
Newsletter
Hati-Hati! AS-China Buntu Lagi, Jerman Masuk Resesi Hari Ini?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 November 2019 07:02

Ketiga indeks utama Wall Street silih berganti mencetak rekor tertinggi sejak Jumat lalu, tetapi gagal mengirim hawa positif ke pasar Asia. Wall Street menguat sendirian di saat bursa saham Asia dan Eropa melemah.
Terus menguatnya Wall Street bisa jadi memotivasi pasar Asia untuk bangkit pada perdagangan hari ini, Kamis (14/11/19). Tetapi tantangannya cukup berat, hubungan AS-China terlihat merenggang, dan penandatanganan kesepakatan dagang fase satu sepertinya masih belum akan terjadi dalam waktu dekat.
CNBC International melaporkan AS sedang berusaha mendapatkan konsesi yang lebih kuat dari China untuk membuat regulasi kekayaan intelektual dan menghentikan praktik transfer paksa teknologi, sebagai gantinya AS akan membatalkan bea masuk yang seharusnya berlaku mulai 15 Desember nanti.
Di sisi lain, China kini dikabarkan ragu untuk membeli produk pertanian AS, padahal pada bulan lalu Presiden Trump mengklaim Negeri Tiongkok akan membeli produk pertanian Paman Sam senilai US$ 50 miliar sebagai bagian dari kesepakatan dagang fase satu.
Dalam pidatonya Selasa lalu, Trump mengatakan akan ada penandatangan kesepakatan dagang dalam waktu dekat. Tetapi ia juga mengatakan sedang mempersiapkan tekanan bagi China jika kedua negara gagal mencapai kesepakatan.
"Jika kita gagal mencapai kesepakatan, akan akan menaikkan bea masuk secara substansial, bea masuk akan dinaikkan sangat substansial" kata Trump saat berbicara di Economic Club of New York.
Kabar terbaru tersebut tentunya membuat investor semakin berhati-hati untuk masuk ke aset-aset berisiko, peluang gagalnya perundingan kesepakatan dagang terlihat membesar lagi.
Sementara itu ketua The Fed, Jerome Powell sesuai prediksi mempertahankan sikapnya untuk menghentikan periode pemangkasan suku bunga, kecuali kondisi ekonomi AS memburuk.
Powell sekali lagi membuktikan independensinya saat memberikan testimoni di hadapan Kongres AS. Padahal sehari sebelumnya ia kembali diserang oleh Presiden Trump.
Trump berpendapat The Fed seharusnya terus memangkas suku bunga agar AS bisa kompetitif di pasar global.
"Kita secara aktif berkompetisi dengan negara-negara yang terbuka memangkas suku bunga sehingga banyak yang dibayar ketika melunasi pinjaman mereka, atau yang dikenal dengan suku bunga negatif" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International. "Siapa yang pernah mendengar hal tersebut?" tanya Trump kepada audience di Economic Club of New York.
"Berikan saya itu. Berikan saya uang itu. Saya ingin uang itu. Bank sentral kita tidak mengijinkan kami melakukan itu" kata Trump.
Powell yang kukuh dengan sikapnya tersebut membuat dolar AS kokoh, indeks yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam tersebut masih berada di level 98,32, dekat level terkuat satu bulan.
Sementara itu, Eropa kemungkinan mengirim kabar buruk pada hari ini. Motor penggerak perekonomian Benua Biru, Jerman, diprediksi akan mengalami resesi.
Pada kuartal II-2019, perekonomian Jerman berkontraksi 0,1% quarter-on-quarter (QoQ). Sementara untuk data kuartal III-2019 yang akan dirilis hari ini, hasil survei Reuters menunjukkan pertumbuhan ekonomi Jerman diprediksi berkontraksi 0,1% atau sama dengan kontraksi yang dialami kuartal sebelumnya.
Jika prediksi tersebut benar, maka Jerman akan mengalami resesi untuk pertama kalinya sejak tahun 2013. Resesi yang dialami raksasa ekonomi Eropa tentunya bukan kabar bagus, ketika sang raksasa lesu, tentunya rantai perdagangan dari dan ke Eropa menjadi tersendat.
Pertumbuhan ekonomi Eropa pun diramal akan menurun drastis. Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) memprediksi perekonomian Eropa hanya tumbuh 1,4% di tahun ini, turun jauh dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 2,3%.
Berbagai sentimen terbaru tersebut membuat pasar finansial dalam negeri mendapat tantangan yang berat untuk bisa menguat pada perdagangan hari ini.
(pap/dru)
Terus menguatnya Wall Street bisa jadi memotivasi pasar Asia untuk bangkit pada perdagangan hari ini, Kamis (14/11/19). Tetapi tantangannya cukup berat, hubungan AS-China terlihat merenggang, dan penandatanganan kesepakatan dagang fase satu sepertinya masih belum akan terjadi dalam waktu dekat.
CNBC International melaporkan AS sedang berusaha mendapatkan konsesi yang lebih kuat dari China untuk membuat regulasi kekayaan intelektual dan menghentikan praktik transfer paksa teknologi, sebagai gantinya AS akan membatalkan bea masuk yang seharusnya berlaku mulai 15 Desember nanti.
Di sisi lain, China kini dikabarkan ragu untuk membeli produk pertanian AS, padahal pada bulan lalu Presiden Trump mengklaim Negeri Tiongkok akan membeli produk pertanian Paman Sam senilai US$ 50 miliar sebagai bagian dari kesepakatan dagang fase satu.
Dalam pidatonya Selasa lalu, Trump mengatakan akan ada penandatangan kesepakatan dagang dalam waktu dekat. Tetapi ia juga mengatakan sedang mempersiapkan tekanan bagi China jika kedua negara gagal mencapai kesepakatan.
"Jika kita gagal mencapai kesepakatan, akan akan menaikkan bea masuk secara substansial, bea masuk akan dinaikkan sangat substansial" kata Trump saat berbicara di Economic Club of New York.
Kabar terbaru tersebut tentunya membuat investor semakin berhati-hati untuk masuk ke aset-aset berisiko, peluang gagalnya perundingan kesepakatan dagang terlihat membesar lagi.
Sementara itu ketua The Fed, Jerome Powell sesuai prediksi mempertahankan sikapnya untuk menghentikan periode pemangkasan suku bunga, kecuali kondisi ekonomi AS memburuk.
Powell sekali lagi membuktikan independensinya saat memberikan testimoni di hadapan Kongres AS. Padahal sehari sebelumnya ia kembali diserang oleh Presiden Trump.
Trump berpendapat The Fed seharusnya terus memangkas suku bunga agar AS bisa kompetitif di pasar global.
"Kita secara aktif berkompetisi dengan negara-negara yang terbuka memangkas suku bunga sehingga banyak yang dibayar ketika melunasi pinjaman mereka, atau yang dikenal dengan suku bunga negatif" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International. "Siapa yang pernah mendengar hal tersebut?" tanya Trump kepada audience di Economic Club of New York.
"Berikan saya itu. Berikan saya uang itu. Saya ingin uang itu. Bank sentral kita tidak mengijinkan kami melakukan itu" kata Trump.
Powell yang kukuh dengan sikapnya tersebut membuat dolar AS kokoh, indeks yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam tersebut masih berada di level 98,32, dekat level terkuat satu bulan.
Sementara itu, Eropa kemungkinan mengirim kabar buruk pada hari ini. Motor penggerak perekonomian Benua Biru, Jerman, diprediksi akan mengalami resesi.
Pada kuartal II-2019, perekonomian Jerman berkontraksi 0,1% quarter-on-quarter (QoQ). Sementara untuk data kuartal III-2019 yang akan dirilis hari ini, hasil survei Reuters menunjukkan pertumbuhan ekonomi Jerman diprediksi berkontraksi 0,1% atau sama dengan kontraksi yang dialami kuartal sebelumnya.
Jika prediksi tersebut benar, maka Jerman akan mengalami resesi untuk pertama kalinya sejak tahun 2013. Resesi yang dialami raksasa ekonomi Eropa tentunya bukan kabar bagus, ketika sang raksasa lesu, tentunya rantai perdagangan dari dan ke Eropa menjadi tersendat.
Pertumbuhan ekonomi Eropa pun diramal akan menurun drastis. Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) memprediksi perekonomian Eropa hanya tumbuh 1,4% di tahun ini, turun jauh dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 2,3%.
Berbagai sentimen terbaru tersebut membuat pasar finansial dalam negeri mendapat tantangan yang berat untuk bisa menguat pada perdagangan hari ini.
(pap/dru)
Next Page
Simak Data dan Agenda Berikut
Pages
Most Popular