
Newsletter
Berharap Window Dressing Bantu "Normalisasi" Transaksi Bursa
Arif Gunawan & sef, CNBC Indonesia
02 December 2019 07:03

Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan Jumat (29/11) menyusul adanya peningkatan ketegangan antara China-AS. Pada kamis (28/11/2019) pekan lalu China mengancam membalas keputusan Presiden AS Donald Trump meratifikasi UU yang mendukung aksi pendemo Hong Kong.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 112,59 poin, atau 0,4% menjadi 28.051,41 akhir pekan lalu, sedangkan Indeks S&P 500 turun 3,4 poin (-0,4%) menjadi 3.140,98. Di sisi lain, indeks Nasdaq Composite turun 0,5% menjadi 8.665,47.
Meski melemah pada Jumat, secara umum Wall Street menguat sepanjang November. S&P 500 terhitung melompat 3,4% mencatatkan kenaikan bulanan tertinggi sejak Juni 2019 (ketika melonjak 6% dalam sebulan). Indeks Dow Jones dan Nasdaq juga menguat, masing-masing sebesar 3,7% dan 4,5% pada periode yang sama.
Penguatan secara bulanan tersebut dipacu optimisme bahwa kedua belah pihak akan meneken kesepakatan dagang pada November, yang belakangan terbukti hanya angin surga terlebih setelah Trump meneken UU yang mendukung gerakan anti-Beijing di Hong Kong.
Dalam UU tersebut, AS bakal mencabut insentif yang diberikannya bagi produk ekspor dan jasa keuangan dari Hong Kong dan China jika tuntutan pendemo tak diindahkan, dan memberikan sanksi terhadap pihak-pihak yang terkait dengan gerakan pemadaman atau pembungkaman aksi para pendemo.
The Global Times, media yang terafiliasi dengan politbiro China, menyebutkan balasan yang bisa diambil Beijing atas manuver terbaru AS itu berupa pembekuan rencana pembentukan rancangan undang-undang di Hong Kong dan Macau.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 112,59 poin, atau 0,4% menjadi 28.051,41 akhir pekan lalu, sedangkan Indeks S&P 500 turun 3,4 poin (-0,4%) menjadi 3.140,98. Di sisi lain, indeks Nasdaq Composite turun 0,5% menjadi 8.665,47.
Meski melemah pada Jumat, secara umum Wall Street menguat sepanjang November. S&P 500 terhitung melompat 3,4% mencatatkan kenaikan bulanan tertinggi sejak Juni 2019 (ketika melonjak 6% dalam sebulan). Indeks Dow Jones dan Nasdaq juga menguat, masing-masing sebesar 3,7% dan 4,5% pada periode yang sama.
Penguatan secara bulanan tersebut dipacu optimisme bahwa kedua belah pihak akan meneken kesepakatan dagang pada November, yang belakangan terbukti hanya angin surga terlebih setelah Trump meneken UU yang mendukung gerakan anti-Beijing di Hong Kong.
Dalam UU tersebut, AS bakal mencabut insentif yang diberikannya bagi produk ekspor dan jasa keuangan dari Hong Kong dan China jika tuntutan pendemo tak diindahkan, dan memberikan sanksi terhadap pihak-pihak yang terkait dengan gerakan pemadaman atau pembungkaman aksi para pendemo.
The Global Times, media yang terafiliasi dengan politbiro China, menyebutkan balasan yang bisa diambil Beijing atas manuver terbaru AS itu berupa pembekuan rencana pembentukan rancangan undang-undang di Hong Kong dan Macau.
Investor pun menunda harapannya pada kemungkinan adanya kesepakatan dagang jelang 15 Desember, di mana AS bakal menaikkan kembali tarif atas produk-produk China. Hanya saja, angin pesimisme masih dominan akibat intervensi AS terhadap aksi protes Hong Kong.
“China sudah meneriakkan ketidaksukaan mereka atas penandatanganan UU AS,” tutur Gregory Faranello, Head of Rates Trading AmeriVet Securities, dalam laporan risetnya, sebagaimana dikutip CNBC International. “Semua perhatian sekarang kian terfokus pada kemajuan (negosiasi) perdagangan Fase 1 dan potensi balasan China atas aksi Trump.”
(ags/ags)
“China sudah meneriakkan ketidaksukaan mereka atas penandatanganan UU AS,” tutur Gregory Faranello, Head of Rates Trading AmeriVet Securities, dalam laporan risetnya, sebagaimana dikutip CNBC International. “Semua perhatian sekarang kian terfokus pada kemajuan (negosiasi) perdagangan Fase 1 dan potensi balasan China atas aksi Trump.”
Pages
Most Popular