Newsletter

Santa Claus Rally Tiba, Akankah IHSG Semringah?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 December 2019 06:19
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)
Foto: Pertemuan G-20 Trump-Xi (REUTERS/Kevin Lamarque)

Pada perdagangan pertama selepas libur Natal, Kamis (26/12/2019), pelaku pasar patut mencermati beberapa sentimen. Pertama, kinerja Wall Street yang kurang menggembirakan pada perdagangan hari Selasa.

Sebagai kiblat dari pasar keuangan dunia, lesunya Wall Street pada perdagangan hari Selasa tentu berpotensi memantik aksi jual di pasar keuangan Asia pada hari ini.

Sentimen kedua yang perlu dicermati pelaku pasar adalah perkembangan terkait hubungan AS-China di bidang perdagangan. Seperti yang sudah disebutkan di halaman dua, AS dan China sebelumnya telah mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu.

Kekhawatiran yang ada di benak pelaku pasar lantaran minimnya detil kesepakatan dagang yang disebar ke publik kini juga sudah sirna, seiring dengan komentar positif yang dilontarkan oleh Presiden Trump dan Presiden Xi.

Perkembangan terbaru, China menunjukkan etikat baik dengan semakin membuka perekonomiannya. Melansir Bloomberg, China mengumumkan bahwa pihaknya akan menurunkan bea masuk bagi sebanyak 859 jenis produk impor mulai awal tahun depan.

Kementerian Keuangan China menyebut bahwa pihaknya akan menerapkan bea masuk sementara yang lebih rendah dari bea masuk yang dikenakan terhadap barang-barang dari most-favored-nation (MFN).

Daging babi beku, alpukat beku, hingga beberapa jenis semikonduktor termasuk ke dalam daftar produk yang bea masuknya akan dikurangi oleh Beijing.

Sebagaimana dilansir dari Reuters, bea masuk terhadap daging babi beku akan dipangkas menjadi 8%, dari tarif MFN yang sebesar 12%, sedangkan bea masuk terhadap alpukat beku akan dikurangi menjadi 7%, dari tarif MFN sebesar 30%.

Pada tahun 2018, nilai dari 859 jenis produk impor tersebut adalah sekitar US$ 389 miliar atau sekitar 18% dari total impor China kala itu yang senilai US$ 2,14 triliun.

Penguarangan bea masuk ini bisa dinikmati oleh negara-negara yang menjadi anggota World Trade Organization (WTO). Sementara itu, bagi negara-negara yang memiliki kesepakatan dagang dengan China, bea masuknya bisa menjadi lebih rendah lagi.

Dilansir dari Bloomberg, negara-negara yang memiliki kesepakatan dagang dengan China meliputi Selandia Baru, Peru, Kosta Rika, Swiss, Islandia, Singapura, Australia, Korea Selatan, Georgia, Chili, dan Pakistan.

Sekedar mengingatkan, perang dagang AS dengan China pada awalnya dipicu oleh kekesalan Trump terhadap besarnya defisit neraca perdagangan AS dengan China. Kemudian, komplain AS terkait pencurian hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi secara paksa yang sering dialami oleh perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam semakin mengeskalasi perang dagang antar keduanya.

Berbicara mengenai besarnya defisit neraca perdagangan AS dengan China, hal ini salah satunya disebabkan oleh hambatan, baik tarif maupun non-tarif, yang diterapkan China guna melindungi perusahaan-perusahaan domestik.

Kini, langkah China untuk semakin membuka pasar domestiknya dengan menurunkan besaran bea masuk terhadap produk-produk impor tentu diharapkan akan semakin melunakkan AS dalam negosiasi dagang kedua negara.

Pada hari Selasa, Trump mengatakan bahwa AS telah kian dekat untuk menuntaskan kesepakatan dagang dengan China. Menurut Trump, nantinya akan ada seremoni penandatanganan kesepakatan dagang bersama dengan Presiden Xi.

(ank/ank)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular