Newsletter

Santa Claus Rally Tiba, Akankah IHSG Semringah?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 December 2019 06:19
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Foto: Perayaan Natal di Brazil ((AP Photo/Leo Correa))

Sentimen ketiga yang perlu dicermati pada perdagangan hari ini adalah terkait dimulainya periode Santa Claus Rally.

Seperti yang sudah disebutkan di halaman dua, Wall Street mencetak rekor penutupan tertinggi pada hari Jumat dan Senin, sebelum kemudian aksi jual menerpa pada hari Selasa.

Jika dihitung sejak akhir bulan November hingga penutupan perdagangan hari Selasa, indeks Dow Jones sudah melejit 1,65%, indeks S&P 500 melesat 2,62%, dan indeks Nasdaq Composite menguat 3,32%.

Bulan Desember lantas terbukti kembali menjadi bulan yang bersahabat bagi Wall Street. Dalam 18 tahun terakhir, indeks S&P 500 yang merupakan indeks saham terbaik guna merepresentasikan pergerakan pasar saham AS hanya membukukan imbal hasil negatif secara bulanan di bulan Desember sebanyak enam kali.



Memasuki hari-hari terakhir di bulan Desember sekaligus tahun 2019, Wall Street masih bisa terus membukukan apresiasi. Pasalnya, periode Santa Claus rally sudah tiba.

Untuk diketahui, Santa Claus rally merupakan sebuah reli di pasar saham AS yang terjadi pada lima perdagangan terakhir di bulan Desember hingga dua hari perdagangan pertama di bulan Januari.

Melansir CNBC International yang mengutip Stock Trader’s Almanac, secara rata-rata sejak tahun 1950, indeks S&P 500 membukukan imbal hasil sebesar 1,3% pada periode lima perdagangan terakhir di bulan Desember hingga 2 hari perdagangan pertama di bulan Januari.

Dalam 10 tahun terakhir, fenomena Santa Claus rally terbukti masih terus terjadi. Dalam 10 tahun terakhir, berdasarkan data Stock Trader’s Almanac yang kami kutip dari CNBC International, indeks S&P 500 hanya membukukan koreksi sebanyak dua kali selama periode Santa Claus rally, yakni di tahun 2014 dan 2015.

 

Ada beberapa penjelasan di balik fenomena Santa Claus rally, seperti optimisme meyambut tahun baru dan investasi dari bonus musim liburan misalnya. Selain itu, ada juga teori yang mengatakan bahwa beberapa investor institusi besar yang cenderung lebih pesimistis terhadap pasar saham sedang berlibur pada periode ini, sehingga pasar didominasi oleh investor ritel yang cenderung lebih optimistis.

Dengan melihat kinerja Wall Street yang begitu oke sejauh ini, tentu tak salah jika pelaku pasar berharap bahwa fenomena Santa Claus rally akan kembali didapati. Sebagai catatan, perdagangan di Wall Street pada hari Selasa menjadi awal dari periode Santa Claus rally tahun 2019.

Selain Santa Claus rally, ada satu fenomena lain yang juga berpotensi mengerek kinerja Wall Street menjelang akhir tahun, yakni window dressing. Melansir Investopedia, window dressing merupakan teknik yang dilakukan oleh para manajer investasi menjelang akhir kuartal dalam mempercantik performa produk investasi yang menjadi kelolaannya.

Di pasar saham, window dressing dilakukan dengan menjual saham-saham yang membebani kinerja produk investasi dan kemudian membeli saham-saham yang telah melesat sebelumnya. Saham-saham yang dibeli tersebut otomatis akan masuk ke dalam komposisi portofolio untuk kemudian dilaporkan kepada investor.

Jika benar kinerja Wall Street masih akan oke di penghujung tahun 2019, tentu saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), terutama yang kapitalisasi pasarnya besar, berpotensi memberikan bonus akhir tahun bagi para investornya.

(ank/ank)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular