
Newsletter
Bank China "Beraksi" Bangkitkan Ekonomi, BI?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 February 2020 06:41

Bursa saham AS (Wall Street) menguat pada perdagangan Rabu, tiga indeks utama kompak ke zona hijau. Indeks Dow Jones menguat 0,4% ke 29.348,03, sementara S&P 500 dan Nasdaq mencetak rekor tertinggi setelah menguat 0,47% dan 0,87% ke 3.386,15 dan 9.817,18.
Saham Apple Inc. yang menyeret turun Wall Street pada perdagangan Selasa setelah melemah 1,8%, pada Rabu berbalik menguat 1,5%.
Apple sebelumnya mengguncang bursa saham global setelah menyatakan pendapatan di kuartal II tahun fiskal 2020 akan lebih rendah dari prediksi akibat wabah viruc corona yang menyebabkan gangguan suplai dan penjualan di China.
Tetapi Apple tidak memberikan prediksi terbaru seberapa besar penjualannya akan tergerus.
Tom Essaye, co-founder The Seven Report, mengatakan kurangnya update panduan pendapatan menunjukkan Apple tidak tahu seberapa besar dampak dari wabah virus corona, sebagaimana dilansir CNBC International.
Itu artinya ada kemungkinan pendapatan Apple tidak akan tergerus banyak seperti yang ditakutkan, sehingga saham Apple kembali naik dan turut membantu Wall Street menguat.
Apple Inc. merupakan perusahaan dengan kapitalisasi pasar lebih dari US$ 1,3 triliun. Sebagai perbandingan nilai perekonomian Indonesia di tahun 2018 sebesar US$ 1,042 triliun, masih di bawah kapitalisasi pasar Apple. Di tahun yang sama, nilai ekonomi AS sebagai yang terbesar di dunia sebesar US$ 20,5 triliun, itu artinya kapitalisasi pasar perusahaan pembuat iPhone ini sekitar 6,3% dari nilai ekonomi AS.
Tidak hanya itu melansir Investopedia yang melihat data World Bank, hanya ada 14 negara yang nilai ekonominya lebih besar dari Apple.
Maka ketika Apple mengumumkan kemungkinan penurunan pendapatan akan memberikan dampak buruk ke sentimen pelaku pasar. Apalagi banyak perusahaan yang bermitra dengan Apple di berbagai negara, sehingga bursa saham global akan terguncang.
Sementara itu rilis notula rapat kebijakan moneter The Fed menunjukkan bank sentral AS tersebut melihat wabah virus corona sebagai risiko baru terhadap outlook pertumbuhan ekonomi global.
The Fed juga melihat pertumbuhan ekonomi di China dan beberapa negara Asia menunjukkan peningkatan, tetapi wabah virus corona memunculkan pertanyaan apakah pertumbuhan tersebut akan berlanjut atau justru melambat.
Dalam notula tersebut juga terlihat The Fed juga menegaskan tingkat suku bunga 1,5-1,75% tetap akan dipertahankan.
(pap)
Saham Apple Inc. yang menyeret turun Wall Street pada perdagangan Selasa setelah melemah 1,8%, pada Rabu berbalik menguat 1,5%.
Apple sebelumnya mengguncang bursa saham global setelah menyatakan pendapatan di kuartal II tahun fiskal 2020 akan lebih rendah dari prediksi akibat wabah viruc corona yang menyebabkan gangguan suplai dan penjualan di China.
Tetapi Apple tidak memberikan prediksi terbaru seberapa besar penjualannya akan tergerus.
Tom Essaye, co-founder The Seven Report, mengatakan kurangnya update panduan pendapatan menunjukkan Apple tidak tahu seberapa besar dampak dari wabah virus corona, sebagaimana dilansir CNBC International.
Itu artinya ada kemungkinan pendapatan Apple tidak akan tergerus banyak seperti yang ditakutkan, sehingga saham Apple kembali naik dan turut membantu Wall Street menguat.
Apple Inc. merupakan perusahaan dengan kapitalisasi pasar lebih dari US$ 1,3 triliun. Sebagai perbandingan nilai perekonomian Indonesia di tahun 2018 sebesar US$ 1,042 triliun, masih di bawah kapitalisasi pasar Apple. Di tahun yang sama, nilai ekonomi AS sebagai yang terbesar di dunia sebesar US$ 20,5 triliun, itu artinya kapitalisasi pasar perusahaan pembuat iPhone ini sekitar 6,3% dari nilai ekonomi AS.
Tidak hanya itu melansir Investopedia yang melihat data World Bank, hanya ada 14 negara yang nilai ekonominya lebih besar dari Apple.
Maka ketika Apple mengumumkan kemungkinan penurunan pendapatan akan memberikan dampak buruk ke sentimen pelaku pasar. Apalagi banyak perusahaan yang bermitra dengan Apple di berbagai negara, sehingga bursa saham global akan terguncang.
Sementara itu rilis notula rapat kebijakan moneter The Fed menunjukkan bank sentral AS tersebut melihat wabah virus corona sebagai risiko baru terhadap outlook pertumbuhan ekonomi global.
The Fed juga melihat pertumbuhan ekonomi di China dan beberapa negara Asia menunjukkan peningkatan, tetapi wabah virus corona memunculkan pertanyaan apakah pertumbuhan tersebut akan berlanjut atau justru melambat.
Dalam notula tersebut juga terlihat The Fed juga menegaskan tingkat suku bunga 1,5-1,75% tetap akan dipertahankan.
(pap)
Pages
Most Popular