
Polling CNBC Indonesia
Pertumbuhan Ekonomi 2019 Diramal 5,04%, Kecewa atau Bangga?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 February 2020 06:30

Jadi tidak heran kalau ekspor sulit diandalkan menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi. Gara-gara ekspor bermasalah, investasi pun ikut-ikutan nyungsep. Seperti yang disebut oleh WTO, pembatasan ekspor membuat investasi dan penciptaan lapangan kerja menjadi terbatas.
Ekspansi dunia usaha biasanya digambarkan oleh Purchasing Managers' Indekx (PMI). Ambang batas PMI adalah 50, kalau di bawah 50 berarti dunia usaha tidak melakukan ekspansi. Masalahnya, sejak Juli 2019 hingga Januari 2020, PMI manufaktur Indonesia selalu di bawah 50.
Pada Januari 2020, IHS Markit melaporkan PMI manufaktur Indonesia berada di 49,3. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 49,5.
"Perlambatan manufaktur Indonesia masih berlanjut pada awal tahun. Permintaan yang lemah membuat penjualan menurun, kemudian menyebabkan kapasitas produksi menjadi tidak optimal. Akibatnya, dunia usaha terbeban untuk merekrut karyawan baru. Penurunan penjualan membuat dunia usaha menahan pembelian bahan baku dan menumpuk stok. Dunia usaha terpaksa makan dari pemesanan sebelumnya untuk mempertahankan produksi," jelas Bernard Aw, Principal Economist IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Well, itu kabar buruknya. Harus diakui bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo pernah mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi potensial Indonesia semestinya bisa mencapai 5,6-6%. Hingga 2019, Indonesia belum sampai ke sana.
Baca: BI Ramal Pertumbuhan Ekonomi 2018 di 5,2%
Namun di tengah kabar duka itu masih ada hal positif yang bisa dilihat. Pertumbuhan ekonomi 2019 yang diperkirakan 5,04% masih menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Di antara negara-negara anggota G20, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di urutan kedua, hanya kalah dari China.
Masalah yang dihadapi negara-negara lain pun sama, ekspor loyo akibat perang dagang. Indonesia beruntung karena memiliki permintaan domestik yang kuat sehingga bisa membantu pertumbuhan ekonomi tetap di kisaran 5%.
Baca: Bahaya, Pertumbuhan Ekonomi RI Bisa di Bawah 5% Gegara Corona
Jadi, kinerja perekonomian pada 2019 bisa dibilang mixed. Di satu sisi agak mengecewakan karena terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Walau penyebabnya lebih didominasi oleh faktor eksternal di luar kendali pembuat kebijakan di dalam negeri.
Namun di sisi lain, pertumbuhan ekonomi mepet 5% ternyata tidak jelek-jelek amat. Apalagi kalau melihat kontraksi yang dialami oleh beberapa negara G20.
Apakah kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia mengecewakan atau memuaskan? Setiap orang berhak atas opininya masing-masing...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Ekspansi dunia usaha biasanya digambarkan oleh Purchasing Managers' Indekx (PMI). Ambang batas PMI adalah 50, kalau di bawah 50 berarti dunia usaha tidak melakukan ekspansi. Masalahnya, sejak Juli 2019 hingga Januari 2020, PMI manufaktur Indonesia selalu di bawah 50.
Pada Januari 2020, IHS Markit melaporkan PMI manufaktur Indonesia berada di 49,3. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 49,5.
"Perlambatan manufaktur Indonesia masih berlanjut pada awal tahun. Permintaan yang lemah membuat penjualan menurun, kemudian menyebabkan kapasitas produksi menjadi tidak optimal. Akibatnya, dunia usaha terbeban untuk merekrut karyawan baru. Penurunan penjualan membuat dunia usaha menahan pembelian bahan baku dan menumpuk stok. Dunia usaha terpaksa makan dari pemesanan sebelumnya untuk mempertahankan produksi," jelas Bernard Aw, Principal Economist IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Well, itu kabar buruknya. Harus diakui bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo pernah mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi potensial Indonesia semestinya bisa mencapai 5,6-6%. Hingga 2019, Indonesia belum sampai ke sana.
Baca: BI Ramal Pertumbuhan Ekonomi 2018 di 5,2%
Namun di tengah kabar duka itu masih ada hal positif yang bisa dilihat. Pertumbuhan ekonomi 2019 yang diperkirakan 5,04% masih menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Di antara negara-negara anggota G20, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di urutan kedua, hanya kalah dari China.
Masalah yang dihadapi negara-negara lain pun sama, ekspor loyo akibat perang dagang. Indonesia beruntung karena memiliki permintaan domestik yang kuat sehingga bisa membantu pertumbuhan ekonomi tetap di kisaran 5%.
Baca: Bahaya, Pertumbuhan Ekonomi RI Bisa di Bawah 5% Gegara Corona
Jadi, kinerja perekonomian pada 2019 bisa dibilang mixed. Di satu sisi agak mengecewakan karena terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Walau penyebabnya lebih didominasi oleh faktor eksternal di luar kendali pembuat kebijakan di dalam negeri.
Namun di sisi lain, pertumbuhan ekonomi mepet 5% ternyata tidak jelek-jelek amat. Apalagi kalau melihat kontraksi yang dialami oleh beberapa negara G20.
Apakah kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia mengecewakan atau memuaskan? Setiap orang berhak atas opininya masing-masing...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular