
Newsletter
Resesi Ancam Raksasa Ekonomi, Pasar Keuangan RI Apa Kabar?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 February 2020 06:39

Berbeda dengan bursa saham Asia yang bervariasi, bursa saham Eropa kompak menghijau Senin kemarin. Indeks DAX 30 Jerman menguat 0,29%, sementara CAC 40 Prancis dan FTSE 100 Inggris naik masing-masing 0,27% dan 0,33%.
Upaya bank sentral China untuk meredam dampak wabah Covid-19 membuat bursa Eropa menguat, meski masih tetap berhati-hati.
Sementara itu bursa saham AS (Wall Street) hari Senin kemarin libur merayakan President's Day, tetapi indeks berjangka menunjukkan penguatan. Indeks Dow Jones Futures dan S&P 500 Futures masing-masing menguat 0,21%, dan Nasdaq Futures memimpin sebesar 0,36%.
Indeks berjangka atau futures bisa menjadi acuan kemana arah pasar saat dibuka nanti, karena mencerminkan sentimen pelaku pasar saat perdagangan di pasar spot sudah ditutup, atau libur.
Melihat indeks futures di AS yang masih menghijau, artinya sentimen pelaku pasar masih cukup bagus.
Pada pekan lalu, Wall Street berhasil mencetak rekor tertinggi akibat optimism akan ekonomi AS yang masih tangguh, serta laporan earning perusahaan yang lebih bagus dari ekspektasi.
Berdasarkan data FactSet sudah 77% dari total perusahaan di S&P 500 dan 72% mampu lebih tinggi dari ekspektasi, sebagaimana dilansir CNBC International.
Selain itu, pada Jumat pekan lalu CNBC International juga melaporkan Gedung Putih mempertimbangkan insentif pajak untuk warga AS yang akan membeli saham. Insentif pajak tersebut merupakan salah satu dari beberapa pemangkasan pajak yang dipertimbangkan. Beberapa sumber dari gedung putih mengatakan rumah tangga yang menghasilkan pendapatan US$ 200.000 dapat menginvestasikan US$ 10.000 di saham dengan bebas pajak.
Sementara itu raksasa teknologi asal AS, Apple, menyatakan earning di kuartal II tahun fiskal akan lebih rendah dari prediksi sebelumnya akibat wabah Covid-19, yang menyebabkan gangguan suplai serta penurunan penjualan di China. Apple sebelumnya memberikan prediksi penjualan bersih akan mencapai US$ 63 miliar sampai US$ 67 miliar.
(pap)
Upaya bank sentral China untuk meredam dampak wabah Covid-19 membuat bursa Eropa menguat, meski masih tetap berhati-hati.
Sementara itu bursa saham AS (Wall Street) hari Senin kemarin libur merayakan President's Day, tetapi indeks berjangka menunjukkan penguatan. Indeks Dow Jones Futures dan S&P 500 Futures masing-masing menguat 0,21%, dan Nasdaq Futures memimpin sebesar 0,36%.
Indeks berjangka atau futures bisa menjadi acuan kemana arah pasar saat dibuka nanti, karena mencerminkan sentimen pelaku pasar saat perdagangan di pasar spot sudah ditutup, atau libur.
Melihat indeks futures di AS yang masih menghijau, artinya sentimen pelaku pasar masih cukup bagus.
Pada pekan lalu, Wall Street berhasil mencetak rekor tertinggi akibat optimism akan ekonomi AS yang masih tangguh, serta laporan earning perusahaan yang lebih bagus dari ekspektasi.
Berdasarkan data FactSet sudah 77% dari total perusahaan di S&P 500 dan 72% mampu lebih tinggi dari ekspektasi, sebagaimana dilansir CNBC International.
Selain itu, pada Jumat pekan lalu CNBC International juga melaporkan Gedung Putih mempertimbangkan insentif pajak untuk warga AS yang akan membeli saham. Insentif pajak tersebut merupakan salah satu dari beberapa pemangkasan pajak yang dipertimbangkan. Beberapa sumber dari gedung putih mengatakan rumah tangga yang menghasilkan pendapatan US$ 200.000 dapat menginvestasikan US$ 10.000 di saham dengan bebas pajak.
Sementara itu raksasa teknologi asal AS, Apple, menyatakan earning di kuartal II tahun fiskal akan lebih rendah dari prediksi sebelumnya akibat wabah Covid-19, yang menyebabkan gangguan suplai serta penurunan penjualan di China. Apple sebelumnya memberikan prediksi penjualan bersih akan mencapai US$ 63 miliar sampai US$ 67 miliar.
(pap)
Pages
Most Popular