
Newsletter
Korban Virus Corona Makin Banyak, Situasi 'Darurat' Global?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
30 January 2020 06:39

Untuk perdagangan hari ini, pelaku pasar patut mencermati beberapa sentimen. Pertama tentu dari kinerja bursa saham Wall Street. Sebagai kiblat pasar saham dunia, apa yang terjadi di Wall Street dapat berdampak ke pasar lainnya.
Wall Street ditutup bervariasi. Dua indeks utama yaitu DJIA dan Nasdaq komposit ditutup menguat, tetapi terbatas. Pasar masih mencemaskan kemungkinan penyebaran virus corona ini makin meluas dan berdampak signifikan untuk perekonomian.
CNBC Internasional melaporkan, WHO kini sedang sangat menyoroti kasus penyebaran virus ini di luar China. WHO menilai , penyebaran virus yang sangat cepat merupakan keprihatinan serius bagi mereka.
WHO dikabarkan akan menggelar pertemuan minggu ini untuk memutuskan apakah situasi ini dapat dideklarasikan sebagai kondisi darurat global.
“Perkembangan dari wabah dan penularannya adalah sebuah keprihatinan serius” kata Dr. Mike Ryan salah satu pejabat WHO.
Infeksi patogen ini terus meluas dengan sangat pesat. Sejak kasus pertama dilaporkan di awal tahun hingga saat ini ribuan orang telah terjangkit. Awalnya virus ini ditemukan di Wuhan, kini sang patogen telah menjelajah ke berbagai benua.
Laporan terbaru menunjukkan kasus ini ditemukan di China (6.070 kasus), Thailand (14 kasus), Hong Kong (10 kasus), Taiwan (8 kasus), Jepang, Macau, Malaysia, Singapura masing-masing melaporkan ada 7 kasus, Korea Selatan dan Uni Emirat Arab masing-masing 4 kasus, Vietnam (2 kasus) sementara masing-masing 1 kasus dilaporkan di Nepal, Sri Lanka dan Kamboja.
Benua Asia memang merupakan benua yang paling banyak terjangkiti. Namun benua Eropa, Amerika bahkan Australia juga ikut terjangkit. Di Australia dilaporkan ada 5 kasus, sementara di Eropa ada 10 kasus di Perancis (5 kasus), Jerman (4 kasus) dan Finlandia (1 kasus). Terakhir di AS ada 5 kasus dan Kanada 2 kasus.
Bagaimanapun juga virus ini telah membuat aktivitas ekonomi di China terganggu. Pabrik dan berbagai fasilitas transportasi ditutup. Warga China diminta untuk tetap tinggal dan tak bepergian. Sementara itu stok makanan dan peralatan medis semakin menipis.
Hal ini tak membuat AS berniat mencabut tarif yang dikenakan Paman Sam untuk produk impor asal China. AS akan tetap menerapkan tarif untuk berbagai barang impor asal China walau virus ini membuat ekonomi Negeri Panda terkena guncangan. (twg/twg)
Wall Street ditutup bervariasi. Dua indeks utama yaitu DJIA dan Nasdaq komposit ditutup menguat, tetapi terbatas. Pasar masih mencemaskan kemungkinan penyebaran virus corona ini makin meluas dan berdampak signifikan untuk perekonomian.
CNBC Internasional melaporkan, WHO kini sedang sangat menyoroti kasus penyebaran virus ini di luar China. WHO menilai , penyebaran virus yang sangat cepat merupakan keprihatinan serius bagi mereka.
WHO dikabarkan akan menggelar pertemuan minggu ini untuk memutuskan apakah situasi ini dapat dideklarasikan sebagai kondisi darurat global.
“Perkembangan dari wabah dan penularannya adalah sebuah keprihatinan serius” kata Dr. Mike Ryan salah satu pejabat WHO.
Infeksi patogen ini terus meluas dengan sangat pesat. Sejak kasus pertama dilaporkan di awal tahun hingga saat ini ribuan orang telah terjangkit. Awalnya virus ini ditemukan di Wuhan, kini sang patogen telah menjelajah ke berbagai benua.
Laporan terbaru menunjukkan kasus ini ditemukan di China (6.070 kasus), Thailand (14 kasus), Hong Kong (10 kasus), Taiwan (8 kasus), Jepang, Macau, Malaysia, Singapura masing-masing melaporkan ada 7 kasus, Korea Selatan dan Uni Emirat Arab masing-masing 4 kasus, Vietnam (2 kasus) sementara masing-masing 1 kasus dilaporkan di Nepal, Sri Lanka dan Kamboja.
Benua Asia memang merupakan benua yang paling banyak terjangkiti. Namun benua Eropa, Amerika bahkan Australia juga ikut terjangkit. Di Australia dilaporkan ada 5 kasus, sementara di Eropa ada 10 kasus di Perancis (5 kasus), Jerman (4 kasus) dan Finlandia (1 kasus). Terakhir di AS ada 5 kasus dan Kanada 2 kasus.
Bagaimanapun juga virus ini telah membuat aktivitas ekonomi di China terganggu. Pabrik dan berbagai fasilitas transportasi ditutup. Warga China diminta untuk tetap tinggal dan tak bepergian. Sementara itu stok makanan dan peralatan medis semakin menipis.
Hal ini tak membuat AS berniat mencabut tarif yang dikenakan Paman Sam untuk produk impor asal China. AS akan tetap menerapkan tarif untuk berbagai barang impor asal China walau virus ini membuat ekonomi Negeri Panda terkena guncangan. (twg/twg)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular