
Newsletter
Santa Claus Rally Tiba, Akankah IHSG Semringah?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 December 2019 06:19

Beralih ke AS, perdagangan di Wall Street diliburkan kemarin guna memperingati hari raya Natal. Namun pada hari Selasa (24/12/2019), perdagangan dilangsungkan walaupun hanya setengah hari.
Pada penutupan perdagangan hari Selasa, indeks Dow Jones turun 0,13%, indeks S&P 500 melemah 0,02%, sementara indeks Nasdaq Composite naik 0,08%.
Wall Street tampak harus rehat dulu pasca sudah dua hari beruntun mencetak rekor penutupan tertinggi. Pada perdagangan terakhir di pekan kemarin, Jumat (20/12/2019), indeks Dow Jones naik 0,28%, indeks S&P 500 menguat 0,49%, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 0,42%. Ketiga indeks saham acuan di AS tersebut ditutup di level tertinggi sepanjang masa.
Kemudian pada perdagangan hari Senin (23/12/2019), indeks Dow Jones ditutup naik 0,34%, indeks S&P 500 menguat 0,09%, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 0,23%. Ketiga indeks saham acuan di AS tersebut lagi-lagi ditutup di level tertinggi sepanjang masa.
Kinerja Wall Street yang sudah mencetak rekor penutupan tertinggi selama dua hari beruntun membuat pelaku pasar berpikir dua kali untuk melakukan aksi beli. Maklum jika pada akhirnya koreksi menerpa Wall Street, itu pun koreksinya tipis saja.
Pemakzulan Presiden AS Donald Trump oleh DPR AS tak dianggapi dengan serius oleh pelaku pasar saham AS. Seperti yang diketahui, pada hari Kamis waktu Indonesia (19/12/2019) atau hari Rabu waktu setempat (18/12/2019), DPR AS resmi memutuskan untuk memakzulkan Trump.
Ada dua alasan yang membuat anggota DPR AS memutuskan untuk melengserkan Trump. Pertama, Trump didakwa telah menyalahgunakan kekuasaannya ketika menahan bantuan pendanaan bagi Ukraina guna mendorong Ukraina meluncurkan investigasi terhadap lawan politiknya, Joe Biden.
Kedua, Trump juga didakwa karena dianggap menghalangi Kongres dalam melakukan penyelidikan terhadap dirinya. Hal ini dilakukan oleh Trump dengan melarang para pembantunya di Gedung Putih untuk memberikan kesaksian di sidang penyelidikan Trump.
Anggota DPR AS menggolkan pasal penyalahgunaan kekuasaan dengan skor 230-197. Sementara itu, pasal kedua yang menyebut bahwa Trump telah menghalangi Kongres dalam melakukan penyelidikan terhadap dirinya, digolkan dengan skor 229-198.
Sejauh ini, probabilitas bahwa Trump akan benar-benar dicopot dari posisinya terbilang kecil. Pasalnya, AS mengadopsi sistem parlemen dua kamar yang terdiri dari DPR (House of Representatives) dan Senat (Senate).
Segala rancangan undang-undang di AS, jika ingin digolkan menjadi undang-undang, harus mendapatkan persetujuan baik dari DPR maupun Senat. Hal serupa juga berlaku dalam urusan memakzulkan presiden.
Sebagai informasi, Senat AS diisi oleh sebanyak 100 senator. Dari sebanyak 100 senator yang membentuk Senat AS, sebanyak 53 senator berasal dari Partai Republik, sementara 47 berasal dari Partai Demokrat.
Trump sendiri merupakan anggota Partai Repulik, sehingga bisa dikatakan bahwa Senat AS dikuasai oleh kubunya.
Berbeda dengan pemungutan suara di DPR AS yang hanya memerlukan suara sebanyak minimum 51% untuk memakzulkan presiden, pemungutan suara di Senat AS mengharuskan suara sebanyak minimum 2/3 (67%) guna memakzulkan presiden.
Berarti, harus ada sebanyak 67 senator yang mendukung pemakzulan Trump untuk benar-benar ‘menendang’ mantan pengusaha kelas kakap tersebut dari posisinya saat ini. Dengan asumsi bahwa seluruh senator yang berasal dari Partai Demokrat mendukung pemakzulan Trump, masih dibutuhkan minimum 20 senator asal Partai Republik yang membelot guna benar-benar melengserkan Trump.
Melansir CNBC International, hingga saat ini belum ada satupun senator asal Partai Republik yang memberikan sinyal bahwa mereka akan mendukung pemakzulan Trump.
Optimisme bahwa Trump tak akan benar-benar dilengserkan dari posisinya pada akhirnya justru berbalik menjadi sentimen positif bagi bursa AS, sebelumnya akhir pelaku pasar berbalik memasang posisi defensif pada perdagangan hari Selasa. (ank/ank)
Pada penutupan perdagangan hari Selasa, indeks Dow Jones turun 0,13%, indeks S&P 500 melemah 0,02%, sementara indeks Nasdaq Composite naik 0,08%.
Wall Street tampak harus rehat dulu pasca sudah dua hari beruntun mencetak rekor penutupan tertinggi. Pada perdagangan terakhir di pekan kemarin, Jumat (20/12/2019), indeks Dow Jones naik 0,28%, indeks S&P 500 menguat 0,49%, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 0,42%. Ketiga indeks saham acuan di AS tersebut ditutup di level tertinggi sepanjang masa.
Kemudian pada perdagangan hari Senin (23/12/2019), indeks Dow Jones ditutup naik 0,34%, indeks S&P 500 menguat 0,09%, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 0,23%. Ketiga indeks saham acuan di AS tersebut lagi-lagi ditutup di level tertinggi sepanjang masa.
Kinerja Wall Street yang sudah mencetak rekor penutupan tertinggi selama dua hari beruntun membuat pelaku pasar berpikir dua kali untuk melakukan aksi beli. Maklum jika pada akhirnya koreksi menerpa Wall Street, itu pun koreksinya tipis saja.
Pemakzulan Presiden AS Donald Trump oleh DPR AS tak dianggapi dengan serius oleh pelaku pasar saham AS. Seperti yang diketahui, pada hari Kamis waktu Indonesia (19/12/2019) atau hari Rabu waktu setempat (18/12/2019), DPR AS resmi memutuskan untuk memakzulkan Trump.
Ada dua alasan yang membuat anggota DPR AS memutuskan untuk melengserkan Trump. Pertama, Trump didakwa telah menyalahgunakan kekuasaannya ketika menahan bantuan pendanaan bagi Ukraina guna mendorong Ukraina meluncurkan investigasi terhadap lawan politiknya, Joe Biden.
Kedua, Trump juga didakwa karena dianggap menghalangi Kongres dalam melakukan penyelidikan terhadap dirinya. Hal ini dilakukan oleh Trump dengan melarang para pembantunya di Gedung Putih untuk memberikan kesaksian di sidang penyelidikan Trump.
Anggota DPR AS menggolkan pasal penyalahgunaan kekuasaan dengan skor 230-197. Sementara itu, pasal kedua yang menyebut bahwa Trump telah menghalangi Kongres dalam melakukan penyelidikan terhadap dirinya, digolkan dengan skor 229-198.
Sejauh ini, probabilitas bahwa Trump akan benar-benar dicopot dari posisinya terbilang kecil. Pasalnya, AS mengadopsi sistem parlemen dua kamar yang terdiri dari DPR (House of Representatives) dan Senat (Senate).
Segala rancangan undang-undang di AS, jika ingin digolkan menjadi undang-undang, harus mendapatkan persetujuan baik dari DPR maupun Senat. Hal serupa juga berlaku dalam urusan memakzulkan presiden.
Sebagai informasi, Senat AS diisi oleh sebanyak 100 senator. Dari sebanyak 100 senator yang membentuk Senat AS, sebanyak 53 senator berasal dari Partai Republik, sementara 47 berasal dari Partai Demokrat.
Trump sendiri merupakan anggota Partai Repulik, sehingga bisa dikatakan bahwa Senat AS dikuasai oleh kubunya.
Berbeda dengan pemungutan suara di DPR AS yang hanya memerlukan suara sebanyak minimum 51% untuk memakzulkan presiden, pemungutan suara di Senat AS mengharuskan suara sebanyak minimum 2/3 (67%) guna memakzulkan presiden.
Berarti, harus ada sebanyak 67 senator yang mendukung pemakzulan Trump untuk benar-benar ‘menendang’ mantan pengusaha kelas kakap tersebut dari posisinya saat ini. Dengan asumsi bahwa seluruh senator yang berasal dari Partai Demokrat mendukung pemakzulan Trump, masih dibutuhkan minimum 20 senator asal Partai Republik yang membelot guna benar-benar melengserkan Trump.
Melansir CNBC International, hingga saat ini belum ada satupun senator asal Partai Republik yang memberikan sinyal bahwa mereka akan mendukung pemakzulan Trump.
Optimisme bahwa Trump tak akan benar-benar dilengserkan dari posisinya pada akhirnya justru berbalik menjadi sentimen positif bagi bursa AS, sebelumnya akhir pelaku pasar berbalik memasang posisi defensif pada perdagangan hari Selasa. (ank/ank)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular