebesar US$ 22 triliun.

“Sebagian besar ekonom sepakat bahwa sekarang bukan saatnya untuk memperdebatkan seberapa besar defisit yang didapat. Namun berbagai ideologi dan rencana harus dipertemukan untuk membuat program yang cukup signifikan dan cepat tersedia” kata Levkovich.

Kini Trump sudah mengikuti keinginan pasar dengan rencananya untuk mengguyur perekonomian Paman Sam dengan stimulus senilai US$ 1 triliun. Sekarang tinggal bagaimana kelanjutan perkembangan dari wabah itu sendiri.

Terkait poin kedua tentang tanda-tanda wabah akan segera berada di puncaknya (peak), Global Equity Strategy Credit Suisse Andrew Garthwrite mencatat bahwa saat SARS, pasar mengalami koreksi satu minggu setelah wabah mencapai puncaknya.

Walau COVID-19 masih satu golongan dengan virus penyebab SARS dan bahkan fatalitasnya lebih rendah, virus ini menyebar dengan lebih cepat. Lagi pula COVID-19 skalanya sudah mengglobal alias sudah jadi pandemi, sehingga dampak ekonominya lebih luas dan memicu pasar saham bergerak lebih liar.

(twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular