Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan antara pasukan Amerika Serikat (AS) dan Iran di Irak membuat membuat kondisi pasar keuangan hampir diseluruh dunia terguncang termasuk di dalam negeri.
Di Asia, bursa saham utama menutup perdagangan awal pekan rata-rata di zona merah. Indeks Nikkei anjlok 1,91%, indeks Shanghai melemah tipis 0,01%, indeks Hang Seng amblas 0,79%, indeks Straits Times terkoreksi 0,62%, dan indeks Kospi terpangkas 0,98%. Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga merosot 66 poin (-1,04%) ke level 6.257.
Sementara dari sisi moneter, rupiah tumbang di hadapan Dolar AS karena kenaikan harga minyak yang naik nyaris 7% dalam dua hari terakhir. Rupiah di pasar spot belum pernah menguat dalam 3 hari dan ditutup minus 0,11% ke level Rp 13.935/US$ pada Senin (6/1/2019).
Dari sisi surat utang, harga obligasi rupiah pemerintah juga mengalami koreksi yang signifikan. Seri acuan yang paling melemah adalah FR0081 tenor 5 tahun dengan kenaikan yield 5,5 basis poin (bps) menjadi 6,44%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield lebih umum dijadikan acuan transaksi dibanding harga obligasi karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Berikut data selengkapnya:
Yield Obligasi Negara Acuan 6 Jan'20 |
Seri | Jatuh tempo | Yield 4 Jan'20 (%) | Yield 6 Jan'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 6 Jan'20 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 6.386 | 6.441 | 5.50 | 6.4051 |
FR0082 | 10 tahun | 7.068 | 7.118 | 5.00 | 7.1265 |
FR0080 | 15 tahun | 7.435 | 7.45 | 1.50 | 7.4606 |
FR0083 | 20 tahun | 7.531 | 7.576 | 4.50 | 7.5323 |
Sumber:
Refinitiv
Ketegangan antara AS dengan Iran di wilayah Irak membuat "muak" Parlemen Irak sehingga mengeluarkan resolusi yang menyerukan semua pasukan asing agar meninggalkan negaranya.
Perdana Menteri Irak sementara Abdel Abdul Mahdi bahkan menyampaikan pesan kepada duta besar AS Senin (6/1) bahwa kedua negara (AS & Iran) agar mengimplementasikan resolusi yang dibuat tersebut. Namun, atas resolusi tersebut tidak memberikan tenggat waktu kapan harus dilaksanakan.
[Gambas:Video CNBC]
Bursa saham Amerika Serikat (AS) membalikkan keadaan dari penurunan lumayan dalam pada Senin (6/1) menyusul kekhawatiran geopolitik dari terbunuhnya Jenderal Iran.
Tiga indeks utama di Wall Street akhirnya ditutup rata-rata dengan penguatan. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,24% atau 68 poin, indeks S&P 500 positif 0,35% atau 11 poin, dan Nasdaq terangkat 0,56% atau 50 poin.
Kenaikan atas tiga indeks tersebut dipimpin saham-saham teknologi berkapitalisasi besar. Saham Facebook dan Amazon keduanya naik lebih dari 1%, dan Netflix dan Alphabet yang merupakan induk dari Google masing-masing naik 3,1% dan 2,7%.
Kenaikan atas beberapa saham tersebut merupakan pembalikan arah dari penurunan tajam Jumat (3/1). Kala itu Dow dan S&P 500 mengalami penurunan terendah dalam sebulan terakhir setelah Presiden Trump menyetujui serangan udara di Baghdad yang menewaskan Jenderal Iran Qasem Soleimani.
Kejadian tersebut memicu naiknya harga minyak karena kekhawatiran konflik berkepanjangan yang dapat mengganggu pasokan minyak dunia. Minyak mentah sempat menguat lebih dari 3% pada hari Jumat (3/1) atau tertinggi sejak April tahun 2019.
Atas resolusi yang dibuat Parlemen Irak, Trump mengatakan bahwa ia dapat menjatuhkan sanksi kepada Irak yang menyerukan pengusiran pasukan asing dari negara tersebut.
“Kami memiliki pangkalan udara yang sangat mahal di sana. Biayanya miliaran dolar untuk membangun. Jauh sebelum waktu. Kami tidak akan pergi kecuali mereka membayar kami untuk itu, "kata Trump.
Akibat dari ketegangan tersebut, Investor beralih ke instrumen investasi pengaman harta (safe havens) yang seperti emas dan surat utang Pemerintah AS ketika ketegangan AS-Iran semakin meningkat.
Pada hari Senin (6/1), emas di bursa berjangka menyentuh level tertingginya lebih dari enam tahun terakhir. Sementara Imbal hasil (yield) Treasury 10-tahun menjadi 1,8% setelah memulai perdagangan awal 2020 di atas 1,9%.
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama, tentu perkembangan bursa Wall Street yang mampu kembali menguat, hal ini akan memberi dampak cukup positif bagi Bursa Asia yang terseret sentimen positif termasuk juga IHSG.
Sentimen kedua, adalah dolar AS yang cenderung kembali melemah. Pada pukul 06:18 WIB, Dollar Index (greenback melawan enam mata uang utama dunia) melemah 0,17% pada level 96,67. Pelemahan dolar AS akan menjadi berkah bagi rupiah yang belum pernah menguat selama tahun 2020.
Sentimen ketiga, yaitu penurunan harga minyak minyak mentah (crude oil). Harga minyak jenis brent di pasar spot dunia turun 0,05% menjadi USD 68,6/barrel. Sedangkan light sweet juga turun 0,15% ke USD 62,8/barrel.
Ketegangan di negara-negara Petro dollar atau wilayah teluk diyakini menghambat pasokan atau produksi minyak di tengah permintaan yang stabil, sehingga harganya menjadi naik.
Bagi rupiah, penurunan harga minyak merupakan berkah, pasalnya Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Saat harga minyak turun, maka biaya importasinya menjadi lebih murah.
Sentimen keempat, kontak senjata AS dengan Iran yang sementara mereda meski masih bersitegang, hal ini berpotensi membuat pasar keuangan di Asia termasuk dalam negeri berpotensi lebih baik.
Berikut adalah rilis data yang akan terjadi hari ini:
- Balance of Trade November/AS (20:30 WIB);
- Balance of Trade November/Canada (20:30 WIB);
- Retail Sales YoY Nov/Uni Eropa (17:00 WIB)
- Laporan Survei Konsumen (IKK), Bank Indonesia (10:00 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan ekonomi (Kuartal III-2019) | 5,02% YoY |
Inflasi (November 2019) | 2,72% YoY |
BI 7-Day Reverse Repo Rate (Desember 2019) | 5% |
Defisit anggaran (APBN 2019) | -1,84% PDB |
Transaksi berjalan (Kuartal III-2019) | -2,66% PDB |
Neraca pembayaran (Kuartal III-2019) | -US$ 46 juta |
Cadangan devisa (November 2019) | US$ 126,6 miliar |
Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini.
TIM RISET CNBC INDONESIA