Newsletter

Hitung Hari Bursa Tutup, Mau Libur atau Santa Claus Rally?

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
20 December 2019 06:46
Hitung Hari Bursa Tutup, Mau Libur atau Santa Claus Rally?
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah 4 hari beruntun sukses menguat dan lebih ramai daripada sebulan sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harus puas dengan koreksi yang terjadi sepanjang hari kemarin Kamis (19/12/2019).

IHSG dibuka melemah -0,2% ke 6.274,39 di awal perdagangan. Per akhir sesi satu, koreksi indeks saham acuan di Indonesia tersebut semakin dalam menjadi -0,43% ke 6.260,44. Per akhir sesi kedua, koreksi IHSG semakin dalam yakni menjadi -0,59% ke 6.249,93 tanpa diberi kesempatan sesaat untuk menengok ke zona positif.







Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam menekan kinerja IHSG di antaranya adalah PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-2,29%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-2,26%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (-1,14%), PT Astra International Tbk/ASII (-0,72%), dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (-5,05%).

Di hari bursa ke-6 terakhir 2019 itu, nilai transaksi yang terjadi kemarin Rp 7,19 triliun sedikit berkurang dibandingkan dengan 5 hari beruntun sebelumnya yang di atas Rp 8,13 triliun.

Sayangnya, koreksi yang terjadi kemarin juga diiringi dengan keluarnya arus modal investasi investor asing (nett foreign sell) di pasar reguler Rp 126,1 miliar yang juga bertepatan dengan tidak adanya stimulus moneter tambahan dari Bank Indonesia kemarin. Bank sentral kemarin tidak menaikkan dan tidak menurunkan suku bunga acuan 7 days reverse repo rate (7DRRR) serta senjata moneter lain.

Kinerja IHSG tersebut senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah yakni indeks Nikkei 225 di Jepang turun 0,29%, indeks Hang Seng di Hong Kong jatuh 0,3%, dan indeks Straits Times di Singapura terkoreksi 0,17%.



Bursa saham Benua Kuning diterpa tekanan jual seiring dengan penantian investor terhadap kejelasan dari kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China. Seperti yang diketahui, menjelang akhir pekan kemarin AS dan China mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu yang sudah begitu dinanti-nantikan pelaku pasar saham dunia.

Namun, ada ketidakpastian yang menyelimuti kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China. Walaupun Trump menyebut bahwa nilai pembelian produk agrikultur oleh China akan mencapai US$ 50 miliar, pihak Beijing yang diwakili oleh Wakil Menteri Pertanian dan Pedesaan Han Jun hanya menyebut bahwa mereka akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan, tanpa menyebut nilainya.

Dikhawatirkan, ketidakjelasan ini pada akhirnya akan membuat kesepakatan dagang tahap satu antara kedua negara justru gagal diteken.

Sebagai catatan, hingga kini teks kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China memang belum ditandatangani. Menurut Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, kedua negara berencana untuk memformalkan kesepakatan dagang tahap satu pada pekan pertama Januari 2020.

Selain faktor negosiasi dagang AS-China, pemakzulan Trump oleh DPR AS juga menjadi faktor yang membuat pelaku pasar saham Asia memasang posisi defensif.

Kemarin, mayoritas anggota DPR AS memberikan persetujuan untuk mencopot Trump dari posisinya sebagai orang nomor satu di AS.

Ada dua alasan yang membuat anggota DPR AS memutuskan untuk melengserkan Trump.

Pertama, Trump didakwa telah menyalahgunakan kekuasaannya ketika menahan bantuan pendanaan bagi Ukraina guna mendorong Ukraina meluncurkan investigasi terhadap lawan politiknya, Joe Biden.


Kedua, Trump juga didakwa karena dianggap menghalangi Kongres dalam melakukan penyelidikan terhadap dirinya. Hal ini dilakukan oleh Trump dengan melarang para pembantunya di Gedung Putih untuk memberikan kesaksian di sidang penyelidikan Trump.

Kini, nasib Trump berada di tangan Senat yang terdiri dari 100 anggota. Melansir CNBC International, dibutuhkan 67 suara untuk secara resmi melengserkan Trump dari posisinya, dan akan menjadi presiden pertama yang diturunkan dari tahta melalui jalur impeachment secara utuh dan hingga tuntas. Dalam sejarah AS, belum pernah ada presiden yang di-impeach hingga tuntas karena yang terjadi adalah si presiden mundur duluan sebelum dimakzulkan.

Untungnya, pembalikan koreksi di pasar saham kemarin setelah penguatan beruntun diimbangi dengan berbalik menguatnya pasar obligasi rupiah pemerintah kemarin.

Harga surat utang negara (SUN) akhirnya berhasil ditutup menguat secara signifikan di hari ke-6 terakhir menjelang tutup tahun. Pergerakan positif terjadi setelah koreksi panjang yang terjadi selama lebih dari sepekan terakhir.

Naiknya harga SUN itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 10,7 basis poin (bps) menjadi 7,24%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 19 Dec'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 18 Dec'19 (%)

Yield 19 Dec'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar PHEI 19 Dec'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.63

6.581

-4.90

6.5334

FR0078

10 tahun

7.347

7.24

-10.70

7.1907

FR0068

15 tahun

7.815

7.743

-7.20

7.7002

FR0079

20 tahun

7.879

7.847

-3.20

7.8244

Sumber: Refinitiv

[Gambas:Video CNBC]



Dari pasar saham Eropa, penguatan yang terjadi tipis kemarin tampaknya sudah diwarnai hawa liburan natal dan tahun baru (nataru) dan menyurutkan minat investor untuk bertransaksi kemarin.

Penguatan terjadi setelah Bank of England mengambil keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuannya pada 0,75% karena masih menunggu (wait & see) perkembangan Negeri Asap Hitam dan dunia setelah terpilih kembalinya Boris Johnson dalam pemilu pekan lalu serta realisasi dari target Brexit  nantinya.

Namun, di Swedia, kejadiannya berbeda karena bank sentral mereka melonggarkan kebijakan moneternya dengan menaikkan suku bunga 25 bps menjadi 0% dari sebelumnya 0,25%. Negara skandivia tersebut akhirnya menjadi negara Eropa pertama yang menggerakkan suku bunga acuannya dari zona di bawah nol, atau sub-zero.





Di pinggiran lain Samudra Atlantik, pasar saham Wall Street tampaknya justru tidak terpengaruh dan tidak dikhawatirkan terhadap dampak impeachment Trump karena rally masih dibukukan dengan adanya dorongan dari isu damai dagang.

Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Steven Mnuchin kemarin menyatakan optimismenya bahwa nota perundingan damai dagang dengan China dapat ditandatangani pada awal Januari.

Alhasil, indeks utama di pasar saham AS kembali menorehkan rekor tertinggi barunya tadi pagi, dan indeks saham S&P 500 kembali menorehkan rekor tertinggi baru dab artinya sudah menguat beruntun dalam 6 hari terakhir.

Indeks utama lain pasar saham AS juga semakin menunjukkan kekompakannya mencetak rekor tertinggi baru oleh indeks Nasdaq Composite yang menguat 0,67% dan indeks Dow Jones Industrial Avg 0,49%.




Saling bersaingnya sentimen positif dan negatif tampaknya akan sangat kental pada pasar keuangan hari ini di Asia. Ada dua sentimen utama yang akan diperhitungkan pelaku pasar hari ini.

Pertama, sentimen positif dari optimisme AS terhadap penandatanganan damai dagang dengan China di awal Januari tentu dapat mendorong pelaku pasar lebih agresif menjelang libur akhir tahun ini.

Kedua,
sentimen negatif dari agresivitas Boris Johnson dengan kebijakan Brexitnya serta dari proses impeachment 'Your Favourite President' Trump tentu dapat membatasi atau justru dapat membuat positifnya Wall Street semalam jadi hambar. 

Belum lagi, menjelang akhir tahun pelaku pasar akan dihadapkan pada pilihan sulit. Mengambil ancang-ancang untuk berlibur dengan keluarga lebih cepat atau memanfaatkan keringnya likuiditas pasar untuk mengatur ulang dan bersih-bersih portofolio investasi dengan aksi window dressing yang biasa disebut Santa Claus Rally.

Belum lagi, secara teknikal, penguatan 4 hari beruntun IHSG justru dapat kembali dipatahkan hari ini.

Meskipun indeks masih bergerak di atas garis rata-rata historis (moving average) dalam lima hari terakhir (MA5) yang menandakan kecenderungan naik masih terlihat, tetapi IHSG mulai dibayangi penurunan seiring terbentuknya pola bearish engulfing yang menjadi ciri-ciri pembalikan arah tren dari naik menjadi turun, sehingga potensi penguatannya semakin terbatas. Ada potensi besok IHSG melemah menguji level support pada 6.220.

Jumat (20/12/19)

Inflasi, Jepang, 06.30.
Indeks keyakinan konsumen, Inggris Raya, 07.00.
Suku bunga pinjaman utama 1 tahun (acuan), China, 08.30.
Penjualan motor, Indonesia, 17.00.
Data pertumbuhan kredit, Indonesia, 17.00.
Neraca berjalan, pertumbuan PDB (ekonomi), Inggris Raya, 16.30.
Pertumbuan PDB (ekonomi), Amerika Serikat, 20.30.

Pencatatan saham PT Uni-Charm indonesia Tbk (UCID).
Pembayaran dividen interim tunai PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Pembayaran dividen interim tunai PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).
Pembayaran dividen interim tunai PT Jasa Angkasa Semesta Tbk (JASS).
RUPS, public expose PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS).
RUPS, public expose PT Dua Putra Utama Makmur Tbk (DPUM).
RUPS, public expose PT Electronic City Tbk (ECII).
RUPS, public expose PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP).
RUPS PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME).
Public expose PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk (AHAP).
Public expose PT Argha Karya Prima Industry Tbk (AKPI)
Public expose PT Toba Pulp Lestari Tbk (INRU).
Public expose PT Leo Investments Tbk (ITTG)
Public expose PT Lautan Luas Tbk (LTLS).
Public expose PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk (PANI).
Public expose PT Paninvest Tbk (PNIN).
Public expose PT Panin Financial Tbk (PNLF).
Public expose PT Millenium Pharmacon International Tbk (SDPC)
Public expose PT Siantar Top Tbk (STTP).



Sabtu (21/12/19)

PT Bima Finance Tbk (BIMF) jatuh tempo obligasi berkelanjutan II/tahap I/2016/seri C.


Berikut indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (3Q-2019 YoY)

5,02%

Inflasi (November 2019 YoY)

3%

BI 7-Day Reverse Repo Rate (November 2019)

5%

Defisit anggaran (APBN 2019)

-1,84% PDB

Transaksi berjalan (3Q-2019)

-3% PDB

Neraca pembayaran (3Q-2019)

-US$ 46 juta

Cadangan devisa (November 2019)

US$ 126,6 miliar



TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular