Newsletter

Corona Picu Ketidakpastian & Global yang Was-was

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
06 March 2020 07:04
Corona Memanas di AS, Wall Street Keok
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)
Di sisi instrumen investasi yang dianggap lebih aman (safe haven instrument), harga emas dunia di pasar spot mencetak rekor tertingginya tadi pagi setidaknya sejak awal 2013 lalu. Harga si logam mulia sudah mencapai US$ 1.670,3, atau meroket 2,13% dari posisi sehari sebelumnya.

Dengan kenaikan semalam, maka sejak awal tahun harga logam mulia itu sudah mencetak kenaikan 10,10%.

Penguatan harga emas itu tampaknya seiring dengan naik cepatnya angka penularan virus corona Covid-19, dan semakin menegaskan kodrat emas sebagai salah satu instrumen safe haven yang dapat menguat begitu risiko di dunia justru tambah bikin ngeri.

Meningginya risiko juga dipicu oleh semakin merangseknya penyebaran virus itu ke Amerika Serikat (AS). Sebanyak 52 kasus baru termasuk kawasan baru yang terkena penyebarannya yaitu Tennessee, Texas, dan kota San Francisco. Di ibukota mereka yaitu Washington, angka pengidap virus itu bahkan melonjak dua kalinya menjadi 70 orang.

Kenaikan angka penyebaran itu di AS tentu menambah jumlah angka penyebaran virus tersebut di seluruh dunia, yang mencapai 97.879 kasus pagi ini, berdasarkan data Johns Hopkins CSSE. Data penyebaran itu juga disertai angka kematian akibat virus tersebut sebanyak 3.348 jiwa.

Safe haven instrument lain yang juga terkena paparan naiknya risiko dari corona semalam adalah nilai tukar euro. Euro kembali menguat melawan dolar AS pada perdagangan Kamis setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diprediksi kembali memangkas suku bunga secara agresif.

Pada pukul 20:45 WIB, euro menguat 0,4% ke US$ 1,118 di pasar spot, melansir data Refinitiv. Mata uang 19 negara ini kini berada di level tertinggi 2 bulan.

Penguatan euro juga ditambah oleh ekspektasi pelaku pasar. Hingga pagi ini, pelaku pasar global menilai bahwa The Fed akan menurunkan suku bunganya lagi pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 Maret waktu AS, meskipun sudah diawali dengan pemangkasan 50 bps pada 2 hari lalu.

Kini, pelaku pasar kembali memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga hingga 50 bps saat mengumumkan suku bunga 18 Maret (19 Maret waktu Indonesia) nanti.

Data CME Fedwatch menunjukkan pelaku pasar dunia yang memprediksi The Fed akan menurunkan suku bunga hingga 50 bps mencapai 88,5%, dan yang memprediksi akan turun lebih tipis yaitu 25% sebanyak 11,5%. Di sisi lain, tidak ada yang memprediksi bank sentral AS itu akan menetapkan kembali suku bunganya saat ini.

Imbas dari ekspektasi penurunan suku bunga acuan itu adalah melemahnya posisi dolar AS di hadapan mata uang utama, termasuk euro.



Wall Street juga belum lepas menjadi korban dari virus corona dan kekhawatiran yang menyertainya. Kali ini, saham-saham di sektor pariwisata yang terkena hantaman dari investor.


(irv)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular