
Newsletter
Waspada Serangan Balasan China!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 November 2019 05:44

Hari ini, tidak ada perdagangan di Wall Street karena bursa saham New York tutup memperingati libur Thanksgiving. Jadi dinamika di Wall Street tidak akan menjadi sentimen penggerak pasar.
Namun, investor tetap perlu menyimak sejumlah sentimen lainnya. Pertama tentu perkembangan hubungan AS-China. Usai Trump meneken UU perlindungan hak asasi manusia di Hong Kong, situasinya menjadi liar. Bola panas terus bergulir.
Kementerian Luar Negeri China menegaskan Beijing pasti akan melakukan 'serangan balasan'. China mulai menebar ancaman.
"Anda lihat saja. Apa yang akan terjadi, terjadilah," tegas Geng Shuang, Juru Bicara Kementeiran Luar Negeri China, seperti dikutip dari Reuters.
Hu Xijin, redaktur di tabloid Global Times (yang berafiliasi dengan pemerintah China), mengungkapkan counter attack itu akan berupa larangan masuk ke wilayah China bagi orang-orang yang terlibat dalam penyusunan UU penegakan hak asasi manusia di Hong Kong. Larangan masuk itu tidak hanya berlaku di daerah China daratan.
"Menurut apa yang saya tahu, tanpa mengurangi rasa hormat kepada Presiden Trump dan rakyat AS, China sedang mempertimbangkan untuk melarang orang-orang menyusun UU hak asasi manusia dan demokrasi di Hong Kong ke daftar hitam. Mereka tidak bisa masuk ke China, Hong Kong, dan Makau," ungkap Hu dalam cuitan di Twitter.
Kemesraan AS-China yang memudar membuat prospek damai dagang menjadi samar-samar. Kalau sampai kesepakatan dagang Fase I gagal dan api perang dagang kembali berkobar, maka rantai pasok global tidak akan pulih bahkan semakin parah. Perlambatan ekonomi bahkan resesi akan menjadi berita yang datang bertubi-tubi.
(aji/aji)
Namun, investor tetap perlu menyimak sejumlah sentimen lainnya. Pertama tentu perkembangan hubungan AS-China. Usai Trump meneken UU perlindungan hak asasi manusia di Hong Kong, situasinya menjadi liar. Bola panas terus bergulir.
Kementerian Luar Negeri China menegaskan Beijing pasti akan melakukan 'serangan balasan'. China mulai menebar ancaman.
"Anda lihat saja. Apa yang akan terjadi, terjadilah," tegas Geng Shuang, Juru Bicara Kementeiran Luar Negeri China, seperti dikutip dari Reuters.
Hu Xijin, redaktur di tabloid Global Times (yang berafiliasi dengan pemerintah China), mengungkapkan counter attack itu akan berupa larangan masuk ke wilayah China bagi orang-orang yang terlibat dalam penyusunan UU penegakan hak asasi manusia di Hong Kong. Larangan masuk itu tidak hanya berlaku di daerah China daratan.
"Menurut apa yang saya tahu, tanpa mengurangi rasa hormat kepada Presiden Trump dan rakyat AS, China sedang mempertimbangkan untuk melarang orang-orang menyusun UU hak asasi manusia dan demokrasi di Hong Kong ke daftar hitam. Mereka tidak bisa masuk ke China, Hong Kong, dan Makau," ungkap Hu dalam cuitan di Twitter.
Kemesraan AS-China yang memudar membuat prospek damai dagang menjadi samar-samar. Kalau sampai kesepakatan dagang Fase I gagal dan api perang dagang kembali berkobar, maka rantai pasok global tidak akan pulih bahkan semakin parah. Perlambatan ekonomi bahkan resesi akan menjadi berita yang datang bertubi-tubi.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular