Newsletter

Suku Bunga Akan Turun, IHSG Bisa 'Move On' Dulu Dari Corona

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
03 March 2020 07:03
Suku Bunga Akan Turun, IHSG Bisa 'Move On' Dulu Dari Corona
Papan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia -  Pasar keuangan domestik digoyang kemarin, ketika pasar keuangan Asia justru membaik pasca tekanan hebat sepekan sebelumnya. Seluruh penjuru instrumen keuangan di dalam negeri mengalami naik-turun yang cukup signifikan karena sentimen yang menerpa deras, baik dari sisi positif maupun sisi negatif.

Kasus virus corona SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 (2019-nCoV) perdana yang masuk ke Indonesia kemarin mematahkan status 'kebal' dan sekaligus semangat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berusaha mengekor penguatan pasar saham Asia.



Di awal perdagangan, indeks saham utama domestik itu dibuka memerah tetapi berhasil mengikuti penguatan yang terjadi di mayoritas bursa Asia kemarin.

Dari laporan Kementerian Kesehatan dan, Indonesia mengalami kasus virus corona perdananya kemarin. Sebanyak 2 orang WNI dinyatakan terjangkit virus tersebut dan sudah dirawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianto Saroso, Jakarta Utara.

Dampaknya ternyata sukses menggemparkan dunia persilatan. Indonesia yang digadang-gadang tidak akan 'kemasukan' virus tersebut akhirnya terkena juga. Sepanjang hari, pemberitaan di media berputar di pusaran penyakit tersebut sehingga sempat memancing adanya serbuan (rush) mi instan, masker, obat steril (sanitizer), dan kebutuhan pokok lain.

Hasilnya tentu dapat ditebak. Koreksi terjadi hingga IHSG kembali masuk ke zona merah menjelang jeda siang, hingga sempat menyentuh level terendah harian 5.354.

Pengumuman demi pengumuman disampaikan setelah itu. PT Bursa Efek Indonesia sebagai otoritas bursa menyampaikan bahwa saat ini pasar masih baik-baik saja setelah koreksi dalam yang terjadi sepekan terakhir dan kemarin pagi. Hal itu ditunjukkan bahwa masih ada 24 perusahaan yang masih tetap keukeuh ingin mencatatkan sahamnya di bursa.

Otoritas bursa juga menyampaikan kembali larangannya terhadap transaksi jual kosong (short selling) yang selama ini lumrah dilakukan investor institusi di saat kondisi pasar normal.

Selain otoritas bursa, Bank Indonesia juga menyampaikan hasil rapat dewan gubernur (RDG) insidental. Bank sentral mengumumkan lima poin, pertama menyatakan masih siap melakukan intervensi pasar dengan skala lebih besar di pasar DNDF rupiah, pasar spot rupiah, dan pasar surat berharga negara (SBN).

Kedua, menurunkan ketentuan giro wajib minimum (GWM) valas bank umum konvensional dan syariah dari 8% menjadi 4% mulai 16 Maret. Ketiga, menurunkan ketentuan GWM bank pembiayaan ekspor-impor sebesar 50 bps mulai awal April. Keempat, memperluas jenis underlying bagi investor asing sehingga dapat memberikan alternatif lindung nilai (hedging) atas kepemilikan rupiah.

Kelima, menegaskan kembali bahwa investor global dapat memanfaatkan jasa kustodian dari bank global dan domestik dalam berinvestasi di dalam negeri.

Koreksi memang mereda karena indeks sempat ke 5.412, tetapi tidak mampu mengembalikan pasar ke zona positif. Bahkan di akhir perdagangan, beberapa harga saham 'dibanting' hingga membuat IHSG kembali tersungkur hingga 5.361.

Beberapa nama saham yang terkoreksi cukup dalam di akhir perdagangan adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) -1,85%, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) -1,75%, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) -1,71%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) -1,7%.

 


 

Saham

Koreksi Harian

Koreksi Sebelum Penutupan

GGRM

-2.94%

-0.40%

KLBF

-2.05%

-0.83%

BMRI

-4.47%

-1.07%

SMGR

-0.72%

-1.19%

BBRI

-5.01%

-1.24%

UNTR

0.45%

-1.48%

BSDE

-3.46%

-1.53%

BRPT

-4.06%

-1.56%

BBCA

-3.34%

-1.70%

TLKM

-1.43%

-1.71%

CPIN

-1.75%

-1.75%

INTP

-2.18%

-1.85%

Sumber: Data Transaksi Harian Saham

 

Hasilnya, hingga penutupan indeks sektoral yang mendorong pelemahan IHSG adalah sektor keuangan yang anjlok sebesar -3,05%, disusul sektor infrastruktur yang terpuruk -1,54%, sektor industri dasar yang amblas -1,47%, dan lima sektor lain. Sementara itu, sektor yang menahan laju koreksi IHSG hanyalah sektor aneka industri yang menguat 2,23%.

Volume transaksi di bursa tercatat 6,51 miliar unit saham atau senilai Rp 6,9 triliun. Dari nilai tersebut, investor lokal masih mendominasi perdagangan dengan porsi 58,4% perdagangan, sedangkan investor asing menyumbang 41,6% sisanya.

Para investor asing hari ini cenderung menjual dengan catatan aksi jual bersih (net sell) di pasar reguler Rp 325 miliar. Sejak awal tahun investor asing sudah melepas portofolio sahamnya sebesar Rp 7,36 triliun di pasar reguler.

[Gambas:Video CNBC]



Pergerakan IHSG juga seiring dengan koreksi yang masih terjadi di pasar obligasi. Harga surat utang negara (SUN) kemarin juga ditutup terkoreksi cukup signifikan yang menyebabkan adanya kenaikan tingkat imbal hasil (yield) di hampir seluruh empat seri acuan, yakni tenor 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun.

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

Seri yang paling dilihat pasar yaitu FR0082 yang bertenor 10 tahun mengalami kenaikan yield hingga 7,6 bps (normalnya di bawah 5 bps) menjadi 6,96%, sedangkan kenaikan yield paling besar dialami seri FR0081 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield sebesar 10,3 bps menjadi 6,16%.

Koreksi juga sedikit terjadi pada pasar obligasi AS, atau yang biasa disebut US Treasury. Karena ada sentimen positif, harga US Treasury yang biasanya berbalik arah dari pasar saham akhirnya terkoreksi tipis dan membuat yield seri acuan 10 tahun instrumen utang itu naik dari titik terbawahnya sepanjang masa 1,12% menjadi 1,15%.

Ketika pernyataan Bank Indonesia belum mampu membalikkan koreksi pasar saham dan obligasi, kata-kata sang gubernur Perry Warjiyo ternyata mampu membalikkan posisi rupiah di mata valuta asing (valas) lain terutama dolar AS dan mematahkan tren koreksi 9 hari beruntun. Koreksi itu hampir membuat rupiah terkoreksi secara akumulatif 5%.

Di awal perdagangan, Mata Uang Garuda terlihat akan memperpanjang rentetan pelemahan tersebut, sebelum akhirnya BI "turun tangan" dan membuat rupiah berbalik menguat.

Rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% ke level Rp 14.350/US$. Depresiasi rupiah semakin tebal hingga 0,52% ke Rp 14.415/US$ pada pertengahan perdagangan. BI yang mengadakan konferensi pers dan menggelontorkan stimulus moneter membuat Mata Uang Garuda berbalik perkasa.

Rupiah langsung berbalik menguat 0,84% ke Rp 14.220/US$ sebelum sebelum mengakhiri perdagangan di level Rp 14.260/US$ atau menguat 0,56% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Mata uang utama Asia memang sedang menguat melawan dolar AS kemarin. Hingga pukul 16:50 WIB, won Korea Selatan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik setelah menguat 0,86%. Sementara rupiah berada di posisi runner up.

Di Asia, bursa saham utama Asia rata-rata ditutup menguat signifikan, di atas 1%, tidak seperti pasar keuangan di pasar domestik yang masih berjibaku dengan berita virus corona. Indeks Shanghai Composite di China menguat 3,15% ke 2970,93, indeks Hang Seng di Hong Kong naik 0,62%ke 26291,68, sedangkan indeks Nikkei di Jepang menguat 0,95%ke 21,344.08.

Penguatan yang terjadi di bursa Asia memang tidak berimbas ke dalam negeri karena sentimen negatif di bursa nasional tentang dua pasien virus corona masih cukup membebani IHSG dan pasar SUN.

Mayoritas indeks saham utama Eropa juga ditutup menguat meskipun tipis setelah aksi jual masif pekan lalu. FTSE 100 di Inggris naik 1,13%, CAC di Prancis menguat 0,45%, sedangkan DAX di Jerman masih terkoreksi -0,27%.

Di Amerika Serikat, semalam pelaku pasar di Wall Street menyerbu kembali pasar saham dan membuat indeks acuan di Negeri Paman Sam berbalik menguat secara signifikan. Penguatan atau aksi 'ngelawan balik' itu bahkan membuat indeks S&P 500, atau SPX, terbang dan mencetak rekor penguatan tertinggi harian setidaknya sejak setahun terakhir.



Menggilanya pasar saham AS tidak lepas dari ekspektasi bahwa bank sentral di dunia sedang mempersiapkan aksi pemangkasan suku bunga sebagai obat kuat menghadapi loyonya ekonomi dunia yang masih terdampak virus corona. Hasilnya, indeks S&P 500 melonjak 4,6%, Dow Jones Industrial Avg meloncat 5,09%, dan Nasdaq Composite menggeliat 4,49%.

Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda menyatakan bahwa bank sentral yang dia pimpin siap mengambil langkah yang dibutuhkan untuk menstabilkan pasar keuangan, yang mengikut pernyataan serupa dari Gubernur The Fed Jerome Powell di akhir pekan lalu.

Terang saja. Polling yang digelar CME Group's FedWatch menunjukkan bahwa seluruh pelaku pasar memprediksi ada probabilitas mutlak 100% bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga acuannya sebesar 50 bps dalam Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 18 Maret nanti.

Hari ini, pasar akan berimbang di antara dua faktor utama. Satu faktor adalah sentimen positif global dari potensi pemangkasan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat dan Jepang serta intervensi yang akan dilakukan Bank Indonesia di dalam negeri.

BI menyatakan bahwa pemangkasan GWM akan menambah likuiditas sebanyak Rp 45 triliun ke pasar, belum lagi kebijakan GWM valas tentu akan menjadi daya dorong tersendiri untuk menggiatkan aktivitas ekonomi di dalam negeri.

Faktor lain adalah perkembangan dari penyebaran virus Covid-19 di dalam negeri. Jika angka penyebarannya bertambah, dan dengan dasar penghitungan yang rendah tentu akan menghasilkan persentase kenaikan yang tinggi, maka pasar dan publik akan disibukkan dengan aksi rush ke pasar-pasar modern dan tradisional serta dapat membuat suasana di dalam negeri semakin panas.

Meskipun virus corona sudah menggoyang pasar dunia dan korban jiwanya sudah mencapai angka psikologis 3.085 orang pagi ini, jangan lupa bahwa di Indonesia baru tertular, dan secara global angka kematian (fatalitasnya) virus itu pun cukup rendah yaitu 3,4% (penyebaran 90.284 dan angka kematian 3.085 orang). Bandingkan dengan wabah SARS yang tingkat kematiannya hingga 9,5%.

Di sisi lain, agenda dunia sepekan ini tentu masih akan menjadi perhatian pasar. Ajang 'Selasa Super' yang berlangsung Rabu malam waktu Indonesia. Pelaku pasar juga mencermati siapa yang akan menjadi kandidat dari Partai Demokrat untuk menantang Presiden AS Donald Trump dalam pemilih presiden November nanti.

'Selasa Super' adalah ajang terpenting kedua setelah hari pencoblosan di AS, di mana para bakal calon presiden baik dari kubu Demokrat maupun Republik bakal mengantongi suara untuk melaju ke putaran selanjutnya, bertarung di pemilihan presiden (pilpers) langsung.

Karena kubu Republik telah memiliki calon, yakni Trump, maka pandangan pelaku pasar akan tertuju ke kubu Demokrat. Bernie Sanders sejauh ini dianggap menjadi kandidat terkuat dari kubu tersebut, mengalahkan tujuh kandidat lainnya termasuk Michael Bloomberg.

Jika dia terpilih, maka AS akan memiliki calon presiden pertama yang merupakan seorang sosialis. Sanders juga akan menjadi presiden tertua yang menjabat, yakni pada umur 79 tahun, menggeser Trump yang sebelumnya memegang rekor tersebut pada usia 73 tahun.

Sentimen dari agenda lain juga akan berasal dari pengumuman beberapa data ekonomi dari Korsel yang akan mengumumkan angka inflasi dan pertumbuhan ekonomi hari ini, penetapan suku bunga acuan Bank Sentral Australia (RBA), angka Indeks Keyakinan Konsumen Jepang, dan angka pengangguran serta inflasi Uni Eropa.

Selasa, 3 Maret 2020
PT Arwana Citra Mulia Tbk (ARNA) RUPS 10.00 WIB
ARNA public expose.

Inflasi, pertumbuhan PDB, Korsel. 06.00 WIB.
Penetapan suku bunga acuan Bank Sentral Australia (RBA), Australia. 10.30 WIB.
Indeks Keyakinan Konsumen, Jepang. 12.00 WIB.
Angka pengangguran, inflasi, Uni Eropa. 17.00 WIB.
Pemilihan kandidat presiden dari Partai Demokrat, Amerika Serikat.



Rabu, 4 Maret 2020
DIRE Ciptadana Properti Ritel Indonesia (XCID) dividen kas cum date
DIRE Ciptadana Properti Perhotelan Padjajaran (XCIS) dividen kas cum date

Pertumbuhan Ekonomi, Australia. 07.30 WIB.
Pertumbuhan ekonomi, Italia. 16.00 WIB.
EIA Stock minyak mentah, Amerika Serikat. 10.30 WIB.
Angka pesanan pabrik, Amerika Serikat. 22.00 WIB.



Kamis, 5 Maret 2020
PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF) RUPS 10.00 WIB.
PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS) RUPS 09.00 WIB.
PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) RUPS 14.00 WIB.



Jumat, 6 Maret 2020
PT Bank Mega Tbk (MEGA) RUPS 14.00 WIB
Cadangan devisa, Indonesia, 10.00 WIB.

Neraca perdagangan, tingkat tenaga kerja non-pertanian, Amerika Serikat. 20.30 WIB.



Sabtu, 7 Maret 2020
Neraca perdagangan, China. 10.00 WIB.
Cadangan devisa, China, 14.00 WIB.



Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (2019 YoY)

5,02%

Inflasi (Februari 2020 YoY)

2,98%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Februari 2020)

4,75%

Defisit anggaran (APBN 2020)

-1,76% PDB

Transaksi berjalan (2019)

-2,72% PDB

Cadangan devisa (Januari 2020)

US$ 131,7 miliar

 


(irv) Next Article Tinggal 7 Hari, Akankah Semesta Mendukung Penguatan IHSG?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular