Polling CNBC Indonesia

Konsensus: Neraca Dagang November Diramal Minus US$ 132 Juta

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 December 2019 11:14
Impor Turun Tanda Investasi Murung
Ilustrasi aktivitas bongkar muat di Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Penurunan impor bisa dilihat dari dua sudut pandang. Positifnya, tekanan impor yang melandai membuat nilai tukar rupiah stabil bahkan cenderung menguat. Sejak awal tahun, rupiah menguat 2,78% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) dan menjadi salah satu mata uang terbaik dunia.


Namun ada sisi negatifnya. Impor Indonesia didominasi oleh bahan baku/penolong dan barang modal untuk keperluan produksi. Masing-masing berkontribusi 73,75% dan 16,53% pada Oktober 2019.

Impor bahan baku/penolong terkontraksi 18,76% YoY pada Oktober, sedangkan impor barang modal turun 11,35% YoY. Fenomena ini menandakan dunia usaha sedang lesu, belum ada minat untuk ekspansif. Jangan berharap investasi bisa tumbuh kencang jika impor bahan baku/penolong dan barang modal masih seperti ini.


Sikap dunia usaha yang menahan diri juga tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI). Pada November, PMI manufaktur Indonesia berada di 48,2.

 

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik awal. Apabila angkanya di bawah 50, berarti dunia usaha pesimistis dan cenderung kontraktif. Tidak ada ekspansi.

Sudah lima bulan PMI manufaktur Indonesia berada di bawah 50. Kelesuan dunia usaha membuat impor terus turun, yang menandakan investasi masih lemah.


Oleh karena itu, sepertinya rilis data perdagangan internasional awal pekan depan akan mempertegas suasana gloomy di perekonomian Indonesia. Semoga 2019 yang penuh nestapa ini adalah titik nadir, dan Indonesia siap bangkit pada 2020.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular