Newsletter

Korban Virus Corona Makin Banyak, Situasi 'Darurat' Global?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
30 January 2020 06:39
Wall Street Tak Kompak
Foto: Pasar Finansial Wall Street (AP Photo/Richard Drew)
Wabah virus corona memang tak se-mematikan SARS pada 2002-2003. Tingkat mortalitas saat epidemi SARS mencapai hampir 10% sementara untuk kasus virus corona ini hanya di kisaran 2%. Namun yang patut diwaspadai adalah penyebarannya yang begitu pesat.

Saking pesatnya pasar keuangan global juga sempat goyah dibuatnya, salah satunya Wall Street. Indeks bursa saham Paman Sam dibuat anjlok oleh virus ini sejak 24 Januari lalu. Namun berhasil ditutup menguat pada 28 Januari 2020.

Kemarin, tiga indeks utama Wall Street ditutup bervariasi. Dow Jones Industrial Average berhasil naik tipis 0,04% dan indeks komposit Nasdaq menguat 0,06%. Nasib apes justru dialami indeks S&P 500 yang justru harus terpangkas 0,09%.

Akhir Januari memang jadi musim rilis laporan keuangan. Pelaku pasar kini sedang menyoroti kinerja keuangan emiten teknologi yang tergabung dalam grup FAANG+M atau Facebook, Amazon, Apple, Netflix, Google dan Microsoft.

Pada sesi perdagangan kemarin, Facebook mencatatkan kinerja keuangan yang lebih baik dari estimasi analis dilihat dari segi pendapatan maupun laba. Dari sisi top line perusahaan besutan Marck Zuckerberg tersebut berhasil mencatatkan pendapatan sebesar US$ 21,08 miliar. Sementara analis memperkirakan perolehan pendapatan yang lebih rendah yaitu US$ 20,89 miliar.

Ditinjau dari sisi bottom line, laba per saham Facebook juga berhasil melampaui estimasi analis. Laba per saham Facebook diramal hanya mencapai US$ 2,53/lembar saham. Sementara real-nya mencapai US$ 2,56/lembar saham.

Kinerja yang baik juga dibukukan oleh emiten teknologi AS lain. Kini giliran perusahaan yang didirikan oleh Bill Gates. Sama seperti Facebook, Microsoft berhasil melampaui perkiraan analis untuk top line dan bottom line-nya.

Pada kuartal ke empat 2019, pendapatan Microsoft tumbuh 14% (yoy). Microsoft berhasil mencetak pendapatan sebesar US$ 36,91 miliar lebih tinggi dari perkiraan analis yang hanya sebesar US$ 35,68 miliar.

Dari sisi bottom line, laba per saham Microsoft juga tercatat lebih tinggi dari estimasi. Berdasarkan estimasi, laba per saham Microsoft hanya US$ 1,32 /lembar saham. Namun berdasarkan rilis laporan keuangannya, Microsoft berhasil membukukan laba per saham hingga US$ 1,51/lembar saham.

Seolah tak mau kalah, emiten milik Elon Musk juga mencatatkan kinerja yang baik. Tesla berhasil mencatatkan pendapatan sebesar US$ 7,38 miliar pada kuartal empat. Sementara analis hanya memprediksi sebesar US$ 7,02 miliar.

Perdagangan kemarin (waktu AS) juga bertepatan dengan hari di mana otoritas moneter AS yaitu The Fed mengumumkan kebijakan moneternya. The Fed memutuskan untuk tetap mempertahankan The Fed Fund Rate atau suku bunga acuan di kisaran 1,5% - 1,75%.

Seperti yang sudah diduga sebelumnya, suku bunga tetap dipertahankan pada kisaran sekarang untuk mencapai target inflasi 2%. Walau suku bunga acuan tak berubah, The Fed menaikkan Interest Rate on Excess Reserves (IOER).

IOER yang dulunya dipatok di 1,55% dinaikkan menjadi 1,6%. Kenaikan bunga untuk cadangan perbankan ini dimaksudkan untuk mengatrol suku bunga overnight The Fed yang kini mepet bawah.

Pasalnya sejak The Fed melakukan transaksi repo pada Oktober tahun lalu, Fed Rate berada di angka 1,55%. The Fed lebih menghendaki Fed Rate berada di pertengahan, tidak terlalu atas maupun terlalu bawah.

Dalam konferensi persnya dini hari tadi waktu Indonesia, Gubernur The Fed, Jerome Powell menanggapi berbagai isu mulai dari transaksi repo yang dilakukan bank sentral tersebut hingga virus corona yang makin meluas akhir-akhir ini. Terkait virus corona Jerome Powell lebih memilih terus memantau perkembangannya ketimbang harus berspekulasi. (twg/twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular