Newsletter

Jangan Liburan Dulu! Jokowi ke BEI, IHSG Siap Terbang Tinggi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 December 2019 06:07
Jangan Liburan Dulu! Jokowi ke BEI, IHSG Siap Terbang Tinggi
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar finansial dalam negeri ceria sepanjang pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), rupiah, dan obligasi kompak mencatat penguatan.

Dalam sepekan, Mata Uang Garuda menguat 0,18% melawan dolar Amerika Serikat (AS), sekaligus memperpanjang performa impresif yang ditunjukkan sejak akhir November. Rupiah kini mencatat penguatan empat pekan beruntun dan berada di level terkuat dalam tiga bulan terakhir.

Sementara IHSG sepanjang pekan lalu membukukan penguatan 0,72%, menembus kembali ke atas level 6.300, dan mencapai titik tertinggi dalam dua bulan terakhir.



Penguatan rupiah dan IHSG dilengkapi dengan obligasi pemerintah tenor 10 tahun, di mana yield atau imbal hasil yang diberikan turun 8,9 basis poin (bps) menjadi 7.096%.

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.

Kesepakatan dagang fase I antara AS dengan China yang sebentar lagi akan diteken menjadi pemicu utama penguatan pasar finansial dalam negeri.



Dengan adanya kesepakatan dagang fase I dan akan berlanjut ke negosiasi fase II, perang dagang antara AS-China sudah mendekati akhir. Perang dagang kedua negara sudah berlangsung selama 18 bulan dan membuat perekonomian AS-China melambat, serta menyeret turun pertumbuhan ekonomi global.

Ketika perang dagang berakhir, pertumbuhan ekonomi global diharapkan bisa bangkit di tahun depan, dan aset-aset berisiko serta berimbal hasil tinggi akan menjadi target investasi, instrument investasi Tanah Air jadi mendapat rezeki.



Kesepakatan dagang fase I memang sudah tercapai beberapa pekan lalu, tetapi sinyal akan diteken dalam waktu dekat yakni di awal Januari semakin menguat pada pekan lalu.

Pada hari Senin (23/12/2019), CNBC International melaporkan China akan menurunkan bea masuk terhadap 850 produk dari AS mulai 1 Januari. Sehari setelah itu Presiden AS, Donald Trump, menyebut kesepakatan dagang fase I sudah hampir selesai, dan akan ada upacara penandatanganan dengan Presiden China Xi Jinping.

"Ya, kami akan mengadakan upacara penandatanganan," kata Trump kepada wartawan, seperti dilansir dari Reuters.


China juga mengkonfirmasi hal tersebut, pada hari Rabu (25/12/2019). Pemerintah Beijing mengatakan sedang melakukan pembicaraan mengenai upacara penandatangan kesepakatan dagang fase I dengan Washington.

Selain hubungan AS-China yang semakin mesra, Santa Claus Rally juga turut memberikan suntikan tenaga ke IHSG. Santa Claus rally merupakan sebuah reli di pasar saham AS yang terjadi pada lima perdagangan terakhir di bulan Desember hingga dua perdagangan pertama di bulan Januari.

Terbukti, Wall Street terus mencetak rekor tertinggi pada pekan lalu, ketika kiblat bursa saham tersebut global itu menguat, maka IHSG juga akan mengekor.

[Gambas:Video CNBC]

Pada perdagangan Jumat (27/12/2019) Wall Street kembali menghijau, indeks S&P 500 menguat 0,11% ke 3.240,02, dan indeks Dow Jones 0,08% ke 28645,26. Kedua indeks tersebut mencatat rekor penutupan tertinggi (lagi). 

Sementara indeks Nasdaq harus melemah 0,17% ke 9.006,62, tetapi bisa dimaklumi mengingat Nasdaq sebelumnya membukukan penguatan sebelas hari beruntun. Nasdaq mencapai level 9.000 untuk pertama kalinya sepanjang sejarah sehari sebelumnya. 

Tidak hanya mencetak rekor tertinggi, penguatan Wall Street di tahun ini juga bikin melongo. Sepanjang tahun ini, indeks S&P 500 sudah menguat 29%, menjadi tahun terbaik dalam dua dekade terakhir atau tepatnya sejak 1997 ketika menguat 29,6%. Dengan perdagangan di AS tersisa dua hari lagi, bukan tidak mungkin S&P 500 melewati kenaikan tersebut. 



Jumat lalu merupakan hari ketiga dari Santa Claus Rally, yang secara historis memberikan keuntungan bagi bursa saham. Sejak tahun 1950, indeks S&P 500 rata-rata mengalami reli 1,3% dalam lima hari terakhir di penghujung tahun dan dua hari pertama di awal tahun, berdasarkan data dari Stock Trader's Almanac, sebagaimana dilansir CNBC International.

Selain Santa Claus Rally, kesepakatan dagang fase I AS-China tentunya menjadi pendongkrak utama penguatan Wall Street. Tanpa kesepakatan tersebut. Kinerja kiblat bursa saham dunia ini bisa jadi tak sekinclong saat ini.

Semenjak kedua negara mencapai kesepakatan dagang fase I, Wall Street terus mencetak rekor tertinggi, bahkan ketika tidak ada kabar baru lagi dari kedua negara. Pernyataan China pada Rabu lalu seperti disebutkan pada halaman sebelumnya menjadi update terakhir. Tetapi nyatanya Wall Street terus mencetak rekor tertinggi dua hari setelahnya. 

"Berita-berita masih relatif sepi, tetapi bursa saham terus menunjukkan price action menguat dalam beberapa hari perdagangan terakhir di tahun ini" kata Adam Crisafulli pendiri Vital Knowledge dalam sebuah catatan yang dikutip CNBC International. 


Senin (30/12/2019) merupakan perdagangan terakhir di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2019 dan rencananya seremonial penutupan perdagangan akan dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Wall Street mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Jumat lalu, sebagai kiblat bursa saham dunia tentunya bursa saham lainnya akan mengekor, tidak terkecuali IHSG. Sehingga peluang penguatan bursa kebanggaan Tanah Air terbuka lebar di perdagangan terakhir tahun ini.

Kabar bagus tidak hanya dari Wall Street, bursa saham Eropa juga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Jumat lalu. Indeks Stoxx 600 Eropa mencatat penguatan 0,21% ke 419,74, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa, sebagaimana dilansir CNBC International. Selain itu, indeks FTSE Inggris menguat 0,17% ke 7644,90, DAX Jerman dan CAC Prancis naik 0,27% dan 0,13% ke 13.337,11 dan 6.037,39. 

Rekor tertinggi yang dicetak bursa saham Eropa menunjukkan sentimen pelaku pasar sedang bagus-bagusnya dan aset-aset berisiko serta imbal hasil tinggi menjadi primadona investasi. 



Kesepakatan dagang fase I masih menjadi isu utama yang membuat bursa saham global melesat. Jika ada update terbaru kabar kesepakatan tersebut akan diteken, bursa saham tentunya bisa menguat lebih tinggi lagi. 

Sampai saat ini, awal Januari masih menjadi waktu yang disebutkan oleh AS, ini artinya dalam satu atau dua pekan ke depan AS-China akan meneken kesepakatan tersebut. Bahkan tidak menutup kemungkinan, kesepakatan akan diteken pada pekan ini, sebagai awal manis di tahun 2020.

Kesepakatan dagang fase I juga dikuatkan oleh Santa Claus Rally yang terus membuat Wall Street mencetak rekor tertinggi. Seperti disebutkan pada halaman sebelumnya sejak tahun 1950, indeks S&P 500 rata-rata mengalami reli 1,3% dalam lima hari terakhir di penghujung tahun dan dua hari pertama di awal tahun sehingga disebut Santa Claus Rally.

Ada beberapa penjelasan di balik fenomena Santa Claus rally, seperti optimisme menyambut tahun baru dan investasi dari bonus musim liburan misalnya. Selain itu, ada juga teori yang mengatakan bahwa beberapa investor institusi besar yang cenderung lebih pesimistis terhadap pasar saham sedang berlibur pada periode ini, sehingga pasar didominasi oleh investor ritel yang cenderung lebih optimistis.

Bagaimanapun juga, Santa Claus Rally sejauh ini masih terbukti di tahun ini, dan IHSG bisa terkerek naik lagi. 



Kenaikan bursa saham, yang berarti sentimen pelaku pasar membaik juga dapat memberikan tenaga bagi rupiah untuk kembali menguat. Ketika sentiment pelaku pasar membaik, aliran modal tentunya tertuju ke negara-negara yang memberikan imbal hasil tinggi, Indonesia salah satunya. 

Dengan yield obligasi tenor 10 tahun di atas 7%, masih relatif tinggi dibandingkan negara-negara emerging market lainnya, apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Sehingga berinvestasi di Indonesia akan jauh lebih menarik. 

Sejak awal tahun IHSG menguat 1,51%, sementara rupiah nyaris 3%. Sementara sepanjang bulan Desember, IHSG tercatat menguat 5,28% dan rupiah menguat 0,92%. Meski sedang mendapat sentimen positif, patut diperhatikan juga kemungkinan terjadinya koreksi teknikal akibat penguatan IHSG dan rupiah belakangan ini.


Berikut adalah peristiwa yang akan terjadi pada hari ini:

  • Rilis data neraca perdagangan Hong Kong (15:30 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

IndikatorTingkat
Pertumbuhan ekonomi (Kuartal III-2019)5,02% YoY
Inflasi (November 2019)3% YoY
BI 7-Day Reverse Repo Rate (Desember 2019)5%
Defisit anggaran (APBN 2019)-1,84% PDB
Transaksi berjalan (Kuartal III-2019)-2,66% PDB
Neraca pembayaran (Kuartal III-2019)-US$ 46 juta
Cadangan devisa (November 2019)US$ 126,6 miliar


TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Powell Buat Pasar Happy, IHSG Bisa Cuan Saat Window Dressing

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular