Newsletter

Corona Picu Ketidakpastian & Global yang Was-was

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
06 March 2020 07:04
Sentimen Penggerak IHSG dan Pasar Keuangan Hari Ini
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Jumat 28/2/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Koreksi Wall Street tentu akan menjadi perhatian utama pasar saham Asia hari, termasuk juga IHSG di dalam negeri.

Naiknya harga-harga instrumen investasi safe haven seperti emas, harga obligasi pemerintah AS, dan mata uang dunia seperti euro dan yen karena penyebaran virus corona Covid-19 ke AS tentu juga menambah beban bagi pergerakan pasar saham hari ini.

Apalagi, pagi ini yield obligasi pemerintah AS atau US Treasury sudah memasuki 0,89%, rekor terendah sepanjang masa. Turunnya yield itu berarti risiko yang dipandang pelaku pasar sedang besar-besarnya, bahkan selama ini menjadi yang paling besar.




Potensi lanjutan dari pemangkasan suku bunga acuan AS juga dapat dimaknai pelaku pasar dunia bahwa dampak corona cukup mampu menakuti pemerintah dan bank sentral negara-negara besar.

Apalagi, saat ini masing-masing negara, seperti halnya AS, berlomba-lomba berusaha menenangkan publik dengan cara mengeluarkan kebijakan-kebijakan preventif untuk merelaksasi regulasi atau bahkan langsung mengalirkan stimulus keuangan.

Salah satunya adalah Senat AS yang baru meloloskan Undang-undang senilai US$ 8,3 miliar untuk memerangi Covid-19, padahal baru berselang sehari setelah mendapatkan persetujuan dari DPR-nya mereka yaitu House of Representatives. Saat ini, posisi UU itu ada di tangan Presiden AS Donald Trump.

Potensi koreksi yang membesar itu untungnya dapat lebih terbatas karena ada pengumuman data cadangan devisa Indonesia periode Februari.

Dari dalam negeri, hari ini akan diumumkan data cadangan devisa valas. Tradingeconomics memprediksi cadev Februari akan turun tipis menjadi US$ 131,2 miliar dari sebelumnya pada Januari US$ 131,7 miliar.

Jika angkanya tidak jauh dari posisi Januari atau bahkan lebih baik dari itu, tentu dapat meredakan tekanan jual yang akan datang dari eksternal. Apalagi, dengan adanya penguatan pada euro dan yen, maka nilai tukar dolar rupiah dapat melemah hari ini dan berpotensi memberikan kekuatan bagi nilai tukar rupiah.

Pelemahan dolar AS hingga menyamai posisi di awal tahun ini, tercermin dari dollar index, tentu disebabkan oleh masuknya wabah Covid-19 hingga membuat angka penyebarannya di Negeri Paman Sam sudah mencapai 215 kasus, bertambah 63 orang atau lebih dari seperempatnya dibanding posisi kemarin.

Posisi Indeks Dollar, atau yang juga biasa disebut DXY dan USDX, sudah mencapai 96,82. Artinya adalah nilai tukar greenback, nama lain dolar AS, sudah turun dari posisi tertingginya tahun ini pada 99,86 pada 20 Februari.

Dollar Index adalah cerminan dari posisi dolar AS di hadapan enam mata uang lain dunia, yaitu euro, poundsterling, yen, dolar Kanada, franc Swiss, dan krona Swedia.

Hari ini, pasar juga pastinya masih akan mencermati lanjutan dari angka penyebaran virus corona di seluruh dunia yang pagi ini sudah mencapai angka 97.879 kasus dengan 3.348 angka kematian di seluruh dunia.

Apalagi ada dua negara yang baru terpapar virus corona, yaitu Kosta Rika dan Afrika Selatan, dan membuat total negara yang sudah diserang virus corona menjadi lebih dari 80 negara. Angka dan data itu mengacu pada data Johns Hopkins CSSE dan Worldometers.

Setelah penutupan pasar akhir pekan ini, pelaku pasar juga masih akan membuka mata terhadap data neraca perdagangan dan posisi cadev China yang akan diumumkan besok, di akhir pekan. (irv)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular