Update Polling CNBC Indonesia

Konsensus: Inflasi November Diramal 0,2% MoM, 3,06% YoY

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 November 2019 08:51
Konsensus: Inflasi November Diramal 0,2% MoM, 3,06% YoY
Ilustrasi Pasar Tradisional (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Menambah proyeksi Standard Chartered

Jakarta, CNC Indonesia -
Laju inflasi Indonesia pada Oktober diperkirakan melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Sepertinya inflasi sepanjang 2019 masih terkendali di kisaran 3%.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi periode November pada awal pekan depan. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi November adalah 0,2% secara month-on-month (MoM) dan 3,065% year-on-year (YoY). Sementara inflasi inti diramal 3,16% YoY.

Institusi

Inflasi MoM (%)

Inflasi YoY (%)

Inflasi Inti YoY (%)

CIMB Niaga

0.22

3.08

3.16

ING

-

3.1

-

Bank Danamon

0.18

3.04

3.09

Barclays

-

3.15

3.19

Maybank Indonesia

0.2

3.06

3.16

Danareksa Research Institute

0.2

3.06

-

Citi

0.08

2.94

3.19

Bank Mandiri

-

3.1

-

UOB

-

3.4

3.3

BNI Sekuritas

0.17

3.03

-

Bank Permata

0.2

3.05

3.13

Standard Chartered

0.21

3.07

3.15

MEDIAN

0.2

3.065

3.16

 
Konsensus tersebut menunjukkan terjadi perlambatan laju inflasi. Pada September, BPS mencatat inflasi sebesar 0,02% MoM, 3,13% YoY, dan inflasi inti 3,2% YoY.

"Kami memperkirakan tekanan inflasi pada November masih terkendali karena harga bahan pangan yang terjaga. Sejumlah komoditas yang mengalami penurunan harga adalah cabai merah, mangga, dan tomat. Namun ada pula yang mencatatkan kenaikan harga seperti daging ayam ras, bawang bombai, jeruk, dan ikan segar. Harga rokok kretek filter dan tarif tol juga mengalami kenaikan," papar Juniman, Kepala Ekonom Maybank Indonesia.

Sementara harga emas yang beberapa bulan lalu sempat memberi sumbangan terhadap inflasi, lanjut Juniman, kini malah turun. "Harga emas perhiasan relatif stabil, bahkan cenderung turun," ujarnya.

Wajar harga emas perhiasan turun, karena harga emas di pasar dunia pun bergerak ke selatan. Dalam sebulan terakhir, harga sang logam mulia amblas 2,46%.

 



Sepanjang 2019, Juniman memperkirakan inflasi nasional sebesar 3,15%. Sedikit terakselerasi dibandingkan 2018 yang sebesar 3,13%.

Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi sepanjang 2019 ada di kisaran 3,1%. Tahun depan, inflasi diperkirakan masih 'jinak' di kisaran 2-4%. Dengan inflasi yang terjaga rendah dan stabil, Gubernur Perry Warjiyo dan kolega memandang ruang kebijakan moneter yang akomodatif masih terbuka.

"Bauran kebijakan akomodatif akan kami lanjutkan pada 2020 mendatang. Ke depan, kami akan mencermati perkembangan ekonomi domestik dan global dalam memanfaatkan terbukanya ruang kebijakan moneter yang akomodatif untuk tetap menjaga terkendalinya inflasi dan stabilitas eksternal serta turut mendorong momentum pertumbuhan," kata Perry.


Pernyataan Perry bisa diartikan bahwa BI belum akan mengubah stance untuk tahun depan. Agak berbeda dengan Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang mungkin bakal mulai agak ngerem, ada kemungkinan BI masih akan agresif.

Pada 2 Januari 2020, BI akan mulai menerapkan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 50 basis poin. Jika benar BI masih akomodatif, maka penurunan GWM bisa jadi bukan pelonggaran yang pertama.

Mungkinkah suku bunga acuan turun lagi? Mengapa tidak, kalau BI betul-betul konsisten dalam penerapan kebijakan yang akomodatif.

 



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular